Mine 23

966 66 4
                                    

POV RANIA


Aku merapihkan dasi yang di pakai Kevin. Hari ini akhirnya dia harus masuk kerja karna masa liburannya sudah habis. Dia nampak malas sekali untuk pergi. Sejak tadi dia selalu mencari alasan untuk tetap di rumah bersamaku.

"Sayang aku rasanya kurang sehat. Lebih baik aku.."

"Kau baik – baik saja. Kau hanya sedang mencari cara untuk bolos. Ayolah sayang nanti siang aku juga akan datang untuk mengantarkan makan siang," ucapku lembut.

Kevin membenamkan wajahnya dileherku sambil memelukku erat.

"Aku akan tersiksa di kantor tanpamu," ucapnya.

Aku hanya tersenyum mendengar kata – katanya. Dengan lembut aku menangkup wajahnya dan mengecup bibirnya.

"Kau akan baik – baik saja. Aku janji akan datang makan siang dan akan di sana sampai kau pulang kerja dan kita bisa makan malam di luar berdua," ucapku.

Kevin tersenyum mendengar kata – kataku. Mendadak wajahnya berubah serius menatapku.

"Jangan memasak," ucapnya memperingati.

"Iya. Aku tidak akan mendekati dapur. Percayalah aku akan berada di kamar seharian sampai waktunya pergi kekantormu," ucapku menenangkannya.

Dia tersenyum mendengar kata – kataku. Kevin kembali menarikku ke dalam pelukkannya. Aku hanya menepuk – nepuk punggungnya untuk membalas pelukkannya. Aku sangat menyayangi Kevin hingga perasaan benci yang aku rasakan mendadak menghilang entah kemana. Namun sayangnya aku masih belum siap untuk menyerahkan diriku seutuhnya kepadanya. Aku masih tidak bisa untuk memberikan mahkotaku kepadanya saat ini. Aku ingin semua berjalan perlahan walau aku tahu Kevin tersiksa karna sikapku ini. Aku memang masih belum siap karna pernikahan ini juga dilaksanakan terlalu mendadak hingga aku tidak bisa menyiapkan mentalku dengan baik. Sebenarnya ada satu alasan lainnya. Aku masih belum mau memiliki anak sebelum aku memastikan Kevin benar – benar sembuh. Aku tidak ingin dia menyakiti anak kami kelak karna kecerobohanku. Lagi pula Kevin masih membutuhkan banyak perhatianku. Kalau kelak kami memiliki anak, perhatianku sudah pasti terbagi dan itu tidak bisa terjadi selama dia belum benar – benar sembuh. Aku harap dia segera sembuh agar kami bisa memulai keluarga kami yang seutuhnya.


***


Aku berjalan menuju ruangan Kevin. Aku melihat sekertarisnya nampak langsung bangkit dari tempatnya saat aku datang. Aku hanya tersenyum dan memberikannya bekal yang aku buat untuknya juga. Aku harus baik kepada karyawan Kevin karna aku tahu Kevin terkadang memperlakukan mereka terlalu keras. Dengan pelan aku mengetuk pintu ruangan Kevin. Kevin membuka pintu untukku. Aku sempat terkejut saat dia melakukan itu. Aku mengerutkan kening saat dia menyeretku masuk dan mengambil tas yang di bawa pengawalku. Dia juga menyuruh pengawal untuk tidak masuk.

"Kevin kau baik – ba.."

Kata – kataku terhenti saat dia tiba – tiba menciumku dan tidak membiarkanku untuk menolaknya. Kevin mendorongku ke pintu dan memenjarakan tubuhku di sana. Dia menciumku tanpa memperdulikanku. Kevin memegang tanganku untuk menahanku. Dia terus melakukan itu hingga aku berusaha memalingkan wajahku kehabisan nafas. Kevin mengecup leherku seperti orang yang sedang kehausan. Tangannya melepaskan tanganku saat aku tidak berusaha melepaskan diri. Dia mulai menyentuh pinggulku. Aku menangkup wajahnya dan memaksanya menatapku. Aku menahannya saat dia ingin kembali menciumku.

"Ada apa Kevin? Kenapa seperti ini?" Tanyaku bingung.

Kevin terdiam. Dia nampak berusaha menahan sesuatu dengan memejamkan mata sebelum melepaskanku dan berjalan mengambil tas yang berserakan di lantai. Dia duduk diam dikursinya tanpa bicara sedikitpun. Aku yang bingung mencoba menghampirinya. Aku memijat punggungnya yang nampak tegang. Dia mulai tenang saat aku melakukan itu. Perlahan aku menangkup wajahnya untuk menatapku.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang