Mine 6

1.5K 121 9
                                    

POV RANIA


Aku mengunci diriku dan menolak untuk membukakan pintu untuk siapapun. Aku bahkan melewatkan makan siang dan makan malamku. Aku tidak berniat bertemu Raiza saat ini. Aku juga tidak mungkin menemui kedua orang tuaku dengan wajah yang berantakan seperti ini. Aku mendesah lemah saat melihat diriku di cermin nampak mengenaskan. Mataku bengkak, hidungku merah dan wajahku sedikit bengkak. Belum lagi rambutku yang acak – acakkan. Aku memutuskan untuk berendam air hangat untuk merubah suasana hatiku. Aku mendesah lelah saat tidak juga menemukan alasan Raiza membenci Kevin. Aku bisa merasakan antipati Raiza dari tatapannya kepada Kevin. Aku tidak mengerti dengan apa yang difikirkan Raiza terhadap Kevin. Dia seakan tahu sesuatu yang tidak aku ketahui. Tapi mengapa dia tidak mengatakan tentang alasan ketidaksukaannya kepada Kevin. Mengapa dia membuatku harus bertanya - tanya tentang alasannya. Ini aneh dan tidak masuk akal. Aku tidak bisa begitu saja terpengaruh dengan sikap Raiza yang nampak antipati kepada Kevin tanpa alasan jelas.


***


Keesokannya aku keluar untuk jalan – jalan. Aku sengaja pergi pagi – pagi sebelum keluargaku keluar dari kamarnya. Aku tidak ingin menemui mereka dengan keadaan hatiku yang masih belum baik. Aku menolak saat supir ingin mengantarku. Aku ingin pergi sendiri untuk menyendiri. Sebenarnya aku tidak punya tujuan kemanapun saat ini. Aku hanya ingin jalan – jalan dan menghabiskan waktu agar aku melupakan kejadian kemarin. Aku menatap banyak anak kecil yang nampak sedang bersepedah dengan orang tuanya di taman. Aku juga melihat beberapa orang sedang olahraga. Memang sepagi ini seharusnya aku memutuskan olahraga saja di banding jalan – jalan tidak jelas seperti ini. Aku hanya diam termenung menatap orang – orang yang berlalu lalang. Mereka nampak menikmati kegiatan mereka. Aku mendesah lemah sambil menikmati angin yang menerbangkan rambutku. Aku menunduk dan melihat tanganku yang bertautan. Tiba – tiba ada yang duduk disebelahku. Aku melirik bangku disebelahku dan menemukan Kevin di sana. Aku tertegun saat melihatnya yang sedang menikmati segelas coffee yang masih mengepul. Kevin tersenyum saat menatapku yang menatapnya. Perlahan dia menyodorkan segelas minuman hangat yang dia bawa.

"Aku bawakan coklat hangat," ucapnya pelan.

"Kau ada di sini? Bagaimana.."

"Aku hanya tidak sengaja melihatmu tadi. Aku memutuskan untuk membelikanmu coklat hangat karna aku melihatmu nampak murung. Kata orang coklat bisa memperbaiki suasana hati," ucap Kevin.

Aku termenung mendengar kata – katanya. Pelahan aku mengambil gelas yang dia sodorkan. Aku merasa dia selalu berada disekitarku secara kebetulan. Sebenarnya lubuk hatiku merasa ada yang ganjal dengan sikap Kevin namun entah mengapa semua terlupakan saat mengingat sikapnya kepadaku yang sangat baik dan selalu membantuku kapanpun aku membutuhkannya. 

"Maaf soal kemarin," ucapku pelan.

Aku mendengar Kevin mendesah. Aku meliriknya yang nampak tidak merespon kata – kataku. Aku bisa mengerti kalau saat ini dia marah kepadaku. Kalau aku menjadi dia mungkin aku juga akan marah. Biar bagaimanapun aku sudah mengecewakannya. 

"Kau harus menebusnya. Aku benar – benar kecewa kemarin."

Aku semakin merasa bersalah mendengar kata – kata Kevin. Tiba – tiba Kevin tertawa. Aku mengerutkan kening saat melihatnya tertawa.

"Aku hanya bercanda. Aku memang merasa kecewa tapi aku mengerti mengapa kau melakukan itu. Jangan khawatir," ucap Kevin lembut.

Aku tertegun saat dia membelai pipiku lembut. Aku hanya menunduk menyembunyikan pipiku yang memerah saat aku merasa pipiku memanas karna tatapan Kevin yang begitu lembut untukku. Aku merasa menjadi orang yang berbeda saat bersama Kevin. Aku tidak mengerti mengapa aku seperti ini. Ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini. Biasanya aku tidak pernah merasakan hal seperti ini dengan orang asing. Aku merasa sangat nyaman saat bersama Kevin.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang