Mine 26

840 76 8
                                    

POV RANIA

Aku menatap ponselku yang tidak juga mendapatkan pesan balasan dari Kevin. Aku berhenti mengiriminya pesan lagi karna aku tidak mau mengganggunya dan membuatnya semakin tidak nyaman denganku. Dengan putus asa aku berjalan menghampiri keranjang pakaian kotor di kamar mandi. Aku menemukan pakaian Kevin yang berada di sana. Dengan berurai air mata aku mengambil pakaian itu. Perasaan rindu ini begitu menyiksaku hingga membuatku kesulitan bernafas. Aku terus berdoa kepada Tuhan untuk memberikanku jalan keluar agar bisa menyelesaikan masalahku dengan Kevin. Aku ingin mengakhiri masalah ini secepatnya tapi aku tidak mengerti bagaimana caranya. Berbagai cara sudah aku lakukan untuk mencoba menemuinya ataupun mencoba menjelaskan apa alasanku, tapi seakan kesalahanku tidak lagi bisa dia maafkan hingga dia memilih mengabaikanku. Apa hanya seperti ini cintanya untukku yang dulu dia selalu banggakan? Mengapa terasa begitu dangkal saat aku mencoba menyelaminya. Mengapa tidak sedalam apa yang dia ceritakan kepadaku.

"Mengapa kau begini? Mengapa kau menyiksaku sampai seperti ini? Ternyata benar apa yang dulu aku fikirkan. Kau akan meninggalkanku saat kau tidak lagi menginginkanku," ucapku lirih.

Aku menangis sambil menatap kemeja Kevin yang aku pegang. Saat aku sedang memeluk kemeja itu, tanpa sadar mataku terpaku kepada bekas lipstik di kemeja itu. Aku yakin itu bukan milikku karna aku tidak memakai lipstik berwarna merah darah seperti ini. Bayangan tentang Mona menghantuiku. Aku melempar kemeja itu dengan kekecewaan yang mendalam. Aku tertawa saat melihat diriku di pantulan cermin yang nampak kacau. Di saat aku menangisi suamiku dan berharap dia mau pulang menemuiku. Suamiku ternyata sedang memadu kasih dengan kekasihnya. Aku benar – benar menyedihkan. Aku tertawa mengejek diriku yang ada di cermin, namun air mata terus mengalir hingga mataku sakit.

***

Aku menghubungi dokter Rizal. Aku harus tahu perkembangan Kevin. Entah mengapa hari ini begitu ingin menghubungi dokter Rizal.

"Halo.."

"Halo dokter ini aku. Aku ingin menanyakan keadaan.."

"Dia ada di sini. Apa kau ingin ke sini?" Tanyanya pelan.

Aku terdiam mendengar kata – kata dokter Rizal. Sejujurnya aku ingin datang ke sana dan meminta penjelasan kepada Kevin tentang masalah kami. Tapi entah kenapa rasanya hari ini begitu melelahkan bagiku hingga aku tidak sanggup untuk menghadapi apapun.

"Tidak. Aku tidak akan datang. Aku tahu dia tidak akan nyaman kalau ada aku di sana. Jaga dia dan kabari aku tentang keadaannya setelah dia pergi," ucapku lemah.

"Kau baik – baik saja?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan yang sulit sekali untuk aku jawab saat ini. Aku tidak sanggup mengatakan aku baik – baik saja saat ini. Aku hanya mendesah lemah saat tidak mampu menahan air mataku.

"Datanglah kapanpun kau siap. Aku akan menunggumu sebagai teman," ucap dokter Rizal.

"Terima kasih," ucapku lirih.

Aku menutup telfonnya dan membiarkan ponselku terjatuh di lantai. Aku menunduk saat air mata kembali sulit aku tahan. Ini terlalu berat dan aku merasa semakin tidak sanggup memikul ini.

***

Aku tersenyum lemah saat mama mengunjungiku. Dia nampak menatapku dengan sedih saat melihat keadaanku. Aku sedikit terhibur saat melihat Rachel yang juga ikut. Dia nampak senang dan mengajakku bermain dengan bonekanya.

"Kau belum dapat kabar apapun dari suamimu?" Tanya mama.

Aku menggeleng kepala. Dengan berat mama mendesah lemah sambil meraihku ke dalam pelukkannya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang