Tok.. tok.. tok ..
Andra mengetuk pintu di depannya, tak lama, tanpak sesosok perempuan yang masih terlihat muda dan cantik keluar dari balik pintu tersebut.
"Siap--oh, andra temannya viona, ya?" Tanya Tante Vika ketika melihat andra di depannya.
Andra tersenyum manis, "iya tan, Viona nya ada?"
"Wah, viona nya lagi keluar tuh. Mau tunggu di dalam? Barang kali mau ketemu suami saya dulu?" Tawar tante vika.
"Oh gitu, yaudah tante, saya mau ketemu."
Tante vika mempersilahkan andra untuk masuk. Andra menunggu di ruang tamu, sedangkan tante Vika masuk ke ruangan Papa viona untuk memberitahukan bahwa andraa ingin menemuinya.
Beberapa menit kemudian, Tante vika keluar dari ruangan itu dan menghampiri andra yang sedang duduk di kursi sofa sambil memandang foto yang di pajang.
"Andra, kata om herman, kamu di suruh ke ruangannya." Jelas tante vika.
Andra mengangguk, "iya tan, makasih ya."
"Sama-sama."
Andra bangkit dan langsung berjalan menuju ruangan herman, yaitu papanya viona. Andra mengetuk pintu sebelum masuk, "masuk." Perintah dari dalam.
"Misi, om." Ucap andra dengan sopan.
"Duduk," perintah herman sambil menunjuk kursi di depannya.
Herman memang sesosok orang yang datar, tapi juga punya jiwa humoris, herman juga sayang kepada keluarganya. Herman mulai berkarir dan membangun perusahaannya pada usia yang cukup muda, yaitu 21 tahun. Tidak usah heran jika herman banyak di goda oleh kaum hawa.
"Apa kabar om, masih ingat saya?" Tanya andra berbasa-basi setelah duduk di kursi.
"Baik, inget kok. Kamu teman kecilnya viona kan?"
Andra tersenyum kaku, "i-iya om."
"Om denger, kamu masuk SMA yang sama ya dengan viona?"
"Benar om."
"Om boleh minta tolong sama kamu?" Ucap herman yang mulai serius dengan ucapannya.
"Boleh om," jawab andra.
"Tolong jaga viona, jangan sampai dia kecapek-an."
"Pasti om, saya janji."
"Satu lagi, tolong jaga rahasia ini dari viona." Kata herman seraya memajukkan badannya.
"Maaf om, rahasia apa ya?" Andra mengernyitkan dahi.
"Viona mempunyai penyakit kanker otak dari umur 10 tahun. Tapi, om selalu merahasiakan ini dari viona. Om gak mau viona terlalu memikirkan penyakitnya, dia harus fokus menjalani kehidupannya tanpa beban sedikitpun." Mendengar ucapan herman, andra membulatkan matanya.
"Lalu, sekarang sudah stadium berapa om?"
"Om kurang tahu. Penyakit itu ketahuan saat umur viona sudah 14 tahun. Dan sekarang, om belum meriksa dia lagi ke rumah sakit." Jelas herman dengan raut wajah sedih.
"Viona pasti bisa sembuh om. saya janji, saya akan jaga dia dan jangan sampai membuat dia kelelah-an." Ujar andra.
"Saya percaya kamu dra, kalau gitu kamu bisa keluar." Kata herman.
Andra mengangguk, lalu bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan ruangan itu. Herman masih terdiam di kursi megahnya sambil memegang kepalanya yang terlihat pusing. Herman mengambil sebuah foto dari dalam lacinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...