POV RANIA
Aku mengerjakan semua pekerjaan dengan cepat. Aku meminta sekertarisku untuk tidak menerima siapapun untuk masuk keruanganku termasuk Kevin. Walau nampak mustahil tapi aku berharap sekertarisku bisa menangani ini. Aku sedang tidak ingin bertemu Kevin dan mendengar alasannya. Aku rasanya ingin sekali pulang dan meninggalkan kantor, tapi rasa tanggung jawabku yang membuatku berfikir ulang untuk bolos. Aku mengecek jadwalku setelah selesai menyelesaikan pekerjaanku. Aku harus menghadiri rapat yang dikhususkan untuk staff keuangan. Dengan malas aku berjalan keluar ruanganku. Aku melihat Kevin yang sedang berjalan menuju kemari. Dengan cepat aku memberi kode sekertarisku untuk mengikutiku. Aku membaca berkas yang diberikan sekertarisku sambil sesekali menanyakan hal yang tidak jelas untukku kepada sekertarisku. Saat berada di depan Kevin aku hanya menganggukkan kepala untuk menyapanya. Aku langsung melewatinya tanpa memperdulikannya. Aku masih berjalan walau sekertarisku ketinggalan di belakang karna dia mengira aku akan berhenti untuk berbicara dengan Kevin. Aku memasuki ruang rapat tanpa tersenyum. Aku bisa merasakan ketegangan yang terasa di seluruh ruangan, mungkin ini karna aku yang sedang tidak mood hingga mempengaruhi semua staf. Aku tidak peduli walau orang lain tidak nyaman dengan auraku, setidaknya aku sudah berusaha untuk profesional.
***
Saat di tengah rapat, kami semua menoleh ke arah pintu yang terbuka. Aku menatap Kevin yang nampak muram. Dengan cepat aku berdiri untuk memberikan kursiku kepada Kevin. Kevin berdiri didepanku yang masih berdiri untuk mempersilahkannya duduk. Dia nampak diam menatapku seakan menungguku untuk bicara. Aku tidak bergeming dan memilih untuk mulai berjalan menjauh.
"Apa rapat ini masih lama?" Tanya Kevin tanpa mengalihkan tatapannya dariku.
Aku berhenti berjalan saat dia mengatakan hal itu.
"Tuan rapat ini masih belum selesai," ucapku tenang.
"Kalau begitu aku akan ikut rapat ini. Aku ingin kalian menyelesaikan rapat ini dalam waktu 10 menit. Kalau tidak yang ada diruangan ini akan aku pecat," ucapnya dingin.
Aku mengerutkan kening saat dia mengatakan hal itu. Sentuhan sekertarisku membuatku tersadar dari lamunan. Aku menarik nafas dalam sebelum kembali menatap Kevin yang masih setia menatapku.
"Baiklah tuan seperti keinginan anda," ucapku datar.
Aku memberi kode kepada staf yang akan menjawab pertanyaanku tadi. Kalau bukan karna kedatangan Kevin aku tidak akan semakin bad mood seperti ini. Aku berusaha keras mengabaikan tatapannya yang menusukku. Aku menatap staf yang sedang menjelaskan jawabannya kepadaku.
"Baiklah aku rasa ini sudah jelas. Apa ada lagi yang ingin kalian tanyakan?" Tanyaku.
Para staf lain nampak tidak bereaksi. Aku yakin mereka saat ini berharap aku menyelesaikan rapat tanpa menunggu lama lagi.
"Baiklah rapat ini kita selesaikan sekarang. Semoga kedepannya kita bisa melihat hasil yang lebih memuaskan dari sekarang," ucapku menutup rapat yang aku pimpin.
Semua staf mulai berdiri dan membereskan berkas yang mereka bawa.
"Semua bisa keluar kecuali nona Rania."
Semua menatapku dengan tatapan bertanya - tanya. Aku hanya tersenyum kecut sambil kembali duduk dikursiku. Entah apa yang akan mereka bicarakan setelah ini. Aku hanya diam sambil mengetuk – ngetuk meja tanpa minat. Semua staf nampak terburu – buru keluar. Sekertarisku dan sekertaris Kevin juga ikut keluar. Aku masih diam tanpa niat memandang Kevin. Aku bahkan tidak menatapnya karna aku terlalu malas menatapnya. Kevin mulai berjalan mendekatiku. Aku masih tidak memperdulikannya yang sudah berdiri didepanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
ChickLitRania gadis penyendiri yang mendadak bertemu sosok pria yang mengubah hidupnya dan membuatnya merasakan permainan takdir yang tidak bisa dia bayangkan dapat dia jalani. Semua nampak berubah semenjak Rania bertemu dengan Kevin pria yang selalu muncul...