3. cobaan apa lagi ini?

7.5K 326 12
                                    

Aku sudah sampai di sekolah. Gausah nanya kenapa aku bisa sampai ke sekolah, karena aku malas ngejelasin.

Dan buang semua khayalan kalian, kalau aku dijemput kak Rio, nyatanya, aku tetep naik angkot buat sampai ke sekolah.

Pacaran, sama jomblo, sama aja.

Aku mau nanya, emang gini ya rasanya pacaran? Ga ada indah-indahnya.

Apa emang aku baru pertama kali pacaran,jadi gatau apa-apa? Entahlah, gak usah dibahas.

"Viona, ada titipan surat nih, dari kak Rio anak kelas dua belas." Kata Udin, sambil menyodorkan surat ditangannya.

"Dari, kak Rio? Beneran?" Balasku, tidak percaya.

"Lama, nih ya." Udin melempar surat itu dengan pelan ke meja ku.

"Yaelah din. Biasa kali, biasa."

"Nama gue udin, bukan din. Inget ya, U-D-I-N, udin. Udah berapa kali gue ingetin, sih?" Udin emang selalu marah kalau namanya cuma di panggil setengah, gak tahu sebabnya apa, padahal, aku santai aja tuh kalau dipanggil setengah nama.

"Eh din, kalo lo ga pergi dalam 3 detik, gue bogem. Mao lo?!" Ucap Feli sambil menarik kerah Udin untuk menyamai tingginya.

"I-i-iya." kata Udin dengan terbata-bata. Udin emang palling takut sama Feli.

Ok, aku akan ngebahas tentang Feli.

Namanya Feli. Gak usah nama panjang. Dia itu temen aku juga, waktu kelas 9 SMP, saat ujian nasional, dia sekelas sama aku. Dari situlah, aku jadi kenal dan mulai deket sama dia, sampai-sampai aku kerja sama ama dia supaya bisa masuk SMA ini. Alhasil, kerja sama kita berhasil, kita berdua masuk SMA yang sama. Dan untungnya, Audy juga keterima disini, lengkap sudah teman-temanku. Balik ke topik, Feli ini orangnya dari dulu emang tomboy parah, pemberani, plus ditakutin. Feli itu ga bakal mikir dua kali buat nonjok orang, kalau hatinya udah bilang tonjok, tangannya bakal bekerja.

Testimoni, orang yang udah di tinju Feli, gak bakal mau macem-macem lagi. Feli juga punya tinggi badan yang lebih dari perempuan seumurannya. Tingginya jauh di atas kami, makanya gak heran, kalau Udin ngomong sama Feli itu harus mendongak. Feli ini orangnya punya selera humor yang bagus, ia juga selalu ngelindungin aku dari ospek kakak osis yang kejam saat masuk SMA ini.

Itu aja penjelasan sedikit tentang Feli. Sedikit kan?

"Dasar tuh si Udin, beraninya ama lo doang, Vi. Giliran gue maju, takut dia." Ucap Feli sambil menggelengkan kepala.

"Kenapa gak lo tonjok aja sih tu ketua kelas nyebelin? Gue bakal ngebela lo 100% kalo masuk ruang BP." Celetuk Audy di sebelahku.

"Husshh, jangan ngawur lu Dy! menjerumuskan temen ke jalan yang salah, parah lo." Cibirku, sambil menyenggol lengannya.

Feli tertawa kecil, lalu duduk di atas meja,"pengennya sih gitu. Tapi kasian Udin, muka nya udah pait, masa kehidupannya gue tambah jadi pait."

"Sa ae lo mah. Tapi, serius deh, muka Udin tadi kocak banget pas lu megang kerahnya." Ucap Audy.

"Keren, 'kan, gue? Mukanya 180 derajat menunjukkan ketakutan luar biasa."

"Yoi. Ada ada aja ya si Udin. Kocak banget tu orang."

Disaat kedua temanku membicarakan si ketua kelas, Udin. Aku memilih untuk diam, dan membuka sepucuk surat dari kak Rio.

Pas istirahat lo temui gue di kantin. Cari meja yang gue tempatin.

Itulah isi suratnya, semoga saja aku bakal ditraktir, atau di perlakukan sebagai pacar yang pada umumnya di sana.

"Eh Dy, Fe, nanti kalian makan berdua aja ya di kantin. Gue mau nemenin kak Rio nanti, gak apa-apa, 'kan?" Jelasku.

My Devil Prince [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang