"Lo di ajak balikan ama si rio?!" Teriak antusias feli.
"Di tembak sama andra juga?!" Timpal audy.
Aku bersama audy dan feli sedang berada di kantin hari ini, aku sudah menceritakan semuanya ke mereka berdua. Seperti dugaanku, mereka sangat kaget dan antusias sepertinya.
"Jangan keras-keras, dilihat orang tau." Desisku pada mereka.
"Pokoknya lo harus terima andra." Ucap audy, seraya meminum jus strawberry di tangannya.
"Loh, kok jadi andra? Rio aja lah! Kan viona suka nya sama rio, kok malah di suruh nerima andra. Aneh lu dy," kata feli.
"Gak, gak, gak! Pokoknya gue gak setuju lo balikan sama rio. Vi, percaya ya sama gue, lo ga akan pernah bahagia pacaran sama model macam rio." Ujar audy menekan ku.
"Loh, kok lo yang maksa sih? Gue sih yakinnya hati viona itu milih rio. Kalau dia masih cinta sama rio, kenapa harus nolak?" Balas feli, dengan santai tapi di balas tatapan tajam oleh audy.
"Heh, lo dari tadi itu ikut campur aja. Ini urusan gue sama viona, dan lo gak berhak ngatur viona." Jawab audy. Aku hanya diam, menyimak pertengkaran mereka.
"Lah, lo sendiri siapa ngatur viona? Viona punya pilihan sendiri, jadi lo gak usah paksain dia untuk milih pilihan lo. Lagi pula, rio gak buruk-buruk amat kok. Dia ganteng, keren, tipe cowok dingin-dingin romantis, keren sih pokoknya. Ya andra juga ganteng sih, tapi bagi gue, cowok dingin itu lebih terkesan menawan." Ujar feli sambil senyum-senyum menjijikan.
"Apaan sih lo, alay! Gue gak mau tahu, gue gak setuju lo balikan sama rio. Kalau sampai lo balikan sama rio, gue gak mau temenan lagi sama lo Vi." Ucap audy, yang membuatku melebarkan mata, "hah, kok gitu sih dy?" Tanyaku.
"Ngapain sih lo maksa viona sampai segitunya. Biarin dia milih pilihannya." Cetus feli.
"Lo ribet banget sih. Gue itu sahabat viona dari kelas satu SMP, sedangkan lo baru kenal viona saat UN kelulusan. Jadi, gue lebih ngerti hal yang terbaik buat viona." Balas audy sinis.
"Kalau lo emang sahabatnya, harusnya lo mendukung pilihan sahabat lo sendiri. Jangan ngakunya doang sahabat, padahal mah cuma tong kosong." Cibir feli.
duh, mereka kapan selesai berantemnya.
"Maksud lo apa ngomong gitu? Lo temenan sama viona masih baru, gue jauh lebih lama bertemen bahkan sahabatan sama dia."
"Ngatur sahabat aja bangga! Alasan lo apa gak bolehin viona balikan sama rio? Aneh."
"Karena---"
"Emm.... temenin gue ke kelas yok, mau ngambil buku." Potongku terburu-buru sebelum audy ke-ceplosan bilang kalau kak rio pernah nyuruh aku ini-itu.
"Lo ikut kan fel?" Tanyaku pada feli yang sedari tadi memasang raut wajah jutek.
"Ogah. Gue males jalan seiringan sama cewek yang bisanya nilai orang dan maksa orang gitu aja. Cih." Cibir feli. Audy menatap semakin tajam ke arah feli.
"Lo kalau mau ribut sama gue bilang! Jangan lo kira gue takut mentang-mentang lo itu di kenal tomboy!" Ketus audy yang sudah bangkit.
"Loh? Yang ngajak ribut duluan siapa? Kalau mau ribut boleh dah! Gue ladenin."
"Eh-eh, udah dong. Duh, gue kebelet pipis nih, temenin yuk audy." Kataku mengalihkan pembicaraan mereka agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
"Pokoknya gue gak setuju lo balikan sama rio ya viona, inget itu!" Ujar audy, aku hanya diam. Tidak tahu mau menjawab apa.
///
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...