Aku akan menjadi orang pertama yang berjuang untuk membendung air matamu agar tidak menetes sekalipun karna sakitnya cinta.
============================
Gio mengikuti saran dari Dandi, dia berlari menuju parkiran dan ternyata mobil Keyla masih ada disana. Namun, Parkiran nampak sepi hanya ada beberapa mobil disana. Mata Gio melirik ke arah jam tangan yang dia kenakan.
Dia berhenti sejenak dan berpikir pasti Keyla masih dalam kelasnya. Tanpa pikir panjang lagi, Kini Gio berlari menaiki anak tangga yang menuju ke kelasnya Keyla. Entah mengapa, ini bukanlah sifat aslinya. Biasanya dia terlihat dingin dan cuek kepada semua orang khususnya seorang cewek. Tapi, kali ini dia seperti peduli dengan Keyla.
Sampainya di kelas Keyla, mata Gio tak henti hentinya menelusuri sudut kelas namun tidak menemukan sosok gadis tersebut. Terlihat begitu kelelahan, raut wajahnya kini susah di tebak. Hembusan nafasnya begitu kasar, keringat mengucur bebas di dahinya.
"Nak Gio cari siapa atuh?". Tanya salah satu petugas kebersihan yang akan menutup pintu kelas.
"Cari Keyla Mang".
"Ohh.. Nak Keyla tadi jalan ke perpus sama ituu... Ee... Siapa yak namanya". Petugas kebersihan yang biasa di panggil Mang Budi itu berpikir.
"Della?"
"Nah.. Iya. Tadi sama Della atuh".
"Sudah gue duga. Makasih ya Mang". Ucapnya sambil berlari.
"Sama sama". Ucap mang Budi
****
Langkahnya terhenti di depan perpus. Tidak terlihat ada seseorang di dalamnya. Tapi entah memgapa dia ingin sekali masuk ke dalam perpustakaan tersebut.
Gio akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke dalam. Matanya tak lepas mecari gadis tersebut. Hampir 5 menit mencari dan akhirnya dia menemukan gadis yang ia cari. Keyla sedang duduk di samping jendela, tangannya menggantung bebas, dahinya nempel di meja.
Langkah Gio gontai mendekati Keyla. Ia tahu, bahwa Keyla tidak sedang tertidur, ada darah yang menetes di lantai. Tak di sadari ada setitik air di sudut mata Gio. Setelah tepat di samping Keyla, tangannya meraih pundak gadis tersebut dan di balikkannya. Dan benar, di sudut dahinya mengeluarkan darah seperti habis di pukul, dan juga hidungnya mengeluarkan darah.
Wajah Keyla begitu pucat dan begitu juga wajah Gio, Gio menatap wajah gadis tersebut begitu nanar. Itu adalah gadis yang menyukainya tapi tidak terungkapkan. Betapa bodohnya Gio, tidak menyadari bahwa ada seseorang yang peduli dengannya.
"Key, lo denger gue?". Tanya Gio seraya membawa Keyla dalam pelukannya.
"Ini gue Gio". Ucapnya terputus." Maaf sudah terlambat."
"Key bangun, ada gue disini. Maaf keterlambatan gue menyadari bahwa ada lo yang selalu ada. Maaf untuk ketidakpekaannya gue. Pliss... Buka mata lo, Key. Lo itu gadis yang kuat kan? Gue pernah denger satu cerita, bahwa pemeran utama itu akan kalah di awalan, tapi menang di endingnya. Lo sekarang menang, gue disini buat lo". Ucap Gio seakan akan Keyla mendengarkannya.
Bagai tersambar petir, hatinya begitu perih melihat Keyla tak sadarkan diri dalam pelukannya. Mata cowok tersebut memerah, tangannya mengapal keras.
"Akan gue pastikan siapa orangnya".
"Wanita itu cantik saat mereka memejamkan matanya. Tapi tidak untuk lo".
"Gue ingin berbagi cerita sama lo, kan lo sendiri Key yang bilang agar gue nunjukin sifat asli gue kan?. Dan inilah sifat asli gue, yang lo sering panggil manusia kutub. Jadi, buka mata lo. Lo jelek kalau nutup mata." Katanya terhenti. "Key, tadi pagi lo gak pakai lipstik? Lo jelek kalau lo keliatan pucet kek gini. Kapan kapan kalau lo mau ketemu gue, pakai lipstik ya". Gio yang bercerita seakan Keyla mendengarnya. Tubuh gadis tersebut sekarang berada dalam pelukannya.
*****
"Dan, gue terlambat"."Belum, masih ada waktu."
"Tapi sekarang dia ada di sana". Ucap Gio sambil menunjuk ke arah Keyla sedang terbaring dengan alat bantu oksigen.
"Yo, percaya dia pasti akan kembali. Kembali kepada kita. Tempat Keyla itu disini, bersama kita semua. Dia hanya kelelahan dan butuh waktu istirahat sebentar". Ucap Darka yakinkan Gio, dan diikuti anggukan
Gio terkulai lemas di lantai, dia bersandar di sisi tembok di luar ruangan dimana Keyla sedang ditangani oleh dokter. Para sahabatnya kini meninggalkannya sendirian. Mereka tahu, bahwa saat ini Gio membutuhkan waktu untuk sendiri.
Gio terduduk di lantai dengan menekuk dua lututnya, tangannya memegang bekalang kepalanya yang sedang menunduk. Baru kali ini dia begitu terlihat mengkhawatirkan seseorang lebih dari dirinya sendiri. Entah rasa apa yang saat ini yang dia rasakan. Hanya saja, wanita di dalam sana adalah wanita yang dia pikirkan.
Gio masih terlihat begitu frustasi, sesekali dia memukul tembok yang dia buat bersandar.
Apakah cinta harus datang terlambat?. Datang setelah dimana perjuangan yang begitu berat. Kenapa harus seorang perempuan yang berjuang sendirian?.
Dirinya begitu bodoh, selama ini telah sibuk menutup hatinya untuk orang lain. Bukan itu yang di inginkan. Hanya saja, dia takut akan luka lama yang sudah hampir sembuh akan terulang. Kejadian masa lalu sempat membuat dia menjadi buruk. Apakah dia salah?
