"Woy Ta? Ngapain lo bersih- bersih toilet?"
Tita menyeka keringatnya, mendongkak pada Rio yang baru saja datang.
"TAI. minggiran sana. Gue udah muak sama permainan ini!"
Rio tertawa, "Lo di hukum?"
"Lo kira gue lagi ngapain? Prosotan air?"
"Woles aja Ta. Mau dibantuin gak?"
"Paan sih? Gak sudi. Udah sana minggiran!"
Setelah Rio masuk ke dalam toilet, Tita kembali mengerjakan hukumannya. Kalau saja tadi ia tidak ketinggaan pr matematika yang sudah susah payah ia kerjakan tentu saja ia tidak akan di hukum seperti ini. Menyebalkan emang? Matematika itu memang pembawa sial.
Saat sedang asyik- asyiknya mengepel lantai, tiba- tiba saja ada pilus jatuh yang jumlahnya banyak sekali hingga kembali mengotori lantai.
"BANGSAT!" Tita mendongkak wajahnya memerah.
"LO LAGI? MAU APA SIH LO? LO MASIH DENDAM SAMA GUE?" Selak Tita, kali ini ia mengangkat alat pengepelan tinggi- tinggi.
Dafa berdiri menyender pada tembok, tangannya ia lipat jadi satu, menatap Tita dengan senyum menyebalkan sepanjang masa.
"Ups! Maaf. Gue emang sengaja jatohin sih. Terus gimana dong?" Katanya dengan nada tidak bersalah.
"LO MAKHLUK ASTRAL YANG PALING GUE BENCI DI DUNIA INI. MINGGIR GAK?" Tita menyodorkan alat pengepelannya pada Dafa, sesekali ia menempelkannya pada seragam putih Dafa hingga sragam itu kotor.
Bukannya marah, yang dilakukan Dafa adalah tertawa kencang, sambil sesekali memegangi perutnya agar tidak menjadi sasaran Tita.
"Kalian ngapain?"
Pergulatan itu selesai saat Rio datang dengan wajah bingung. Laki- laki itu melihat Dafa kemudian melihat Tita secara bergantian.
"Daf baju lo kotor! Lo bisa di omelin pak Hajroh nanti!"
"Gak. Gue mau bolos!"
"Lo gila. Sekarang kan ulangan matematika!"
Dafa berdiri tegak, mencoba membersihkan sisa kotoran yang melekat pada baju sragamnya, "Gue duluan!" Katanya lalu pergi tanpa menunggu Rio yang terus saja memanggil namanya.
Rio menghela nafas lelah, pandangannya kemudian beralih pada Tita yang sedang menunduk.
"Kenapa lo?"
Tita tergagap, "Hah? Engak. Loundyan deket sini ada gak sih Yo?"
"Ada. Mau ngapain?"
"Gue gak enak sama Dafa."
"Udah lah santai aja."
Tita segera membersihkan kotoran pilus dilantai dengan asal- asalan. Setelah itu ia mencuci tangannya.
"Lo tau gak dimana Dafa biasanya bolos?"
"Rooftop sekolah, belakang gedung kesenian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...