13. Telat.

4.9K 215 2
                                    

Kring.. kring.. kringg.. !

"Hmmmm.." gumamku sambil meraba-raba jam beker di nakas sebelah tempat tidurku. Mataku sangaat berat untuk membuka mata, rasanya masih ingin tidur.

Aku melihat jam beker yang sudah ku  dapati di tanganku. Aku membulatkan mata dan bangkit dengan cepat dari tempat tidur.

"Udah jam 7!!!!" Desisku dengan panik, aku langsung cuci muka--tanpa mandi. Kalian bisa sebut aku jorok, aku ikhlas kok. Aku juga menggosok gigi, setelah itu, dengan kecepatan yang luar biasa, aku mengambil seragam Dan segera mungkin memakai semua itu.

Belum juga memakai dasi dengan benar, aku sudah turun ke bawah. Tanpa sarapan ataupun minum, aku sudah di depan rumah sambil memakai sepatu dengan asal. Aku berlari ke luar komplek untuk menuju jalan besar dan menaiki angkutan umum tujuanku.

Sialnya, angkutan umum yang biasa aku taiki, sedari tadi di penuhi oleh banyak orang. Tanpa berpikir panjang, aku memilih berlari dari pada terus menunggu dan ujung-ujungnya tidak dapat angkot. Jarak dari rumah ke sekolahku cukup jauh, jika memakai angkot bisa sampai 20 menit-an. Tapi jika berlari, mungkin 40 menitan. Tak apalah, dari pada tidak ada perjuangan sama sekali.

Aku berlari tanpa memperdulikkan orang yang melihat ke arahku, masa bodolah, yang jelas aku terlambat sekarang. Ini adalah pertama kalinya seumur hidupku, aku terlambat datang ke sekolah. Bukannya apa, aku ini menjaga image lagipula, aku bukan tipe murid yang menyepelekan sekolah.

Akhirnya aku sampai juga di sekola. Dengan napas yang tersengal-sengal, aku mengetuk pintu pagar sekolahku. Berharap satpam mau membukakannya.

"Pak.. ha.. ha.. tolong bu-kain.." napasku masih belum teratur. Bayangkan saja aku berlari tanpa istirahat sedikit pun dari rumah sampai sekolah.

"Ya ampun, neng viona. Tumben banget terlambat, sudah 50 menit bel berlalu loh neng. Peraturannya kan tidak boleh membukakan pintu jika murid telat di atas 10 menit." Ujar pak bejo--satpam sekolahku.

"Yahh.. pak.. tolong saya lah.. ga mungkin saya ga sekolah hari ini."

"Gak bisa neng. Saya ga mungkin ngelanggar peraturan sekolah." Balas pak bejo.

Aku diam beberapa menit, setelah itu aku ingat. Bahwa di belakang sekolah ini, ada salah satu tembok sekolah ku yang berlubang cukup besar, dan banyak sekali murid yang telat atau kabur lewat sana. Haruskah aku berbuat curang seperti mereka? Tak apalah, dari pada aku tidak mengikuti pelajaran hari ini.

Aku meninggalkan pagar sekolah itu untuk menuju tembok belakang sekolah ini. Untung saja tembok berlubang ini belum di tutup oleh pihak sekolah, aku aman sekarang. Aku masuk ke dalam lubang itu dengan menundukkan badan agar sesuai dengan posisi lubang itu. Akhirnya aku berhasil masuk ke sekolah ini tanpa harus memohon ke pak bejo.

Aku membereskan seragam ku yang sedikit kusut dan juga rambutku yang sudah tidak karuan bentukknya. Kemudian, aku berjalan untuk memasukki kelas.

"Ehem." Dehamman suara itu membuat aku memaku di tempat dan mulai memasang wajah takut.

Dengan keberanian yang sangat luar biasa, dan juga tekad serta nyawa yang kuat, aku pun membalikkan mata. Sepasang bola mata besar dan juga kumis tebal yang bertengger di bawah hidung sana tengah menatapku dengan tajam.

"Tahu peraturan sekolah ini? Kamu murid kelas sepuluh kan? Baru kelas sepuluh saja sudah telat. Lupa ya kalau saya jaga disini?" Tanyanya dengan cecar. Nama guru itu adalah pak hasan, guru killer yang di takuti oleh seluruh murid SMA bhakti jaya ini.

"I-iya pak," jawabku dengan takut. Seumur hidupku, aku tidak pernah bahkan tidak akan pernah mau berurusan dengan guru killer.

"Berhubung kamu sudah  masuk, jadi saya tidak mungkin mengusir kamu keluar lagi. Kamu saya hukum." Pak hasan memberi jeda, "hormat kepada bendera di lapangan sampai istirahat tiba. Mengerti?" Ucap pak hasan dengan penekanan yang luar biasa mengerikan.

Aku mengangguk dengan takut dan berjalan sangaat cepat untuk meninggalkan pak hasan. Aku menaruh tasku di pinggir lapangan, lalu aku berdiri di bawah tiang bendera dan juga terik matahari. Aku hormat pada bendera itu. Satu jam, dua jam, kemudian akhirnya bel pun berbunyi. Leganya...... keringatku sudah mengucur deras kemana-mana. Rasa kering di tenggorokkanku juga sangat menganggu, kepala ku mulai nyeri seperti biasanya. Tapi tumben aku gak pingsan, biasanya sakit kepala dikit langsung pingsan. Itulah aku.

Aku mengambil tas dan berjalan melewati lorong untuk sampai ke kelasku yang berada di ujung. Setelah sampai, aku membuang tas itu dengan sembarang, dan menjatuhkan diri ke bangku yang berada di sebelah audy. Awalnya audy sedikit terkejut, namun wajahnya kembali seperti semula.

"Viona? Gue pikir lo ga masuk." Ucap audy.

"Viona, lo telat?" Felly datang ke mejaku dengan membawa sebungkus permen karet di tangannya.

"Iyya." Balasku dengan singkat, aku menenggelamkan kepalaku ke meja, untuk mengobati rasa pusing ini.

"Yaudah, kalau gitu mending sekaraang ke kantin. Lo pasti laper kaan? Kasian banget pucet gitu. Habis itu, baru lo ceritain semuanya," ujar audy dan mencekal tanganku untuk mengikuti langkahnya.

Felly juga ikut bersama kami. Suasan kantin ramai seperti biasanya, felly yang memesankan makanan untuk aku dan juga audy. Audy menatap ku dengan menyelidik dari atas sampai bawah.

"Pasti si rio itu. Lo di apain lagi sama cowok brengsek kayak dia?" Tanya audy dengan cecar.

"Dy, dia bukan cowok brengsek. Semalam dia minta tolong gue untuk ngerjain tugas ngerangkum bab 4."

"Dan lo lakuin?"

"Iya. Habis itu tadi gue bangun kesiangan, karena tidur kemalaman. Jadi gue di hukum sama pak hasan, hormat sama bendera sampai jam istirahat."

"Lo itu bego atau terlalu baik sih, Vi? Ngapain lo ngerjain tugas cowok breng--maksud gue kak rio itu. Lagi pula, itu kan tugas dia, harusnya dia bertanggung jawab atas tugasnya. Bukan malah nyuruh lo. Itu nyusahin tau gak." Cibir audy.

"Gue gak papa kok dy, udah ya. Gue ga mau bahas itu lagi," jawabku dengan sedikit lesuh.

Tak lama felly datang dengan membawa 3 piring siomay ke arah meja kami, aku menegakkan tubuhku karena aku ingin segera mengisi perutku yang sudah keroncongan ini.

"Lo telat vi?" Tanya felly saat duduk di depanku.

"Audy, ceritain." Perintahku kepada audy, karena aku ingin fokus makan sekarang juga.

Audy mengangguk dan menceritakan kalau aku terlambat, tetapi audy tidak menceritakan aku telat di sebabkan oleh kak rio. Aku tidak mau felly juga ikut memarahi kak rio seperti yang di lakukan audy.

Disaat aku mau memasukkan sesuap terakhir siomay itu, seketika seseorang mencengkal tanganku sehingga siomay yang ingin ku suapkan, menjadi jatuh. Aku mendongak untuk melihat siapa yang membuat siomay ku. Awalnya sih pengen marah-marah, tapi gak jadi, karena pelakunya kak rio.

Kak rio menatap ku dengan tajam dan dingin, entah mengapa, jika kak rio sudah menatapku seperti itu, rasanya tubuhku menjadi beku dan kaku.
"Ikut gue," kak rio menarikku sehingga meninggalkan meja kantin. Audy dan felly menatap kami berdua dengan bingung.






***

Maafkan part ini kurang seru atau pendek.

Part selanjutnya author janji lebih nampol wkwk.

Oh ya, author mau kenalin cast rio, andra, dan viona. Tapi nanti. Gatau kapan.

Satu lagi, ada yang mau bikin akun IG role player pemain my prince devil?

Kalau mau DM ke instagram : @mutiara1210

Yang bikinin akunnya, juga bisa menjadi admin akun itu.

Itu aja sih. Jangan lupa vote.

My Devil Prince [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang