26. jawaban.

4.3K 170 1
                                    

Viona POV.

Aku melamun di pinggir kursi lorong sekolah, masih memikirkan tentang kejadian barusan yang menimpa ku. Ya, tadi itu tiba-tiba saja kak veronicka memarahiku bahkan menamparku. Bukannya aku takut, tapi tamparannya itu sangat amat menyakitkan. Bahkan pipi ku masih terasa perih dan panas.

Mungkin kasus ini gara-gara aku nampar kakaknya veronicka, yaitu si Vika a.k.a mama tiri aku. Saat sedang melamun kurang lebih 15 menit, tiba tiba ponselku berdering. Aku pun mengambil ponselku di dalam saku, dan ternyata...

Mati.

Bukan, maksudku bukan HPnya yang mati.

Tapi kayaknya aku yang mati.

Ada pesan masuk dari kak rio.

Rio gahardian.

Vi, dimana?

Di halte.

Ngapain? Dari tadi
Belom pulang dari
Sekolah?

Belom.

Loh kok?

Lagi males pulang.

Read.

Kirain ada kabar apa, ternyata kak rio ngeline aku gitu doang. Di read doang lagi.

TIN. TIN.

Suara klakson motor sukses mengagetkanku 67%, dan motor ninja berwarna biru yang sepertinya aku kenali ini berhenti tepat di depanku.

Orang yang mengendarai motor itu pun membuka helm full face nya, dan ternyata benar dugaan ku, bahwa itu kak rio. Ngapain dia kesini? Bukannya waktu dia ngeline aku, dia itu ada di rumah ya? Ah, entah lah.

"Ayok naik." Kata kak rio sambil melirik kursi penumpang motornya.

"Kok, kak rio bisa cepet kesininya? Bukannya kak rio ngeline aku pas di rumah?" Tanyaku padanya.

"Pas lo ekskul KIR, gue sengaja buru-buru pulang dan niatnya mau jemput lo. Tapi ternyata pas gue ke sekolah, lo gak ada. Kata Silvana, lo udah pulang duluan. Jadi gue ngeline lo, dan ternyata lo masih di sini. Ngapain sih Vi, lo lama-lama disini? Bengong lagi." Ucap kak rio panjang kali lebar.

"Oh. Aku pulang sendiri aja kak." Jawabku dengan senyum tipis.

Tiba-tiba kak rio turun dari motornya dan narik aku tanpa berkata sedikit pun. Saat sampai di motornya, kak rio memberikan helm satunya lagi kepadaku.

Aku pun menurut saja, dan akhirnya memakai helm. Alhasil, aku diantar kak rio pulang.

"Jawabannya gimana vi?"

Jujur, aku tidak mendengar perkataan kak rio barusan.

"YO MARI KACANG." kak rio setengah berteriak. Aku pun kaget dan terbuyar dari melamun lagi.

"Hah? Kenapa kak?"

"Bengong mulu Vi. Gimana jawabannya? Kan katanya hari ini."

Benar kata kak rio, seharusnya hari ini aku mengasih tahu jawabanku. Setelah aku berfikir dua kali, akhirnya aku mendapat keputusan.

My Devil Prince [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang