Aku dan kak rio datang ke salah satu butik yang lumayan terkenal di lingkungan kami. Kalo lagi di butik gaun dress gini, berasa lagi mau nikahan. Aku menengok ke kanan-kiri untuk melihat-lihat gaun yang di pajang, berbagai macam bentuk gaun itu seakan terlihat indah jika di pakai. Apa lagi di pakai pas nikahan kita, hehe--balik ke topik awal, kak rio lagi ngobrol sama pelayan butik, gatau ngbrolin apa, yang jelas aku tugasnya cuma makai baju yang cocok.
"Maaf, kak, boleh saya ukur dulu badannya?" Kata pelayan yang barusan ngobrol sama kak rio, aku sih hanya manggut-manggut aja.
Pelayan itu mengukur pinggang aku memakai alat ukurnya, dan juga mengukur tinggi badanku. Setelah merasa cocok, pelayan itu mengambil beberapa gaun karya butiknya dan menyodorkan padaku.
"Ini kak, bisa di coba dulu di ruang ganti," ucap pelayan itu.
"Abis make, kasih liat gue. Biar gue yang milih, yang mana yang cocok" perintah kak rio yang sedang menduduki dirinya di kursi dekat ruang ganti.
Aku mengambil beberapa potong dress pilihan itu, dan mulai menggantinya di ruang ganti. Dress pertama yang aku pakai tingginya sampai pergelangan kaki, dress itu berwarna putih dengan pita cokelat di dada sebelah kiri. Mungkin memang terlihat sangat sederhana. Aku keluar memakai dress itu.
"Gimana kak?"
"Ganti." Ucap kak rio sambil menggeleng.
Aku masuk lagi ke ruang ganti, dan mencoba memakai dress ke dua. Aku membuka dress putih tadi dan mencoba dress ke dua yang berwarna merah ini, tinggi dress ini sama seperti dress pertama, hanya saja, dress ini ketat dan mengikuti struktur tubuh. Setelah memakai aku keluar untuk menunjukkan kepada kak rio.
"Gimana?" Tanyaku sambil bergaya di depannya.
"Terlalu ketat, ganti." Ucapnya, aku mengerutkan dahi, ganti lagi?
Aku memasuki ruang ganti baju lagi, dan mencoba dress selanjutnya. Lalu setelah memakai, aku keluar dan menunjukkan ke kak rio. Tapi kak rio selalu menolak, dengan berbagai alasan.
"Warnanya gue gasuka, ganti."
"Aneh, ganti."
"Kependekan, lo mau makan sama keluarga gue atau mau ke club malem? Ganti."
"Ga cocok di badan lo, ganti."
"Terlalu ribet, nanti lo jatoh cuma gara-gara gaun. Ganti."
"Dadanya terlalu terbuka, ganti."
Baiklah, ini sudah ke 14× nya aku ganti baju, jujur, pegel. Ini adalah dress terakhir yang aku pakai, warna dress ini hijau toska, tingginya selutut, ketatnya hanya di bagian pinggang. Bagian bawah pinggang itu bentuknya terompet. Lengannya pendek dan area dada tidak terlalu terbuka.
Kalau sampai dress terakhir ini di tolak juga, kak rio aku apain ya?
"Gimana kak?" Kataku seraya tersenyum manis di depannya. Kak rio menatapku beberapa detik dan akhirnya mengangguk.
Selesai juga penderitaan ini.
Bayangin aja, beli dress doang bisa sampai sejam. Gimana ga pegel ganti baju mulu?
"Habis ini kita ke tukang rias, gue udah beli jas, ada di mobil. Tukang riasnya langganan keluarga gue, udah pasti ga bakal ngecewain." Ujar kak rio saat di meja kasir, aku hanya manggut-manggut sambil menatap ke arah monitor pemberi tahu harga.
Harganyaa 1,3 juta?! Dress gitu doang mahal amat.
Aku aja kalau beli baju, paling yang 100 ribu dapet tiga. Atau ga yang diskonan atau ada bonusnya. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...