" Jangan takut, aku akan menjadi penerang saat bulan tak nampak saat malam".
============================
"AAAAAAAA.....!!!" Teriak Keyla yang sudah sadarkan diri. Dia yang berteriak tak percaya sambil mengacak kasar rambutnya.Teriakannya membangunkan keluarganya yang masih tertidur karna menjaganya sampai larut malam. Mamanya serta Papanya Keyla yang tadinya tidur di sofa kini mendekati anaknya yang sekarang menangis histeris.
Meja di samping ranjangnya kini menjadi berantakan, bahkan selang infus yang ada di tangganya sudah terlepas mengakibatkan tangannya mengeluarkan darah . Keyla berteriak histeris dan sudah jatuh di lantai.
Semua yang ada di ruangan menangis melihat kejadian tersebut. Mamanya kini hendak membangunkan anaknya yang terjatuh di lantai. Namun, Keyla terus meronta. Dia hanya belum dapat menerima kenyataan saja.
Dia menangis histeris dan terus meronta sampai akhirnya di peluk oleh Mamanya. Dezta yang berdiri di samping Papanya juga ikut menangis. Pasalnya, kakaknya dulu adalah orang yang ceria namun sekarang?.
Benturan keras di kepalanya Keyla mengakibatkan ada gumpalan darah di otaknya. Dan itu, menyababkan dia harus kehilangan penglihatannya.
"Sayang, gapapa. Disini ada Mama, Papa dan Dezta. Kamu yang kuat ya. Kami semua sayang sama kamu". Ucap Mamanya yang memeluk Keyla dan sesekali mencium ujung kepalanya Keyla.
Keyla masih menangis tak percaya. Jika dia bermimpi, tolong bangunkan dia sekarang. Dia takut akan kegelapan. Akankah sekarang dia akan hidup dalam kegelapan dalan kurun waktu yang lama?.
Apalagi ini? Kenapa cobaan ini begitu berat? Kenapa semuanya terjadi begitu saja? Apa kedalahan Keyla di kehidupan sebelumnya hingga dia yang mendapatkan beban seperti ini?.
****
Tepat di depan pintu ruangan, berdiri seorang laki laki. Dia adalah Gio. Raut wajahnya begitu kusut. Rasa bersalah yang kini dia rasakan begitu menyiksa. Rasanya sakit. Luka ini jauh lebih sakit daripada luka lama. Pasalnya dia harus melihat sesosok gadis yang awalnya periang menjadi gadis yang begitu rapuh.Kini Gio berjalan meninggalkan Rumah Sakit dimana Keyla dirawat. Dia berencana menemui Dandi di rumahnya. Mungkin jika bukan karena Dandi, dia tidak tahu bahwa Keyla suka padanya. Bahkan, saat pertama Keyla pindah kuliah.
Sampai depan rumah Dandi, Gio langsung masuk ke dalam rumah. Dandi sudah bilang padanya kalau rumahnya sepi. Gio langsung menemui Dandi yang ada di kamarnya dan juga ada teman temannya yang lain disana.
Tepat membuka pintu kamar Gio ambruk dengan posisi duduk dengan lutut yang di tekuk. Ade yang awalnya di atas kasur langsung menemui Gio yang sudah ada di lantai. Sementara Darka keluar kamar untuk mengambilkan minuman.
Dandi, Galih, serta Aldo kini juga menghampiri Gio dan Ade yang sudah ada di lantai. Mereka hendak menenangkan sahabatnya.
"Tuhan lebih sayang padanya". Ucap Galih kepada Gio.
"Tapi kenapa harus Keyla?" Ucap Gio sambil menundukkan kepalanya.
"Bener kata Galih, Kalau Tuhan lebih sayang padanya. Dia itu wanita yang kuat. Wanita pilihan. Dia pasti bisa melewati semua ini."
"Lo jangan terlalu nyalahin diri lo sendiri. Lo juga gak tahu kan kalau dia suka sama lo?. Tapi saran gue, lo harus berada di sampingnya untuk saat ini. Dia butuh semangat. Dia butuh seseorang untuk mengembalikan senyumnya kembali meski tak bisa seperti dulu lagi, Yo. Keyla boleh kehilangan psnglihatannya sekarang. tapi, jangan biarkan dia juga kehilangan senyumnya." Ucap Dandi.
"Dandi bener, Jangan biarkan Keyla kehilangan senyumnya. Sudah cukup untuk penglihatannya tapi jangan untuk yang satu itu. Senyumnya sangat berarti." Saut Darka yang membawa minuman "Sekarang lo bangun. Gue udah bawain minuman. Masa Gio kita cengeng?". Ucapnya sambil tersenyum.
"Gio kita dulu orang yang dingin". Aldo yang ikut berbicara.
"Gio kita dulu juga orang yang begitu hebat". Sekarang Ade yang angkat bicara.
"Terimakasih untuk semuanya". Ucap Gio.
"Ah, dedek jadi terharu deh kak". Ucap Dandi yang di buat buat.
"Jangan mulai deh, meja berat loh". Ujar Galih dengan tatapan datar.
Mereka kini ngumpul di balkon kamar Dandi, keadaan disana hampir hujan. Suasana begitu dingin. Mereka masih menatap langit yang tertutup awan mendung.
"Terus apa rencana kalian saat ini?" Tanya Ade.
"Rencana gue saat ini mau nelfon yayang gue". Ucap Darka tanpa dosa.
"Ah, iya juga ya. Ngikut ah." kini Galih yang berbicara dan yang akan mengambil ponsel dalam celana. Sedangkan Aldo sudah nelfon dari tadi.
"Kalian jangan mulai deh". Ucap Ade dengan tatapan datar.
"yelah yelah.." . Keluh Galih dan Darka secara bersamaan. Tapi tidak dengan Aldo masih asik nelfon.
"Aldoooo....." panggil Dandi panjang.
"Hehehe". Cengiran Aldo yang di lontarkan ke Dandi.
"Gue masih belum bisa menerima semua ini" Ucap Gio.
Aldo mendekati Gio dan menepuk bahunya "Jangan terlalu di buat beban. Yang terpenting sekarang lo harus ada saat dia butuh".
"Gue kasihan sama dia, padahal wisuda sebentar lagi. Tapi dia..." Ucapnya sambil menunduk. "Bodoh... Kenapa gue bisa terlambat menyadari semuanya?".
"Karna semua udah ada yang ngatur". Ucap Aldo sambil tersenyum.
============================
Alohay...!! Gue kembali lagi.Sorry deh, baru bisa post ceritanya. Lagi sibuk mau masuk kuliah 😆
Maaf ya hanya bisa post kalau ada waktu doang. 😅
Jangan hapus dari library kalian 😆
Ohh iya, follow ig gue ya @luluk.idn777
Laff yu 😘💞
