Hari menunjukkan pukul tiga sore waktu Dubai saat Dafa baru saja selesai pelatihan basket dengan beberapa teman satu timnya.
Satu bulan penuh ini Dafa di tunjuk sebagai wakil Indonesia untuk asia dalam mengikuti lomba basket internasional.
Rasa penat dan juga lelah dapat ia rasakan saat Dafa menelentangkan tubuhnya pada kursi tunggu yang ada di dekat lapangan itu. Beberapa temanya sudah pergi meninggalkannya karena mereka lebih suka mengistirahatkan tubuhnya di karantina daripada harus duduk- duduk santai seperti yang Dafa lakukan.
Dafa meraih tas ransel yang ada di sampingnya. Meraih botol mineral kemudian mulai meneguknya hingga habis. Sesekali Dafa menyisir rambutnya yang sudah sedikit pajang dengan menggunakan jemarinya.
Setelah mengganti sepatu basketnya dengan sendal jepit warna hijau, dia pun segera pergi dari lapangan itu. Sebulan ini Dafa memang sering lupa membawa ponselnya ketika ia sedang pelatihan, tak ayal kadang ia sering kena omel bundanya karena bundanya kerap sekali menghubunginya.
Seperti sore ini, banyak sekali notifikasi panggilan dari bundanya yang tidak terjawab karena Dafa lupa tidak membawa ponselnya.
Setelah membalas pesan singkat untuk sang bunda, Dafa kembali menaruh ponselnya di atas meja. Suara LINE kembai terdengar saat Dafa sudah beranjak tiga langkah dari meja itu. Dafa menghela nafas lelah, tumben sekali bundanya membalas pesannya dengan cepat. Karena biasanya bundanya itu tidak suka membalas chat, beliau lebih suka menelfon Dafa dari pada harus susah- susah mengetik beberapa kalimat.
titahanifa Added you as a friend
Dafa menahan nafasnya saat matanya menangkap sebuah notifikasi yang baru saja ia buka.
Dadanya terasa sesak karena jantungnya terus saja berdetak cepat.
"ANJING! LO KASIH ID LINE GUE KE TITA YA? LA MAU BIKIN GUE MATI JANTUNGAN HAH?" Dafa mengomeli Rio lewat panggilannya. Laki- laki itu berjalan mondar- mandir dengan ponsel yang melekat pada telinganya.
"WOY BABI! LO DENGER GUE GAK SIH?"
"paan sih lo? Gue lagi tidur. Bodo amat. Gue mau tidur lagi." Disebrang sana Rio tampak tidak perduli, semakin membuat Dafa kesal setengah mati.
"Tita add line gue tai. Kenapa sih akhir- akhir ini dia jadi muncul terus? Sumpah demi apa pun, gue makin gak bisa move on Yo."
"Dia udah tahu surat lo. Makanya lo buruan pulang. Udah demen dia sama lo Daf."
"Oh iya, dia udah putus sama Dafi kalau lo mau tahu!"
Rasanya nyawa Dafa seperti dicabut setelah mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...