POV RANIA
Aku menatap dokumen yang sudah bertumpuk di meja kerjaku. Dengan pelan aku membelai perutku yang terasa bergejolak saat merasa begitu lelah dengan pekerjaanku. Sudah 2 bulan aku memulai pekerjaanku sebagai direktur di perusahaan papa. Pekerjaanku selalu saja menumpuk sampai – sampai aku kesulitan untuk mengatur istirahatku. Aku tersenyum saat mengingat usia kandunganku sudah semakin besar. Tanpa sadar aku memikirkan Kevin yang sudah tidak pernah aku lihat lagi selama 3 bulan. Aku mendesah lemah saat fikiran tentangnya menghantuiku. Buru – buru aku menepis tentang bayangannya. Aku tidak boleh lagi memikirkannya. Aku harus melupakannya. Aku yakin dia bisa mengurus dirinya sendiri saat ini. Dia tidak lagi membutuhkanku.
"Rania.."
Aku berjengkit kaget saat melihat papa yang tiba – tiba muncul dari balik pintu.
"Papa bikin aku kaget saja," ucapku sambil membelai dadaku.
"Kau melamun apa sih sampai tidak sadar kalau aku sejak tadi mengetuk pintu," ucap papa bingung.
"Aku terlalu larut pada dokument – dokument ini," ucapku menunjuk dokument dimejaku.
"Sudah tinggalkan saja. Ayo pulang. Kau tidak boleh lembur sayang. Kasihan anakmu kalau kau lembur terus," ucap papa.
"Baiklah," ucapku.
Aku langsung mengambil barang – barangku dan menggandeng tangan papa. Keluargaku memang selams ini selalu menjagaku dengan baik. Mereka berusaha mengisi kekosongan hatiku dengan perhatian mereka.
***
Aku hanya diam saat tidak sengaja mendengar kata – kata karyawati di perusahaan ini yang sedang membicarakanku di toilet. Mereka nampak menggunjingku yang tidak memiliki suami saat aku hamil. Dengan pelan aku membelai sayang perutku agar anakku tidak khawatir saat mendengar gunjingan mereka. Aku tahu mereka akan menggunjingku karna kekuranganku tanpa melihat apa yang aku lakukan untuk perusahaan ini hingga perusahaan ini bisa bertahan dan menggaji mereka. Kebaikan sebesar apapun seseorang cenderung tertutup dengan setitik kekurangan orang itu sendiri. Aku mendesah lemah sambil berusaha tersenyum kecil. Perlahan aku keluar dari bilik kamar mandi dan berdiri di samping para karyawati yang membicarakanku. Tanpa bicara aku mencuci tanganku dan pergi meninggalkan mereka yang masih terkejut melihatku. Aku tidak ingin repot – repot untuk memarahi mereka. Toh yang mereka bicarakan memang benar. Aku sudah bercerai dan aku saat ini sedang hamil. Itu adalah fakta dan aku tidak patut marah. Itu hanya membuang tenagaku saja bila aku harus memarahi mereka karna menggunjingku. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan dan itu membutuhkan tenaga yang lebih banyak.
***
Aku tersenyum senang saat secangkir coklat hangat sudah ada ditanganku. Aku menyesapnya pelan dan begitu bahagia saat merasakan kenikmatannya. Mataku teralih saat melihat sepasang suami istri yang nampak sedang tertawa bahagia. Aku melihat istrinya nampak berbinar senang saat memakan es krim ditangannya. Sedangkan sang suami sedang membelai lembut perut wanita itu yang nampak membuncit. Aku terpaku melihat pemandangan itu. Aku terpaku melihat kebahagiaan wanita tersebut yang begitu di cintai suaminya di saat dia mengandung. Tiba – tiba ada yang menabrakku hingga coklat panas yang aku pegang mengenai pakaianku. Aku menepuk – nepuk bajuku agar mengurangi rasa panasnya.
"Mmaafkan saya nona," ucap seorang wanita yang mencoba membersihakn bajuku.
"Ah tidak apa – apa," ucapku lembut.
Tiba – tiba wanita itu menggenggam tanganku sambil menatapku sendu. Aku merasa aneh dengan sikap wanita ini.
"Nona aku akan menggantikan pakaianmu," ucap wanita itu sambil berusaha menggendengku dan membawaku pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
ChickLitRania gadis penyendiri yang mendadak bertemu sosok pria yang mengubah hidupnya dan membuatnya merasakan permainan takdir yang tidak bisa dia bayangkan dapat dia jalani. Semua nampak berubah semenjak Rania bertemu dengan Kevin pria yang selalu muncul...