"Yo, sibuk gak?"
"Engak, kenapa? Mau tanya soal Dafa?" Kata Rio sambil merapikan beberapa buku pelajarannya.
"Hehehe iya."
"Ada syaratnya tapi."
"Ish. Sekarang lo mah gitu."
"Reina lagi marah sama gue Ta, bantuin baikan kek."
"Alah, Reina itu kalau lo cium juga udah meleleh, gitu aja repot!"
"Sembarangan. Gue gak pernah ya nyium- nyium dia."
"Ya udah nanti gampang lah, sekarang jawab pertanyaan gue."
"Hmmm."
"Dafa kemarin hubungin lo gak?"
"Iya, nanyain kenapa lo bisa tau id line nya. Dia marah- marah sama gue tau!"
"Iya masa? Kemarin gue chat dia tapi gak di bales. Ngeselin banget gak itu anak!"
"Masa sih? Sok jual mahal banget itu kampret."
"Terus gimana dong Yo?" Tita merengek manja pada Rio. Membuat Rio risih ingin memites kepala Tita.
"Ya mau lo gimana?"
"Gue mau ngobrol sama dia, tapi dia kayaknya gak mau deh. Apalagi lewat hape gue!"
"Lo maunya pake hape gue gitu?"
Tita mengangguk semangat.
"Ya elah boros kuota gue ntar. Indonesia Dubai jauh banget Ta. Kuota gue bisa mampus kalau buat vidio callan sama babi."
"Ya elah Yo, lo mah pelit amat sama gue. Gue ganti deh."
"Beneran nih?
"Iya."
Setelah Tita mengatakan itu Rio pun mengambil ponselnya yang ada di loker meja. Rio melakukan vidio call terhadap Dafa.
"Lo minggir dulu. Pura- puranya lagi gak ada lo gitu Ta. Ntar dia kabur duluan kalau lihat wajah lo."
"Ya elah wajah gue nyeremin apa gimana sih Yo? Gue jadi curiga, Dafa itu beneran suka sama gue apa engak."
"Dia itu cowok tapi kemaluannya besar banget."
Sontak saja Tita menepuk bibir Rio dengan buku yang ada di hadapannya, "Sembarangan kalau ngomong."
"TAI? NGAPAIN SIH VIDIO CALL GUE? GANGGU ORANG AJA!"
Rio memberi kode kepada Tita untuk menutup mulutnya. Setelah itu Rio memasang wajah ceria di depan Dafa.
"Sahabat ku. Kenapa mulut mu semakin kotor? Apa di dubai tidak ada pengepelan?"
"Babi. Apaan sih gak jelas banget lo!"
"Hehehe. Gue kangen Daf sama lo."
"Sayangnya gue engak tai. Udah lah lo cuma buang- buang kuota gue tau gak?"
"Gue punya tebak- tebakan. Jangan di tutup dulu dong mas que."
"Paan?"
"Cewek mipa dua, nomer absenya dua dua, dia dulu mantannya Dafi, dia suka es krim, lo tahu gak?"
"Gak jelas. Gue gak mau bahas dia."
"Jangan manyun gitu dong mas que. Jawab lah."
"Tita."
"Hai Daf? Apa kabar?" Tita mengambil alih ponsel Rio, tersenyum lebar ke arah layar.
Sontak saja Dafa membalikkan kamera depannya menjadi kamera belakang agar wajahnya tidak terlihat di layar ponsel Rio.
Melihat penolakan Dafa akhirnya Tita cemberut, mengembalikan ponsel Rio kemudian pergi dari kelas itu.
"Lo payah!" Kata Rio setelah Tita hilang di balik pintu.
"Dia marah Yo sama gue?" Dafa terlihat cemas.
"Bodo amat. Gak mau mikirin lo."
"Yaelah Yo, tolong beliin es krim dong terus kasih ke Tita, bilang dari gue gitu?"
"Dengerin ya Dafa Denial Fahrizal, gue lagi sibuk plus males dan bhayyy!"
Sambungan pun terputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Cerita Pendek[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...