Mine 17

1K 62 4
                                    

POV RANIA


Aku memeluk mama dengan erat saat waktunya kami berpisah. Aku benar – benar takut sekarang karna aku tahu mungkin aku tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi.

"Suamimu sudah menunggu. Ayo kita harus keluar sekarang," ucap mama melepaskan pelukkanku.

"Mama.."

"Nak mengapa kau begini? Sekarang kau sudah menikah jadi kurangi sifat manjamu," ucap mama.

Aku hanya menunduk untuk menyembunyikan air mataku. Mama menangkup wajahku dan menghapus air mataku dengan lembut. Aku menoleh saat mendengar suara ketukkan pintu. Aku melihat papa dan Raiza yang datang. Papa memelukku dengan erat untuk menyalurkan rasa sayangnya kepadaku. Aku melirik ke arah Raiza yang nampak menghapus air matanya. Aku tahu dia sangat sedih karna aku akan mengorbankan diriku demi menyelamatkan mereka. Aku tidak sanggup lagi menahan air mataku hingga aku kembali menangis. Papa menangkup wajahku dan menghapus air mataku.

"Putri papa yang cantik tidak boleh menangis. Kamu sekarang sudah dewasa dan memiliki tanggung jawab baru menjadi seorang istri. Sekarang tidak boleh lagi manja dan cengeng seperti ini," ucap papa.

Aku hanya mengangguk dan berusaha menahan isak tangisku. Raiza langsung memelukku saat papa melepaskanku. Dia terisak sambil memelukku. Aku bisa merasakan kalau dia ingin sekali menahanku agar tidak pergi, namun dia tidak bisa melakukan itu.

"Maafkan aku. Maaf karna aku tidak sanggup menjagamu. Maafkan aku.."

Aku menggeleng kepala sambil membelai punggung Raiza. Aku melepaskan pelukkan Raiza saat mendengar suara deheman Kevin. Aku menunduk sambil menghapus air mataku. Aku merasakan kecupan singkat di puncak kepalaku. Aku mengangkat wajahku dan melihat Kevin yang tersenyum lembut kepadaku. Dia mengecup keningku dengan lembut untuk menyalurkan ketenangan, namun bagiku ini sebagai peringatan darinya.

"Sudah waktunya kita pergi."

Aku menunduk lesu saat mendengar kata – kata Kevin. Kevin mulai berpamitan kepada keluargaku dan membawaku pergi. Dengan berat aku mengikuti Kevin hingga kami di depan mobil. Aku menoleh ke belakang sebelum masuk. Aku menatap sedih ke arah mereka. Rangkulan dipinggangku yang mengerat membuatku tersadar dan masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian Kevin duduk disebelahku. Aku masih menatap keluargaku hingga aku tidak bisa lagi menatap mereka. Aku menunduk untuk menyembunyikan air mataku. Kevin meraihku ke dalam pelukkannya. Kevin mengecup puncak kepalaku beberapa kali.

"Mulai sekarang kau hanya milikku dan aku bersumpah kita akan hidup bahagia bersama sayang," ucapnya lembut.

Aku tidak membalas kata – katanya ataupun pelukkannya. Aku hanya menangis dalam diam. Kita tidak akan bahagia di pernikahan yang seperti ini. Pernikahan yang diinginkan sebelah pihak akan terasa sangat menyiksa untuk di jalani. Aku yakin dan tahu kalau kami tidak akan bertahan lama karna ini hanya tentang obsesi bukan cinta. Pernikahan konyol yang dijalankan karna obsesi tidak akan berhasil.

***

Sesampainya di rumah Kevin, Kevin membawaku masuk ke rumah dengan menggendongku ala bridal. Aku merasa rumah ini berbeda dari yang dulu pernah aku datangi. Ini bukan rumah yang dulu dia menunjukkan Rachel kepadaku. Aku menepis pertanyaan difikiranku. Aku merasa gugup karna aku belum siap untuk melakukan sex bila Kevin menginginkan hal itu. Sesekali Kevin mengecup pipiku. Aku sama sekali tidak bereaksi dengan perbuatannya.

"Rumah kita sedang di renovasi dan sebentar lagi selesai. Sebelum itu selesai kita akan tinggal di sini sementara. Kau tegang sekali sayang? Apa kau gugup?" Tanya Kevin.

Aku menundukkan kepala tanpa mau menjawabnya. Aku melirik saat Kevin berusaha membuka pintu. Aku hanya diam saat melihat ruangan yang sudah dipersiapkan untuk kami.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang