➖0066Z

674 41 0
                                        

"Gue pengen ngomong sama lo!"

"Ngomong apa Ta? Serius banget nih? Mau kencan lagi ya?"

"Gue tanya dan lo harus jawab yang sejujur- jujurnya." Kata Tita sambil menahan emosi yang sedari tadi sudah akan meledak saat melihat wajah tengil Dafi.

"Mau nanya apa sih?"

"Lo kenal Lala?"

"Engak."

"Kenal Mela?"

"Siapa tuh?"

"Kenal Karmela?"

"Akiranya la mulu, gak kenal Ta!"

"Kalau Ayu?"

"Ayu anaknya bang rojak? Kenal gue mah, temen satu komplek itu."

"Cita?"

"Cita citata? Artis dangdut?"

"Bukan, maksud gue Citra?"

"Gak kenal. Lo kenapa sih nanyain nama cewek mulu?"

"Baru berapa tadi?" Tita jadi lupa sendiri kan.

"Lala, Mela, Karmela, Ayu, Citra, baru lima Na, kurang lima!" Jawab Dafi dengan entengnya sambil menghitung nama- nama perempuan tadi dengan menggunakan jemari tangannya.

"Brengsek!" Tita langsung menyiram jus alpukatnya tepat di wajah Dafi.

"Lo? Apa- apan sih lo Ta?" Reflek Dafi marah, tangannya sudah akan menampar pipi Tita namun dengan cepat Rio datang untuk mencegahnya.

Dafi terlihat marah besar.

"Jadi lo yang ngasih tau dia?" Sambar Dafi dengan wajah memerah menahan marah dan juga malu. Btw jus alpukatnya Tita membuat rambut jabriknya langsung lepek.

"Lo cepet tobat deh Fi, sebelum silit lo mimisan!"

"Brengsek! Maksut lo apaan? Lo udah bosen jadi sahabat gue?"

"Dari nenek moyang lo belum berkembang biak, gue juga ogah deket- deket sama cowok lemes kayak lo Fi."

"Ngaku aja. Daripada lo tambah malu!" Kata Rio santai.

Dafi hanya mendengus kesal lalu berlalu keluar kantin.

"Gimana? Udah tahu kan?"

Tita mengangguk lemah. Tubuhnya merosok ke lantai.

"Setiap gue ngelihat Dafi gue selalu keingat Dafa Yo. Gue kangen sama dia."

Can't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang