"Gue gak bisa ke sana Yo!"
Mulut Rio menganga lebar, menatap Dafa dengan tatapan tidak percaya.
"Jangan banci deh Daf. Buru. Dia udah nungguin lo!"
Dafa menggeleng, tangannya saling tertaut dengan pipi yang merah di kedua sisinya. Kentara sekali kalau sekarang ia sedang grogi.
"Engak Yo. Gue malu. Beneran sumpah!" Dafa mengigit bibir dalamnya. Semakin ketar- ketir saat langkahnya hampir memasuki pintu kantin yang lebar.
"Gue balik kelas aja deh Yo!" Kata Dafa sambil menarik ulur baju seragam Rio.
Rio memutar bola matanya kesal, "Ya ealah, gue dorong beneran lo nanti Daf. Buru sana, jangan malu- maluin. Lo itu ketua tim basket Daf, dan disana lo gak bakal diapa- apain sama Tita. Lagian yang ngajak ketemu disini siapa? Lo kan?"
Karena Dafa bertingkah layaknya seorang banci perempatan pengkolan, akhirnya Rio mendorong paksa tubuh Dafa sampai memasuki kantin. Suasana kantin yang saat itu kebetulan sepi membuat tingkah keduanya jelas di pandangan seorang perempuan yang duduk di meja dekat jendela.
"Sorry ya Ta, dia emang agak cemen kalau soal ginian!"
Dafa mengumpat dalam hati. Menatap tajam Rio yang sekadang sedang cengegesan menyebalkan.
"Udah kelihatan dari wajahnya Yo!" Tita berucap sambil memperhatikan betul bagaimana wajah Dafa.
Dafa yang merasa di tatap lekat oleh Tita hanya bisa membuang muka ke arah samping dengan wajah yang memerah menahan malu.
"Ya udah gue cabut dulu Ta. Btw lo udah hafal gimana trik- trik ngedeketin cewek kan Daf? Kayak yang gue ajarin di kelas tadi Daf, jangan lupa." Rio menepuk bahu Dafa dan dibalas dengan jitakan oleh Dafa namun Rio berhasil menghindari jitakan itu.
Suasana kembali hening saat Rio sudah keluar kantin.
Dafa berulang kali mengatur degub jantungnya yang semakin bekerja liar. Di depannya Tita sudah duduk manis sembari memperhatikannya.
Astaga. Bahkan sekarang Dafa ingin kencing di celana saking gugupnya.
Bayangkan tiga tahun memendam rasa dan baru kali ini dia duduk satu meja dengan orang yang dikasihinya. Membayangkan saja Dafa tidak pernah.
"Jadi mau dimulai dari mana Daf?
"Hah?" Tergagap. Matanya menangkap Tita yang sedang tersenyum manis. Sial bahkan ngelihat senyumnya Tita jantung Dafa sudah bekerja rodi begini.
"Es krim? Main basket? Sholat bareng? Makan bareng? Jalan bareng?"
"Pacaran."
"Hah?" Kali ini Tita yang terbelalak kaget.
"Kita awali semua itu dengan pacaran Ta."

KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...