Viona PoV's.
Sepulang sekolah, entah hidayah dari mana, kak rio tiba-tiba ngajakin aku makan bakso di pinggir jalan. Katanya sih, cuma mau kenalin aku sama tukang baksonya, jangan tanya aku maksud kak rio ngenalin ke tukang bakso. Aku juga gak tahu.
"Kak, aku bawa mobil." Kataku, saat berjalan seiringan dengan kak rio.
"Gue udah tahu." Balas kak rio tanpa melihatku.
"Terus gimana?" Tanyaku, seraya mengernyitkan dahi, "gue udah suruh fito bawa pulang motor gue."
Aku hanya mengangguk mengerti, "kunci mobil?" Ucap kak rio, aku memberikan kunci mobilku padanya.
Aku dan kak rio masuk ke dalam mobil, sepanjang perjalanan aku dan kak rio tidak membuka percakapan sedikit pun. Aku sibuk mendengarkan lagu sambil membuka instagram, kak rio melirik-ku sekilas, sebenarnya aku sadar bahwa kak rio melirikku, tapi saat aku menoleh ke arah kak rio, kak rio langsung ngalihin pandangannya.
Mobil-ku yang di kendarai oleh kak rio berhenti di tepi jalan yang tidak terlalu ramai, memang benar sekali kalau disini ada tukang bakso. Aku mencium wangi sedapnya kuah bakso, kok jadi ngiler gini sih.
"Ayok." Ajak kak rio setelah ia selesai memakirkan mobilku dengan benar.
Aku mengekori kak rio sampai masuk ke tempat penjual bakso itu, "eh mang, baksonya dua ya." Ujar kak rio. Mang? Namanya mamang?
"Iya atuh den rio, silahkan duduk di sana." Jawab si penjual bakso--maksudku mamang.
Aku dan kak rio menuju meja yang baru saja di tunjuk oleh mamang, aku rada canggung sih kalau jalan sama mantan. Huh. Dari tadi aku diem aja kayak ayam sakit, biasanya kalau jalan sama kak rio, aku yang selalu posesif ngajak kak rio ngomong. Kok jadi flashback gini?
"Ini den pesanannya. Kalau begitu, mamang teh kesana dulu nyak." Ujar mamang setelah mengantarkan pesanan kami berdua.
Aku menyuapkan bakso itu kemulutku. Rasanya... enak banget.
Oke.aku norak.
Abaikan.
Saking menikmati makan bakso ini, aku tidak sadar bahwa aku memakan bakso ini sampai belepotan ke sekitar bibir.
"Kok bisa sampai belepotan gitu, kalau kita balikkan lagi, terus jalan bareng, masa mau belepotan terus. Nanti nambah PR gue buat ngelapin lo." Ujar kak rio seraya menghapus belepotan di sekitar bibir ku menggunakan tissu.
Tunggu. Aku lagi mencerna kata-kata kak rio barusan.
Dan tiba-tiba aku tersedak karena kaget.
"Uhuk.. uhuk.." aku batuk-batuk, mungkin kalau di foto ekspresi aku bakal lucu banget.
"Nih minum, gausah di jawab sekarang juga gak papa kok." Ucap kak rio, bukannya malah berhenti tersedak, justru aku malah nambah tersedak. Lama-lama mati nih aku.
Setelah memakan bakso, aku dan kak rio pulang. "Kak, aku antar ke rumah ya?" Tawarku.
"Gausah, gue turun di perempatan jalan aja." Balasku.
"Jangan, aku antar aja gak papa kok."
"Gue udah nyuruh fito jemput. Nanti kasian dia kalau gue bilang gak jadi, dia udah otw soalnya." Ucap kak rio, aku mengangguk.
Kak rio menepikan mobilku di pinggir perempatan jalan, "Jangan lama-lama jawabnya. Nanti keburu gue di ambil orang loh," ujar kak rio seraya tersenyum manis yang membuat aku kaku beberapa menit.
"Hati-hati kak," teriakku saat kak rio sudah keluar dari mobil.
Itu pertama kalinya seumur hidup aku, kak rio senyum semanis itu. Dan senyum kak rio sukses bikin jantung aku berdebar serta pipi aku berubah menjadi merah merona. Aku menyetir mobil sambil terus memikirkan tentang jawaban untuk kak rio nanti. Ya. Kak rio ngajak aku balikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...