Aku berjalan di lorong sekolah dengan tergesa-gesa, aku ingin segera menemui audy untuk menjelaskan segalanya. Tinggal beberapa langkah lagi untuk aku sampai ke kelas. Saat sampai, aku melihat audy sedang duduk seraya memainkan ponselnya, segera mungkin aku menghampirinya.
"Audy, gue pengen jelasin semuanya." Ucapku pada audy. Audy belum memalingkan wajahnya dari ponsel.
"Dy, gue pengen minta maaf" kataku lagi, tapi justru audy malah bangkit dan ingin pergi begitu saja.
Aku menahan tangan audy, "dy, gue mohon.."
Audy melepaskan cengkraman tanganku dengan kasar, "apa lagi sih vi? Mending lo pacaran aja sono sama rio, gausah ganggu gue. Lagian gue males berteman sama orang yang gak nuruti kemauan gu---"
"Dunia gak berputar mengelilingi lo doang dy, lo gak bisa seenaknya mengatur pilihan orang lain. Mungkin dimata lo kak rio orang yang jahat atau apalah, tapi beda di mata gue dy. Gue gak mau lo nilai orang itu dari luarnya, mungkin awalnya kak rio emang super ngeselin, tapi dia udah berubah dy.." ujarku panjang lebar.
Audy hanya diam saja, sehabis itu dia pergi begitu saja meninggalkanku. Aku duduk di kursi sambil menghela napas panjang.
***
Hari ini aku istirahat di kantin sendirian. Audy sudah pasti tidak bersama denganku, kalau feli.. mungkin dia kira aku memihak audy. Pikiran ku kacau sekarang, kenapa kedua sahabat ku itu tidak bisa sejalan pikirannya? Mereka berdua sama sama keras kepala, sulit untuk di pecahkan masalahnya.
"Viona, lo di panggil kak veronicka di gudang belakang sekolah." Ucap rara, dia teman sekelasku juga, tapi aku kurang dekat dengannya.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Gatau, katanya mau ngomong hal penting. Udah ya, gue duluan." Rara pun pergi bersama teman temannya.
Sejujurnya aku rada malas ke sana, tapi yasudahlah, karena aku begitu penasaran jadi aku mulai berjalan menuju gudang belakang sekolah. Kira-kira apa yang akan di bicarakan oleh kak veronicka, ya?
"Hai kak" sapaku dengan senyuman tipis setelah bertemu dengannya.
Kak nicka bangkit dari bersendernya dan mulai mendekat ke arahku, kak veronicka tidak sendirian, ia bersama kedua temannya yang berdiri di belakang kak nicka berdiri.
"Gausah sok baik, gua muak." Ucap kak nicka, aku menatapnya dengan bingung.
"Maksud kakak apa ya?"
"Gua gak suka lo deket sama rio! Dasar cewek gatel."
Aku mulai tidak suka arah pembicaraan ini.
"Tunggu, gue cewek gatel? Oh... gue ngerti maksud lo ngomong gitu, disuruh Vika kan?" Kataku yang sudah mengetahui semuanya.
Kak nicka sempat terdiam menatapku.
"Udah laah.. udah bisa ketebak kali.." godaku.
"INTINYA LO HARUS JAUHIN RIO! DAN LO HARUS JAGA SIKAP SAMA GUE, GUE SENIOR DISINI!" Suara veronicka menjadi naik satu oktaf.
"Terus, kalau lo senior, lo berhak ngelakuin apa aja sama gue, gitu?" Kataku dengan kesal.
PLAK!
Pipiku terasa panas. Benar. Barusan veronicka menamparku. Rasa tamparannya begitu sakit dan perih, rasa nyerinya seakan belum bisa hilang. Ia menamparku dengan penuh tenaga, bahkan tamparan ayah waktu itu tidak sekeras ini.
Veronicka menjambak ku, "GUE GAK SUKA ADA ORANG YANG NGEJAWAB OMONGAN GUE, TERMASUK LO!"
Veronicka ingin menamparku untuk kedua kalinya, tapi kali ini aku menutup mata. Jujur, aku merasa takut untuk mencoba tamparannya kedua kali. Tapi, tamparan veronicka tidak terasa sama sekali di pipiku. Aku mencoba membuka mata, dan ternyata sesosok tangan menahan tangan milik veronicka.
Aku membuka mata lebih lebar, dan ternyata orang itu feli.
"Malu-maluin banget, berantem sama adek kelas.." feli mencengkram tangan veronicka lebih keras, sehingga veronicka sedikit meringis.
"Apa apaan lo, lepas!" Veronicka mencoba memberontak agar cengkraman tangannya terlepas, namun sia-sia tenaga feli lebih besar darinya.
"Gue gak suka ada orang yang ngajak orang ribut, tapi bawa bawa soal senioritas." Feli memberi jeda, "pengecut, tau gak?"
"Heh, maksud lo apa?!" Teman veronicka pun mulai ikut campur dalam masalah ini.
"Kenapa? Kalian bertiga kesinggung? Oppss.. maaf deh, tapi bukannya itu fakta ya? Kalau kalian itu.. SE-NI-OR yang PE-NGE-CUT." Balas feli seraya memberi penakanan setiap kalimat yang di lontarkannya.
"Jangan macam-macam lo sama kita!" Ucap teman veronicka satunya lagi, ia mulai maju satu langkah menantang feli.
"Eh eh eh, kalau lo maju lagi, gue patahin nih tangan teman lo. Gimana?" Tanya feli yang menambah keras cengkraman tangannya.
Veronicka meringis, lalu veronicka menendang tulang kaki feli. Feli pun meringis dan melepas tangan veronicka, lalu veronicka menjambak rambut feli.
"Cemen amat jambak rambut." Ucap feli, walaupun sebenarnya dia merasa kesakitan.
Veronicka menambah kembali tarikan jambaknya. "Lo gausah ikut campur masalah gue sama viona!"
Lalu feli memelintir tangan veronicka, sehingga kini posisi mereka terbalik, sekarang feli yang akan siap mematahkan tangannya veronicka.
"Gue bisa aja sebar video lo nampar viona ke seluruh sekolah, tapi gak gue lakuin kalau lo gak minta maaf ke viona." Ucap feli. Veronicka masih diam saja, mungkin dia sedang memikirkan reputasinya di sekolah ini.
"MINTA MAAF!"
"oke-oke. Vi, gue minta maaf. Udah, puas lo?!" Kata veronicka padaku.
"Lo maafin gak vi?" Tanya feli. Aku mengangguk pelan.
"Oke lo bebas" feli melepas tanyaan veronicka dengan kasar sehingga ia tersungkur di tanah.
Teman temannya veronicka membantu veronicka berdiri, lalu mereka meninggalkan aku dan feli disini.
"Lo gak kenapa-napa kan vi?"
"Ya, cuma kena gampar aja.."
"Gapapa lah, itung itung buat tato di pipi lo."
"Masih aja lo ngeledek gue."
"Lo ada masalah sama audy? Kok gue perhatiin, lo gak bareng audy hari ini." Ujar feli. Aku pun menceritakan semuanya.
"Ohh.. ya menurut gue, lo harus pilih pilihan lo. Jangan ikutin omongan orang lain. Kalau gue sih, dukung-dukung aja. Yang penting lo seneng." Kata feli. Aku tersenyum mendengar nya.
"Thanks fel."
"Sama sama, udah, jangan lo pikirin tentang audy. Gue bakal bujuk dia kok."
"Oke."
***
Vote.
Follow IG :
1. Mutiara1210
2. Rio_gahardian
3. Vionachintyaa
4. Andra.satrio
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...