MINE 16

1K 71 4
                                    

POV RANIA

Aku keluar dari ruanganku saat para maid membukakan pintu untukku. Aku berjalan pelan tanpa minat ke arah pesta pertunangan yang berlangsung. Aku melihat Kevin yang sudah menunggu dengan di dampingi orang tuaku. Kevin menghampiriku dan menggenggam tanganku dengan lembut. Dia menuntunku untuk berjalan ketengah.

"Kau cantik sekali," ucap Kevin lembut.

Aku tidak ada niatan untuk membalas kata – katanya. Aku melihat papa nampak dingin menatapku. Aku tahu dia masih sangat marah kepadaku karna dia mengira aku hamil. Dengan lembut Kevin memakaikan cincin dijariku. Aku juga melakukan hal yang sama. Aku menatap para tamu saat mereka bertepuk tangan untuk kami. Beberapa cahaya kilat membuatku harus menyipitkan mata untuk menyesuaikan penglihatanku. Kevin merangkul pinggangku dengan erat dan mengecup pipiku. Aku menatapnya yang mulai meraih mic dari pengawalnya.

"Aku akan mengumumkan sesuatu kepada kalian. Banyak orang yang mengira kalau kami terlalu terburu – buru melangsungkan pernikahan karna kehamilan Rania. Aku membantah hal itu karna tunanganku tidak seperti yang kalian fikirkan. Bisa kalian lihat di layar adalah laporan kesehatan Rania. Dia dinyatakan negatif karna memang dia tidak hamil. Jadi tolong berhenti menghina calon istriku."

Aku menatap Kevin yang baru saja menjelaskan keadaanku dengan nada yang dingin. Kevin menatapku dengan lembut dan mengecup keningku. Aku tidak menyangka dia bisa menjelaskan ini. Aku fikir dia tidak akan menjelaskan ini semua.Aku baru mengerti mengapa sebelumnya dia menyuruh beberapa dokter untuk memeriksaku.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun berfikir buruk tentangmu," ucap Kevin lembut.

Aku melirik ke arah papa yang nampak terkejut menatap layar yang menampilkan hasil kesehatanku. Aku yakin saat ini dia sangat menyesal karna telah membenciku. Aku tersenyum menenangkannya saat dia menatapku dengan tatapan bersalahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku kepada Kevin.

"Tidak ada, hanya meluruskan yang seharusnya. Aku tidak suka melihat calon istriku sedih," ucap Kevin sebelum mengecup bibirku cepat.

Aku hanya diam tanpa mau membalas ciumannya. Kevin mengulas senyum kepadaku sebelum melemparkan senyum lebar ke arah wartawan.

***

Papa dan mama masuk kekamarku saat aku akan tidur. Aku menatap mereka yang nampak sedih melihatku. Aku tersenyum untuk menyambut kedatangan mereka.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Mengapa kau membuat kami salah paham? Mengapa kau tidak mau menjelaskan apapun.."

"Karna aku hanya ingin menikah secepatnya," ucapku datar.

"Sayang maafkan kami," ucapnya.

"Tidak apa – apa. Wajar kalau kalian salah paham karna siapapun pasti mengiraku hamil," ucapku pelan.

"Tapi mengapa nak? Kau tidak mau menjelaskan kalau kau tidak.."

"Aku sudah berusaha tapi papa tidak mempercayaiku. Aku tidak bisa melakukan apapun. Sudahlah yang lalu biarkan berlalu. Aku tidak apa – apa. Aku sebentar lagi akan menikah jadi jangan terbebani dengan hal apapun. Aku ingin kalian melepasku dengan bahagia," ucapku.

Aku menatap mama dan papa yang nampak termenung mendengar kata – kataku. Aku menebak mereka memiliki firasat kalau aku tidak akan bisa kembali lagi kepada mereka. Aku tidak akan pernah bisa menemui mereka setelah aku menikah karna Kevin mungkin akan mengurungku dan tidak membiarkanku keluar rumah bahkan keluar kamar. Aku tersenyum lembut kepada mereka untuk menenangkan mereka. Papa dan mama memelukku erat.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang