POV RANIA
Aku duduk di sofa yang sama dengan Kevin. Kevin menatapku yang menggenggam tangannya.
"Jadi apa yang ingin kau ketahui dulu?" Tanyanya.
"Tentang masa kecilmu dan keluargamu," ucapku pelan.
Kevin terdiam saat mendengar pertanyaanku. Aku membelai lembut tangannya untuk menenangkannya.
"Masa kecilku tidak seindah masa kecilmu. Aku terlahir di keluarga yang keras. Karna itulah aku kehilangan ibuku. Aku tahu apa yang ibuku rasakan selama hidup di keluarga Archelaus. Dia tidak pernah sekalipun bahagia dengan berbagai aturan yang leluhur kami buat. Bahkan ayahku tidak pernah bisa membuat ibuku bahagia. Ibuku meninggalkanku saat aku berumur 5 tahun. Dia bunuh diri didepanku dengan menembakkan kepalanya dengan pistol. Itu karna ibuku mengalami gangguan jiwa akibat berbagai tekanan. Sejak saat itu aku yang baru kehilangan seorang ibu tidak diperbolehkan untuk sekalipun menangis. Mereka membuatku belajar dengan keras hingga aku melupakan rasanya punya keluarga dan rasanya memiliki rasa cinta. Hingga suatu hari tanpa sengaja aku melihatmu yang sedang bermain dengan Raiza di taman. Kalian begitu bahagia layaknya anak seumuran kalian. Aku iri dan ingin sekali merasakan apa yang kalian rasakan. Namun aku tahu aku takkan bisa merasakan apa yang kalian rasakan karna dilingkunganku tidak memperbolehkanku bersikap manja seperti anak seumuranku. Aku di tuntut sejak kecil untuk berfikir bagaimana caranya mendapatkan keuntungan besar dalam sebuah bisnis. Ayahku tidak pernah bisa memposisikan dirinya sebagai seorang ayah. Dia tidak memiliki belas kasih kepadaku. Suatu hari aku demam dan dia dengan tega menyeretku ke ruang belajar tanpa memperdulikan keadaanku. Aku yang dalam keadaan tidak baik melakukan kesalahan hingga membuatnya marah dan memukulku beberapa kali hingga aku hampir mati. Dia bahkan tidak segan mengurungku bersama anjing kesayangannya. Itulah mengapa aku selalu bersikap diktaktor dan kejam kepada lawanku. Aku terbiasa dengan kehidupan seperti itu karna keluargaku yang mengajarkan itu. Beruntung saat ini mereka semua sudah tiada saat kau ada di sini. Aku tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi bila mereka masih hidup. Mungkin aku akan mengubur keinginanku untuk mendapatkanmu karna aku tidak ingin kau terluka," ucap Kevin pelan.
Aku meneteskan air mata saat mendengar begitu beratnya kehidupan Kevin selama ini. Aku tidak menyangka di balik sikapnya yang tangguh, dia begitu rapuh. Aku membelai sayang wajahnya hingga dia tersenyum. Kevin menghapus air mataku dengan lembut.
"Jangan menangis," ucapnya lembut.
Aku tersenyum kepadanya. Kevin mengecup bibirku dengan lembut. Dengan pelan aku memeluknya sambil mengusap rambutnya. Kevin mengangkat wajahnya untuk menatapku.
"Apa hanya itu?" Tanyanya.
Aku termenung menatapnya. Aku ragu untuk kembali bertanya dan membuatnya menguak luka sedikit demi sedikit.
"Tidak apa – apa. Tanyakan saja," ucapnya lembut.
"Apa kau pernah membunuh seseorang?" Tanyaku hati – hati.
Kevin terdiam mendengar pertanyaanku. Dia nampak takut untuk mengungkapkan itu. Dengan lembut aku menepuk tangannya yang menggenggamku.
"Tidak apa – apa kalau kau tidak mau menj.."
"Pernah beberapa kali," ucapnya pelan.
Aku terdiam saat mendengar kata – katanya. Dia menundukkan kepala seperti seorang anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan. Aku benar – benar prihatin dengan apa yang aku lihat saat ini.
"Sebenarnya.. aku dalam pengawasan dokter. Aku.. bisa di bilang aku psikopat. Sejak ayahku mati ketua maid membawaku ke seorang psikiater untuk membantuku. Dia yang selama ini membantuku. Mungkin Raiza pernah mengatakan sesuatu kepadamu karna dia memang pernah melihatku tanpa segan menikam seseorang yang menggangguku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
ChickLitRania gadis penyendiri yang mendadak bertemu sosok pria yang mengubah hidupnya dan membuatnya merasakan permainan takdir yang tidak bisa dia bayangkan dapat dia jalani. Semua nampak berubah semenjak Rania bertemu dengan Kevin pria yang selalu muncul...