"Gue gak bisa ngebiarin ini terlalu lama Na. Gue gak bisa terus- terusan ngelihat Dafa yang sekarang."
"Terus kita harus ngapain? Bocorin ke Tita kalau selama ini yang suka ngirimin dia surat origami itu Dafa?"
"Dafa udah kayak orang bego tau gak? Tiap hari main basket kayak orang kesetanan. Dia bisa lebih gila kalau kita biarin Na!"
"Lo udah tanya alasannya Dafi nembak Tita?
Rio menggeleng, tatapannya beralih pada burung- burung yang berterbangan dilangit jingga.
"Kadang gue bingung. Walaupun mereka kembar tapi sifat mereka beda jauh, kadang gue sendiri gak bisa ngenalin mereka dari dekat walaupun gue udah tiga tahun sama mereka."
"Terus rencana lo apa?"
"Gue bakal deketin Dafa sama Tita. Gimanapun caranya, lo juga harus bantuin gue Na."
"Terus Dafi?"
Rio tertawa datar.
"Gue ragu, kalau sekarang Tita adalah pacar satu- satunya Dafi."
Tentu saja Reina kaget karena setelah itu ia berdiri, menatap dalam Rio yang sekarang juga sedang menatapnya.
"Jangan bilang... "
"Dari dulu. Sifat tamaknya Dafi emang gak berubah dari dulu Na."

KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...