POV AUTOR
Detak jantung Kevin berdetak keras saat dia mendengar kembali Rania memanggilnya. Dia begitu merindukan Rania selama ini. Hanya dengan mendengar suara Rania rasanya kerinduannya sedikit terobati. Kevin membalikkan tubuhnya dan menatap Rania yang memilih mengalihkan tatapannya. Dia memilih menatap ke arah lain dari pada menatap Kevin yang saat ini sedang menatapnya dengan penuh kerinduan. Rania nampak menahan nafas saat menyadari kalau Kevin sedang menatapnya dengan penuh kerinduan. Dia menekan air matanya yang hampir menetes. Dia tidak ingin menangis di depan Kevin.
"Bisakah kau pastikan kekasihmu tidak lagi menggangguku? Aku tidak pernah mencoba mengganggu hubungan kalian. Aku sudah memutuskan untuk putus hubungan denganmu. Tapi mengapa wanita itu masih juga menggangguku. Tolong.. aku tidak ingin sesuatu terjadi kepada anakku lagi. Lebih baik kalian menjauh dari kehidupan kami," ucap Rania tegas.
Kevin terdiam saat mendengar kata - kata Rania. Hatinya kembali teriris saat mendengar Rania menyuruhnya untuk menjauh. Namun dia tidak bisa menyalahkan Rania mengingat rasa sakit yang telah dia torehkan kepada Rania.
"Dia bukan kekasihku Rania," ucap Kevin lirih.
"Aku tidak peduli. Mau dia kekasihmu atau istri barumu sekalipun aku minta kalian jangan pernah mendekatiku dan anakku," ucap Rania marah.
"Dia juga anakku. Aku ayah anak itu. Mengapa kau tidak bisa memberikanku hak sebagai ayahnya?" Tanya Kevin lirih.
Rania tertawa sinis saat mendengar kata - kata Kevin.
"Hak sebagai ayah?" Tanya Rania sinis.
Dengan penuh kebencian Rania menatap Kevin. Air mata menetes dipipinya saat dia melakukan itu. Tubuhnya gemetar karna kemarahan dan trauma yang dia alami.
"Tahukah kau betapa tersiksanya aku? Bisakah kau bayangkan rasa sakit yang aku alami sampai aku tidak menginginkan memberikanmu hak sebagai ayahnya? Kau.. masih berani menanyakan pertanyaan bodohmu itu kepadaku? Kau fikir kau masih berhak bertanya itu kepadaku? Kau tahu seberapa keras aku berusaha tetap mempertahankan kepercayaanku selama ini? Bagaimana rasanya.. kalau kau.. melihatku yang saat itu pergi meninggalkanmu tanpa mau menyelesaikan masalah kita? Bagaimana rasanya kalau kau.. melihat tubuhku dengan.. dengan banyak bercak bekas milik orang lain? Bagaimana rasanya kalau kau.. mendengarku menyebut nama pria lain saat kita.. ah tidak.. saat kau memaksaku untuk melayanimu? Bagaimana.. rasanya kalau kau melihatku ber.."
"Cukup Rania."
Kevin menutup matanya sambil menggeleng keras. Dia begitu tersiksa saat membayangkan kata – kata Rania seakan kata – katanya adalah sebuah skenario yang sedang diperagakan di layar lebar di depan mata Kevin. Itu begitu menyakitkan hingga Kevin bisa lepas kendali. Rania tersenyum getir saat melihat Kevin nampak tidak mampu membayangkan apa yang dirasakan Rania. Padahal Rania hanya mengatakan apa yang terjadi kepadanya dan tidak benar - benar melakukannya. Hanya membayangkannya saja Kevin tidak mampu. Bagaimana kalau itu benar - benar terjadi? Dia tidak akan mampu sekuat Rania saat ini.
"Kau merasakan sakitnya? Itu baru sebuah kata – kata Kevin. Aku.. aku merasakannya langsung. Aku rasanya sudah menyerah dengan hidup saat kesalahanmu yang terakhir. Tapi aku memiliki keluarga yang mendukungku. Aku tidak bisa begitu saja menyerah. Di tambah aku memiliki tanggung jawab tambahan. Tolong Kevin kalau kau pernah mencintaiku.. tolong pergi dari kami dan jangan pernah kembali," ucap Rania tegas.
Kevin terdiam mendengar kata – kata Rania yang begitu menyakitinya. Sebagian hatinya ingin menyerah, namun hati kecilnya tidak ingin menyerah untuk memperbaiki segalanya bersama Rania. Di satu sisi Rania berharap dengan semua kata - kata yang dia keluarkan tentang perasaannya bisa membuat Kevin menjauh darinya dan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
ChickLitRania gadis penyendiri yang mendadak bertemu sosok pria yang mengubah hidupnya dan membuatnya merasakan permainan takdir yang tidak bisa dia bayangkan dapat dia jalani. Semua nampak berubah semenjak Rania bertemu dengan Kevin pria yang selalu muncul...