Mine 8

1.3K 107 2
                                    

POV AUTOR


Rania menatap tidak percaya kepada anak kecil yang sedang menatapnya bingung. Dengan ragu Rania menyentuh pipi tembam anak itu. Dia masih tidak percaya ini nyata.

"Kevin ini.."

"Ya.."

Rania masih menatap anak kecil itu bingung. Perlahan dia memeluk anak itu sambil menangis.

"Antar kami ke rumah," ucap Rania pelan.

Kevin hanya tersenyum menjawab kata – kata Rania.


POV AUTOR END


POV RANIA


Orang tuaku nampak termenung saat melihatku yang datang membawa seorang anak kecil. Aku bisa melihat mereka saling memandang saat pertanyaan yang sama muncul di benak mereka. Aku merasa tegang karna aku takut mereka tidak akan menerima ini. 

"Rania siapa ini?" Tanya mama.

"Dia.. Rachel.. dia.."

Aku menatap Kevin dengan ragu. Aku takut ini akan berdampak buruk.

"Dia cucu kalian," ucap Kevin.

Aku mendengar suara gelas yang pecah. Aku menutup mataku saat merasakan perubahan aura yang sangat tajam. Aku yakin mereka akan segera berteriak histeris.

"APA?" Bentak papa.

Rachel yang mendengar bentakkan papa langsung memelukku erat.

"Pah.. dengar dulu.."

"Apa ini Rania! Tidak papa tidak setuju!" Ucapnya marah.

"Om tolong dengarkan dulu. Ini tidak.."

"Kau jangan berani – berani mendekati anakku. Tidak tahu malu!" Potong papa.

"Papa dia anak Raiza bukan Kevin!" Ucapku marah.

Papa yang mendengar kata – kataku langsung terdiam. Aku tersadar saat mendengar suara tangis Rachel yang ketakutan. Aku langsung meraihnya dalam gendonganku. Aku bisa melihat papa nampak masih bingung dengan kata - kataku. Aku hanya menatap Kevin berharap dia mengerti kalau aku sudah tidak mampu meneruskan kata - kataku untuk menjelaskan semua.

"Maafkan tante karna tadi membuatmu kaget sayang. Jangan menangis lagi hmm.."

Aku mengusap air mata di pipi tembam Rachel. Rachel masih sesegukan sambil menatapku. Rachel langsung memeluk leherku erat untuk meminta perlindungan dariku.

"Rania tenangkan Rachel dulu. Biar aku yang menenangkan orang tuamu," ucap Kevin lembut.

"Terima kasih," ucapku pelan.

Aku langsung membawa Rachel kekamarku. Entah apa yang akan terjadi nanti saat Raiza datang. Aku khawatir papa dan mama tidak bisa menerima Rachel. Aku tidak bisa membiarkan Rachel terlantar. Aku akan berusaha membuat mereka menerima Rachel apapun yang terjadi. Walaupun itu artinya aku harus pergi dari rumah ini dan hidup berdua dengan Rachel itu tidak masalah buatku.


***


Setelah berhasil menenangkan Rachel aku kembali ke ruang keluarga setelah Kevin meyakinkanku untuk menunggu Raiza dengan keluargaku. Aku menuruti Kevin karna saat ini dia yang bisa berfikir waras di banding kami. Aku mendengar suara pintu yang terbuka. Rachel masih dengan erat memelukku. Dia tahu saat ini situasi disekelilingnya sangat mengerikan. Kevin menggenggam tanganku untuk menyalurkan ketenangan. Aku menatap Kedua orang tuaku yang masih nampak shock dengan kejadian ini. Mereka hanya menatap kosong ke arah Rachel. Seakan Rachel adalah objek aneh yang baru mereka lihat. Sejujurnya kalau bukan dalam keadaan tegang ini sangat lucu hingga membuatku tidak bisa menahan tawaku saat melihat ekspresi kedua orang tuaku yang menatap anak kecil dalam pelukkanku seperti sosok alien yang baru saja datang ke bumi. Namun saat ini bukan waktunya untuk tertawa karna aku masih belum mengetahui reaksi mereka dan keputusan mereka tentang Rachel.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang