"Na, kalau lo di suruh milih, lo pilih Dafa apa Dafi?"
"Gue pilih Dafa lah."
"Kenapa?"
"Kenapa ya? Dia itu gak fake. Kalau gak suka sama orang, dia langsung ngomong ke orang itu. Gak pernah basa- basi lah intinya."
"Sedangkan Dafi, dia anaknya ramah, suka senyum, suka ngelucu juga, beda banget sama kembarannya."
"Kalau Rio?"
"Lo kenapa deh tanyain mereka bertiga?"
"Gak. Pengen tau aja sih. Secara mereka bertiga kan populer di sekolahan. Gue pengen tahu aja."
"Kalau Rio lumayan sih. Dia anaknya open banget sama semua orang. Lucu juga. Gue udah kenal lama sih kalau Rio."
Tita hanya mengangguk sambil menikmati es krim yang ia pegangi dengan tangan kanannya.
Matanya menatap lurus ke arah lapangan. Menatap tiga orang laki- laki yang sekarang sedang bermain basket dilapangan dengan beberapa teman tim basket lainnya.
Hingga tidak sengaja Tita menangkap senyum laki- laki bermata coklat terang, yang entah kenapa langsung membuat sekujur tubuh Tita meremang.
Laki- laki itu tersenyum pada orang yang berada di depannya, walaupun sangat tipis, semua pahatan indah itu tidak luput dari penglihatan Tita.
Hanya seperkian detik laki- laki itu tersenyum, karena setelahnya dia terdiam menatap datar Tita yang berada jauh di pinggir lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...