Aku duduk di atas motornya, sambil ngeliat ke arah jalanan. Gak ada perbincangan sama sekali. Kalau kalian berimajinasi, aku akan ngobrol di motor, kalian salah. Sekali lagi. Kalian salah.
Faktanya, dari tadi tuh kak rio diem aja di motor, cuma fokus nyetir doang. Ish. Aku bingung, rumahku kan belok kiri, kok ini belok kanan? Atau kak rio lupa kali ya? Padahalkan udah aku kasih tau.
"Kak, kok belok kanan?" Ucapku.
"Temenin gue makan." Jawabnya dengan suara datar. Di belakang, aku cuma manggut-manggut aja.
Asiq, di ajak makan.
Di balik dinginnya kak rio, ternyata romantis juga yha, minta di temenin makan, hihi. Jadi malu deh, dede.
(Author : nama lo kan viona, bukan dede-_-)
(Viona : biarin apa thor. Muncul aja ish.)
Balik ke topik awal, author emang gitu ya, suka muncul sendiri kaya hantu. Kak Rio memakirkan motornya di depan restaurant sederhana. Aku mengikuti kak rio sampai masuk ke restaurant itu. Kak rio memilih meja di dekat pintu, alhasil, aku ngikut aja.
Pelayan pun datang, "permisi, ini daftar menunya, tinggal di tandai, nanti kalau sudah, panggil pelayan laagi."
Kak rio menerima daftar menu itu dengan anggukan, setelah itu, pelayan yang barusan, langsung pergi dari meja kami. Kak rio melihat daftar menu, sesekali ia mengelus dagunya karena bingung. Aku hanya menunggu untuk mendapat giliran memesan. Sesudah kak rio menandai pesanannya, ia langsung memanggil pelayan.
Tunggu. Manggil pelayan?
Aku kan belom mesen?
"Ini, mba" kata kak rio.
"Baik mas, tunggu ya."
Aku menatap punggung pelayan itu yang mulai menjauh, membawa daftar menu. Lalu pandanganku beralih kepada kak rio yang terlihat santai.
"Loh? Aku kan belum mesen kak." Ujarku, sambil mengerutkan kening.
"Gue bilang apa tadi? Temenin kan, bukan ikut makan." Balasnya dengan datar.
Hah?
Ga salah denger?
Cuma nemenin.
Oke aku ulangin.
CUMA NEMENIN?!
Terus, aku bakal jadi orang aneh, yang diem sambil ngeliat kak rio makan? Terus, aku bakal jadi orang kelaparan, gara-gara telat makan siang? Parah, ini sih ga baik buat perut. Aku ngeliatin kak rio, kak rio ga merasa bersalah sedikit pun. Wajahnya, santai banget.
Pesanan kak rio pun datang, setelah membayar di meja makan, pelayan itu langsung pergi. Kak rio melahap makanan itu, aku hanya memperhatikkan kak rio, sesekali aku meneguk ludah sendiri. Laper.
"Kenapa?" Tanya kak rio, setelah dia sadar, kalau aku ngeliatin dia terus.
"Emmm... itu, anu.." gelagatku mulai tak karuan.
Masa iya aku ngomong terang-terangan kalau aku pengen makan? Malu tau.
"Gue udah selesai makan. Ayok"
Lah? Cepet banget makannya, belum ada 10 menit, makanan udah habis. Aku mengangguk saja, dan ikut bangkit lalu keluar dari restaurant itu.
Aku menaiki motor kaak rio, kak rio menyalakan motor ninjanya, lalu mulai melajukan motor tersebut. Lah, ini kok malah belok kanan lagi--bukannya lurus? Kalau dari jalanan restaurant ini, rumahku tinggal lurus, bukan kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Prince [Segera Terbit]
Teen Fiction"lo suka kan sama gue? mulai sekarang, kita pacaran." -Rio. gimana sih, rasanya nunggu laki-laki yang kamu suka dari kelas 1 SMP, lalu baru menembak secara terang-terangan saat kelas 1 SMA?! deg-degan tau. itulah yang aku rasakan saat ini, tapi, te...