Mine 7

1.3K 110 4
                                    

POV RANIA


Aku terpaku mendengar kata – kata Kevin yang baru saja aku dengar. Aku merasa perasaan yang aku rasakan selama ini bersamanya mendadak pecah dan menyebar ke seluruh tubuhku hingga membuatku merasa begitu bahagia. Tapi fikiran warasku menghentikan itu semua karna aku merasa tidak yakin dengan apa yang dikatakan Kevin. Kevin sosok sempurna yang sangat tidak bisa aku jangkau karna aku tidak sesempurna dia. Aku menunduk untuk memutuskan kontak mata kami. Aku menatap tanganku yang sedang dalam genggaman tangannya yang begitu besar hingga melingkupi seluruh tanganku yang kecil.

"Itu tidak mungkin," ucapku tanpa sadar.

Kevin mengangkat wajahku kembali dan memaksaku menatapnya kembali. Aku terpaksa mengikuti maunya.

"Mengapa tidak mungkin? Aku mencintaimu dan sangat mencintaimu. Perasaanku lebih besar dari yang terlihat olehmu. Perasaanku lebih dalam dari apa yang kau tahu. Tahukah kau, aku sangat tersiksa saat melihatmu menangis atau terluka. Tahukah kau, aku begitu bahagia saat melihatmu tersenyum atau tertawa bahagia. Rasanya aku ingin menghabiskan hidupku hanya untuk membuatmu bahagia. Aku bisa merasakan 1000 kali lipat dari apa yang kau rasakan. Rania aku tahu apa yang kau rasakan. Aku bisa melihatnya walau kau tidak mengatakannya. Aku bisa melihatnya dari matamu kalau selama ini kau merasakan perasaan yang asing sampai saat aku mengucapkan aku mencintaimu perasaan itu menyebar ke seluruh tubuhmu hingga membuatmu merasa bahagia. Aku tidak bisa membaca fikiranmu tapi aku bisa merasakan hatimu. Itu karna aku mencintaimu. Perasaan cinta yang begitu dalam hingga membuatku merasa hampir tidak bisa menahannya. Aku tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepadamu. Aku benar – benar mencintaimu Rania," ucap Kevin lembut.

Tanpa sadar aku meneteskan air mata saat mendengar kata – kata Kevin. Aku juga tidak mengerti mengapa aku begitu emosional seperti ini. Kevin menghapus air mataku dengan lembut. Aku masih takut mempercayai ini kalau ini adalah kenyataan. Aku takut untuk berharap banyak karna aku takut ini hanya mimpi. Aku bangkit dari tempatku untuk menghindari tatapannya. Aku tidak ingin terhanyut terlalu dalam dengannya.

"Rania..

"Beri aku waktu. Aku merasa terlalu cepat.. aku perlu mengembalikan kewarasanku. Aku merasa.."

Aku terdiam sambil menggeleng kepala untuk mengenyahkan fikiran yang berkecamuk. Aku benar - benar merasa sangat kacau saat ini.

"Baiklah aku akan memberimu waktu untuk berfikir. Tapi tolong jangan menjauh dariku," ucap Kevin.

Aku meliriknya sambil mengangguk pelan. Perlahan Kevin pergi dari ruanganku. Aku menghembuskan nafas dengan sulit. Rasanya dadaku sesak karna perasaan ini. Aku mengusap dadaku untuk menenangkan jantungku yang berdetak begitu cepat. Aku menatap langit untuk menerawang apa yang harus aku lakukan. Otakku buntu dan sulit untuk berfikir saat ini. Aku sudah tidak memiliki gairah untuk meneruskan pekerjaanku. Aku benar – benar pusing karna hal ini. Aku tidak menyangka ini begitu rumit. Aku teringat Raiza yang sangat membenci Kevin tanpa alasan. Aku yakin ini akan sangat rumit dan aku membenci harus berada di masalah ini. Mengapa hidupku yang begitu tenang awalnya menjadi begitu rumit. Ini sebenarnya apa yang salah sampai hidupku serumit ini. 


***


Aku membuka pintu kamarku tanpa niat menghampiri keluargaku di ruang tv. Aku hanya mengangguk saat mereka menyapaku dan memintaku untuk bergabung dengan mereka. Aku tidak ingin menghampiri mereka karna aku melihat ada Raiza yang menatapku tajam. Dengan keras aku menghempaskan tubuhku di tempat tidur. Aku benar – benar lelah dengan semua ini hingga aku merasa kehabisan tenaga. Aku teringat kata – kata Kevin yang begitu dalam untukku. Jantungku berdetak begitu keras saat mengingat kata – katanya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang