Apapun yang kamu lakukan, kamu pasti akan mengecewakan seseorang. Tapi, kamu bisa pastikan bahwa kamu tidak mengecewakan orang yang salah.
============================
"Kenapa lo?". Tanya Dandi dengan mengangkat satu alisnya."Kata terakhir lo gak usah di ikutin".
"Kenapa emang?".
"Kita sama".
"Hahaha anjir, lupa gue."
"Kenapa lo gak cari pacar Dan?" Keyla bertanya pada Dandi.
Ekspresi Dandi kini menjadi serius, dahinya mengerut dan menatap Keyla nanar.
"Wo wo wo... Kenapa nih? Salah nanya gue?".
"Enggak. Cewek mana pernah salah".
"Anjay hahaha".
Mereka saling diam untuk sesaat. Namun, akhirnya Dandi memecah keheningan mereka dengan buka suara. Dandi juga bingung, mengapa gadis seperti Keyla harus menunggu seseorang dengan kurun waktu yang lama?. Perempuan macam apa dia?. Keyla bisa saja mendapatkan orang lain karena kecantikan yang dia miliki.
"Kenapa lo milih nunggu Gio selama itu?. Lo kan cewek. Cewek iti rapuh gue tau itu. Dan lo, jangan sok kuat."
"Bukan gue yang memilih untuk menunggu, tapi hati ini yang memilih bertahan dengan orang yang sama." Ucap Keyla sekilas melirik ke arah luar yang terlihat karena dinding kaca. "Gue itu manusia pilihan, yang harus menunggu dengan waktu yang lama. Gue hanya berpikir suatu saat dia juga bakalan lihat ke arah gue. Bukan sebagai Keyla. Tapi sebagai orang yang berjuang sendirian untuk mendapatkan hatinya".
"Bahkan sampai dia menikah mungkin? Apa lo masih menunggu?". Tanya Dandi yang serius.
"Gue akan berhenti. Karena hati orang yang gue tunggu sudah berlabuh ke hati orang lain. Kalau bahagianya sama orang lain gue bisa apa?. Bisanya cuma ngedoain dia aja".
"Doa supaya bahagia?".
"Bukan. Doa supaya mereka cepat berpisah". Ucap Keyla enteng.
"Wahh anjirr hahaha parah lo". Tawa mereka seakan tidak tau tempat. Setidaknya hati Keyla sekarang sudah merasa baikan. Meski tidak sepenuhnya.
Keyla menyembunyikan semuanya pada senyumannya. keyla memang tipikal orang yang humoris. Di balik orang humoris bukan berarti tidak punya kesedihan. Justru mereka memiliki luka yang begitu dalam. Hanya saja, mereka sering menutupinya dengan candaan. Berharap luka yang ada segera tertutup dengan tawa.
Sesungguhnya, orang humoris itu begitu munafik. Bukan pada orang lain. Tapi munafik pada diri sendiri. Mereka seolah olah tertawa keras tak memiliki beban. Itu salah. Justru mereka memiliki beban yang begitu berat. Hanya saja, mereka sering memendamnya sendiri, tanpa bercerita kepada orang lain.
"Hampir senja, ayo gue anterin pulang". Ajakan Dandi di balas dengan anggukan dari Keyla.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil setelah membayar makanan. Rintik hujan kembali turun. Sepertinya hujan mengerti saat seperti ini lah saat yang tepat untuk menangis. Menyalurkan isi hati bersama air hujan yang mengalir. Benar, sungguh tak adil.
"Ah sial, kenapa mesti hujan sih?". Umpatnya dalam hati.
Dandi melesatkan mobilnya di jalanan jakarta. Dia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang karena jalanan begitu licin karena hujan. Sementara itu,hujan makin lebat dan hari juga semakin gelap.
Sampainya mereka di rumah yang Dandi yakini itu adalah rumahnya Keyla, Dandi menghentikan mobilnya. Keadaan masih hujan. Keyla turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. Dan Dandi memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.
Keyla langsung masuk ke dalam kamar. Tanpa menggubris sapaan dari Mamanya dan Dezta. Mama Keyla melempar tatapan kepada Dezta, dan begitu sebaliknya.
**
Setelah mandi dan ganti baju. Tubuhnya langsung di hempaskan di kasur kesayangannya. Tangannya terulur mengambil kotak musik yang berwarna biru muda di atas nakas. Dengan posisi tengkurap dan dengan handuk yang menempel di kepalanya. Dia melewatkan makan malamnya.
Tangannya mulai menyalakan kotak musik kesayangannya dengan jari telunjuk yang memutar mutar di atas kotak musik tersebut. Matanya kembali berair. Entah itu air dari rambutnya karena keramas atau hal apa.
"Apa salah gue tetep nunggu lo?. Ini hati yang minta. Kenapa lo peka terhadap hati gue?. Nama lo selalu ada di hati gue, Yo. Sadar ga sih?." Keyla yang berbicara sendiri dengan mata yang mulai berair.
"Tau gak? Gue pengen banget manggil lo dengan logat aku-kamu". Bicaranya lagi.
"Aku ingin menjadi seseorang yang kamu pikirkan. Menjadi orang yang kamu harapkan. Menjadi orang yang mampu mengukir senyuman indah. Mampu memberi semangat saat kamu terjatuh. Dan mampu memberi sandaran saat kamu lelah. Lucu juga. Padahal aku bukan yang kamu semogakan. Tapi, kamu selalu orang yang aku semogakan setiap sujud sajadahku. ". Ucapnya yang masih dengan keadaan menangis. Isakannya semakin keras. Wajahnya yang benamkan di bantal. Suara kotak musik masih msngiringi.
"Aku tak berhak untuk menyalahkan garis takdir karena telah di pertemukan dengan orang seperti mu. Aku juga tidak berhak memaksamu untuk memiliki rasa sepertiku. Itu hakmu untuk memilih siapa yang mengisi di hatimu. Aku tak bisa memaksa. Aku juga tak punya hak untuk menangis. Biarkan semua berjalan sesuai alurnya, kamu orang yang aku kejar dan kamu tanpa menengok kebelakang terus berlari mengejar masa lalu yang hilang. Ku pikir, waktu akan berjalan seperti sedia kala. Aku dengan perasaan yang masih menunggu. Dan kamu, sibuk mengejar yang lalu. Semoga kita di pertemukan di rasa yang sama. Apa boleh aku minta bantuan pada matahari?. Aku ingin minta supaya di beri penerang saat aku mulai tak tau jalan. Minta bantuan bulan saat semuanya sudah di ambang senja. Minta bantuan pelangi saat semuanya sudah tak memiliki warna. Minta bantuan lentera saat aku tersesat di kegelepan yang mencekam. Minta bantuan hujan saat aku ingin menangis dengan suara yang keras tanpa siapapun mengetahui. Bolehkah aku melakukan semuanya?" Rancau Keyla dengan nada suara yang sudah serak karena menangis.
Setelah merasa kelelahan karena menangis, Keyla kini tertidur dengan tangan yang masih diatas kotak musik miliknya. Matanya begitu lebam karena kelamaan menangis. Sungguh, hantinya kini sedang kacau.
============================
Wew, gue dateng lagi 👀
Awawawww
Soli deh soli gue lagi mager ngetik 😌
Semoga suka dengan part ini 😬
Bhai!
Euy 👀