26

166 4 0
                                    

Setidaknya berpura pura akan lebih baik. Seakan akan tidak terjadi apa apa. Seakan akan waktu berjalan seperti sedia kala. Tanpa di sadari,disini ada hati yang terluka :)
**********

Semejak perkataan dari Keyla,Gio selalu memikirkannya. Apakah dia harus menceritakan semuanya? Agar beban yang selama ini dia rasakan bisa menghilang?. Namun,itu tidak mudah. Apa dia harus mengungkap luka lama yang sudah dia tutupi?.

Matanya kembali menatap langit langit kamarnya. Tangannya yang disengajakan dibuat bantal. Pikirannya tak terarah. Dia sesekali mendengus kesal.

Tangannya terulur mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas. Dia berjalan menuruni anak tangga. Dan akhirnya meninggalkan rumah menggunakan mobil sport kesayangannya dan tentunya setelah mendapat izin dari mamanya.

Malam ini Gio keluar menggunakan mobil sportnya bukan untuk balapan seperti dulu. Memang,dia adalah bad boy,dia sering keluar malam,balapan bersama teman temannya hanya sekedar menyalurkan emosi ketika dia mengingat Bella. Namun,itu dulu. Sekarang dia adalah Gio yang beda. Meski sifat dinginnya belum hilang.

Setelah dia sampai di tempat yang di tuju,Gio segera memarkirkan mobilnya di depan cafe sunrise yang sering dia kunjungi. Semua mata tak lepas memandang cowok yang terlihat tampan bagi para seorang gadis.

Dia memutuskan memilih meja di sudut cafe dekat jendela. Dia bisa leluasa melihat pengunjung yang datang. Di rogohlah ponsel dalam sakunya.

"Lo bisa kesini?"

(............)

"Cafe sunrise"

(............)

"Hem"

Gio menikmati coffee latte yang di pesannya dari seorang waiters yang sudah hafal kesukaan Gio. Serta coklat panas yang dia pesankan untuk seseorang. Udara dingin,menurutnya pas memesankan coklat panas.

Tak lama kemudian,orang yang di tunggunya datang. Sesudah membuka pintu cafe senyumnya sudah melambung dari kejauhan. Dia,memang di takdirkan untuk tersenyum. Tapi,entah untuk hatinya.

"Maaf ya,nunggu lama". Ucapnya sambil duduk.

"Ada apa?"

"Lo kehujanan?" Tanya Gio mengamati gadis tersebut.

"Enggak,kegerimisan doang".

"Kenapa gak bawa mobil?".

"Ealahh.. Orang cuma deket doang sama rumah".

"Ini buat gue?". Tanya Keyla sambil nunjuk coklat panasnya.

"Heemm". Jawab Gio.

Senyum Keyla membuat setiap orang yang melihatnya dapat menaruh hati padanya. Tangannya terulur mengambil gelas dan melingkarkan tangannya dan menghangatkan tangan yang hampir basah kehujanan.

"Tumben lo ngajak gue kesini". Ucap Keyla dengan mengerutkan dahinya.

"Karena gue butuh lo". Ucapnya datar.

"Butuh gue?" Tanya Keyla mengangkat satu alisnya dan meletakkan gelas yang dari tadi masih dia pegang.

"Maksud lo?".

"Gue butuh lo buat cerita".

Ohh.. Kirain butuh gue buat jadi pasangan hidup Yo :').

"Cerita aja".

"Gue akan selalu dengerin lo cerita".

Gio menceritakan semua perasaanya. Mulai dari dia menyukai Bella dan sampai di hanya di buat taruhan sama Bella hingga dia sulit melupakan kenangan masa lalunya yang pahit,namun dia sulit melupakan. Keyla mendengarkannya dengan seksama.

Gio pikir dia menceritakan kepada orang yang tepat. Dia salah,dia telah menceritakan semuanya pada orang yang sudah menaruh hati padanya semenjak dua tahun yang lalu.

Tangan Keyla terulur untuk mengusap tangan Gio pelan tanpa sadar.

"Kalau lo ada masalah,lo bisa cerita ke gue".

"Hemm".

"Kalau lagi sama gue,coba lo tunjukin sifat asli lo ya Yo, biar sifat asli lo itu gak hilang". Ujar Keyla sambil tersenyum simpul namun di hatinya dia tersenyum pedih.

****

Mereka menghabiskan untuk saling bercerita. Bertukar pendapat satu sama lain. Hingga waktu tak terasa kalau sudah pukul sepuluh malam. Gio mengantarkan Keyla pulang,meski dia tahu kalau jarak rumahnya dengan cafe begitu dekat.

Gio,memacu mobilnya dengan kecepatann sedang. Ada rasa lega yang kini dia rasakan.

Sementara itu,kini Keyla berjalan gontai menuju kamarnya. Sapaan dari Dezta dia hiraukan. Yang kini dia rasakan hanya,ah entahlah. Sulit di gambarkan.

Badannya di rebahkan di atas ranjangnya dengan telungkup. Air matanya menetes di sudut dua bola manik mata indahnya.

"Lo sibuk dengan masa lalu,dan gue sibuk ngejar lo".

"Lo sibuk memikirkan dia,dan gue sibuk memikirkan lo".

"Bodoh ya gue? Selalu memikirkan orang yang tak pernah melihat gue."

"Tapi gue yakin,hati gak akan pernah salah memilih".

Dezta yang mengetahui,kakaknya ada yang tidak beres. Dia memutuskan menghampiri Keyla.

"Dez,apa cinta sendirian harus sesakit ini?".

"Gue sibuk memperjuangin dia yang tidak peka. Tapi,dia masih memperjuangin masa lalunya yang suram."

Dezta yang tidak tega melihat kakaknya menangis,dia duduk di sebelah Keyla.

"Kan gue pernah bilang kak. Kalau cewek itu hakikatnya di kejar. Tapi lo milih untuk mengejar kan?".

"Karena gue sayang."

"Kalau lo sayang,perjuangin sebisa lo kak. Kejar terus sampai lo dapetin dia. Tapi,kalau lo lelah,lo boleh nengok kebelakangan. Disini masih ada gue,adek lo yang cogan". Di pembicaraan yang serius Dezta masih bisa bercanda di akhir katanya.

"Isshhh... Gak lucu."

"Lo jelek kalau nangis,Lo senyum aja buat gue ngeri apalagi lo nangis. Jangan buat gue susah tidur".

Keyla membenarkan posisinya menjadi duduk.

"Untung lo adek gue Dez,kalau enggak udah gue goreng".

Dan akhirnya mereka tertawa bersama. Keyla menghapus air matanya dengan kasar. Toh,dia sendiri yang sudah memilih untuk perjuangin rasanya.

============================
Kamu sibuk dengan masa lalu. Sampai kamu lupa,ada orang lain di belakangmu yang sibuk meperjuangkanmu sampai detik ini.

============================

Kok gue greget sendiri ya?😌

Minta di tampol apa ya si Gio? Susah banget pekanya 😕

Tapi,salah Keyla juga weehhh...
Kenapa dia gak bilang kalau suka aja? 😑

Gengsi ya? Duhhh kita sama 😁

Bhai!

Ea 👀

WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang