Di play dulu lagunya biar enak,
Jangan lupa di vote dulu sebelum baca:))
Happy reading
----
Seminggu sebelum kejadian..
aku sangat kacau hari ini, sebelum bel pulang sekolah berbunyi aku sudah bolos duluan. Tapi aku tidak pulang ke rumah, melainkan datang ke suatu tempat. Aku merasa kalaau dunia tidak memihakku, aku juga tidak punya tempat untuk berpulang.
Yang aku rasakan adalah, Hampa.
Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Mereka yang kusayangi telah pergi.
Aku memandang sebuah rumah yang sudah kelihatan lusuh dan kotor di depanku. Aku menatap rumah itu dengan tatapan sendu, segala memori-memori yang tersimpan dalam rumah ini seakan memaksaku untuk mengingat segalanya.
Aku masuk lewat pagar yang sudah berkarat itu, halaman depan rumah itu sangatlah kotor dan juga di penuhi daun-daunan. Setidaknya, halaman itulah tempatku belajar berjalan. Aku membuka pintu rumah itu dengan susah payah, pintunya sudah rapuh dan juga keras untuk di buka. Terdengar suara gesekan cukup keras ketika aku membuka pintu tersebut.
Aku mulai memasuki rumah itu, sangat gelap. Dengan cahaya minim yanng ku dapat, aku bisa melihat sofa yang sudah rusak dan juga foto-foto yang terpajang di dinding. Ini adalah rumahku, dimana saat itu mendiang almarhummah ibuku masih hidup.
Ketika ibu meninggal, dan ayah memutuskan untuk menikahi tante vika, rumah ini berniat untuk di jual. Namun, aku menolaknya. Aku tidak akan pernah memberikan kenangan terindah ini kepada siapapun, aku juga tidak akan memperjual-belikan kenangan manis ini kesiapapun. Hanya ini peninggalan yang aku punya, hanyalah rumah ini tempat kesedihanku berada.
Aku menatap setiap foto yang di pajang di dinding dan juga meja, semua foto itu sudah berdebu dan kusam. Tapi aku masih bisa melihat isi dalam foto itu, di sana ada fotoku saat berumur 5 tahun sampai 10 tahun. Aku mengusap meja tempat ibuku dulu saat sedang bersantai, yang aku dapatkan di tanganku hanyalah debu.
Ada juga salah satu peninggalan kenangan ibu ku yang paling penting dalam hidupku yaitu, piano. Piano adalah alat musik kesukaan ibu ku sejak muda, ia selalu memainkan piano sambil bernyanyi di depanku. Suara nya indah nan merdu, rasanya aku rindu mendengar suara itu.
Aku mendekati piano hitam tersebut, aku mengelus setiap bagian piano itu, debu yang menempel di dinding piano itu aku tiup agar terlihat lebih bersih. Ku buka penyanggah piano itu, ku tatap setiap not piano itu.
Ibu, aku rindu.
Boleh kah aku meneteskan air mata ini lagi?
Setiap hari, ibuku selalu bernyanyi di bangku ini, jemarinya yang lentik bermain di setiap not piano ini. Lagu nya indah dan seirama dengan nyanyiannya. Suara nya indah dan menyejukkan hati. Di saat aku bersedih, hanya suara ibuku lah yang dapat menyembuhkan itu.
Maka dari itu, beri lah aku kesempatan kedua untuk mendengar suara mu lagi ibu.
Aku menitikkan air mata yang mendarat menuju pelupuk pipi ku. Aku mulai memainkan piano tersebut, dan mulutku sudah mulai melantunkan nyanyian.
Lagu ini adalah hasil karya ibuku, ia selalu menyanyikan ini disaat aku bersedih atau terluka.
Judul : biar kini aku yang merasa sakit.
Aku.. membuka kotak lusuh, yang berada di dalam gudang ku.. aku tatap kotak itu dengan hati yang menangis dan ku coba tuk lupakan semuanya..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...