Aku membuka kelopak mataku perlahan, sayup-sayup aku melihat audy sedang duduk di sebelahku.
"Audy? Gue di mana?" Tanyaku dengan suara lemas.
"Lo di UKS, tadi lo pingsan. Kak rio yang ngebawa lo kesini, terus salah satu temennya ngasih tau gue." Jelas audy, "feli lagi beliin makanan buat lo."
Aku mengangguk, "makasih."
"Masih mau sampai kapan lo bertahan kaya gini, Vi?" Ucap audy dengan serius.
"Maksud lo?"
"Gue tau, kenapa lo pingsan. Gue juga tau, kenapa lo ga sempet makan di kantin. Gue juga tau, kalau lo di ketawain seisi murid di kantin gara-gara lu sujud di kaki kak veronicka." Ujar audy, sambil menatap ku dengan serius.
"Lo tau dari--"
"Gue ke kantin. Dan gue ngeliat semuanya. Gue bohong sama lo tadi di kelas, kalau gue ga ke kantin. Niatnya gue emang cuma ke toilet, tapi tiba-tiba gue pengen beli permen karet, terus ngeliat lo di sana. Untung feli gak tahu, kalau sampai feli tau, bisa-bisa kak rio di ajakin ribut sama dia."
"Maka dari itu, jangan sampai feli tau dy"
"Viona, gue serius sama lo. Mending lo putusin kak rio. Cowok banyak Vi, ga cuma dia."
"Tapi gue udah ber--"
"Bertahun-tahun nungguin dia? Vi, dengerin gue. Gue ga masalah kalau lu pacaran sama kak rio, tapi dari semua yang gue liat, kayaknya kak rio ga serius sama lo, dia cuma manfaatin lo. Buat apa lo mencintai dia, sedangkan dia ga menghargai perasaan lo? Buat apa lo rela berkorban untuk dia, sedangkan dia nyusahin lo?"
"Dia ga nyusahin gue kok."
"Mungkin bagi lo dia ga nyusahin lo, karena lo udah di butakan oleh cinta! Viona, buka mata lo. Gue ga suka kalau lo kayak gini, gue berharap lebih, agar kak rio bisa bahagia-in lo, tapi faktanya ga seperti yang gue fikirkan."
"Kak rio udah bikin gue bahagia kok."
"Dengan cara lo disuruh-suruh, gitu? Ya ampun vi, gue udah ga ngerti lagi harus gimana sama lo." Desis audy sambil menggelengkan kepala.
Aku berdiam sejenak, setelah itu baru melanjutkan, "gue ga minta lo buat ngertiin gue. Karena lo ga akan bisa ngerti gue dy."
"Elo yang ga bisa ngertiin diri sendiri, Vi. Gue sahabat lo, gue ga bisa diem aja ngeliat sahabat gue di jadiin babu sama cowok brengsek itu--"
"Kak rio ga brengsek dy."
"Terus apa, kalau bukan brengsek? Dia itu cuma manfaatin lo"
"Dia ga manfaatin gue dy"
"Viona!"
Aku menunduk, menahan segala air mata yang terbenung di kelopak mata. Rambutku yang tergerai menutupi wajahku, aku menyembunyikan wajahku, agar audy tidak melihat aku menangis. Tapi tetap saja, aku tidak bisa menahan air mata ini. Tubuh aku mulai bergetar, air mataku mulai berjatuhan.
"Vi, vi. Loh, kok lo nangis?" Tanya audy dengan khawatir, ia mengangkat wajahku sehingga sejajar dengan wajahnya.
"Lo harus ngerti gue dy. Lo ga tau kan? Sebanyak apa perjuangan gue bertahun-tahun demi dapetin kak rio, setiap malam gue selalu merenung mikirin kak rio, setiap hari gue selalu mencari info tentang dia. Dan saat dia lulus, bertahun-tahun lamanya juga gue menahan rasa rindu ini. Dan sekarang, dia udah jadi pacar gue, lebih tepatnya dia udah jadi milik gue. Gue ga mau ngelepas apa yang udah gue perjuangin, gue ga mau ngelepas itu semua dy.. gamau.. gue mohon jangan paksa gue buat ngelepas kak rio. Gue sayang dia.." lirihku, sambil terisak tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...