Tiga Puluh.

22.9K 1.7K 19
                                    

" Setelah saya memiliki Tuhan dan Agama saya merasa hidup saya kembali baru, seperti ada sebuah kebahagian yang besar yang sulit sekali untuk dijelaskan " Ucap lelaki itu mengutarakan perasaannya saat ini.

Daniel tersenyum " Seperti itulah yang saya rasakan dulu setelah saya Berhasil mengucapkan dengan lancar dua kalimat Syahadat, ada sebuah rasa kebahagian yang sulit untuk dijelaskan, dan yang tau hanya diri kita dan Tuhan " balas Daniel

Joe mengangguk setuju akan hal itu " Ohh iya, saya harap setelah ini kamu mengajarkan saya tentang Tata cara dan bacaan Sholat, ya setidaknya ketika saya bertemu dengan Aisyah, saya sudah bisa Sholat " pinta Joe dengan wajah yang berharap besar.

Daniel termenung, waktu tinggal tiga hari lagi dan sampai kapan ia harus menyimpan ini, dan jika Joe ingin belajar tata cara tentang Sholat pastilah butuh waktu yang panjang juga.

Daniel tersenyum tipis " InshaAllah pak, selagi saya bisa "

Skip»»»

Joe yang masih diruang rawat karena masih harus mengalami tahap pemulihan itu lantas tak bisa jauh dari tempat tidurnya.

Joe terbaring di kasur pas seukuran dengan dirinya dan tentunya dengan selumut tebal berwarna coklat yang membaluti setengah tubuhnya.

Joe membuka Ponselnya, ia membuka Foto Aisyah yang masih ia simpan dua tahun lebih yang lalu.

" Syah, aku udah mualaf " Joe Tersenyum senang " dan aku sekarang akan belajar Sholat, agar nantinya ketika kita menikah aku bisa menjadi Imam kamu. Hmmm, Semoga ini adalah jalan yang terbaik untuk kita, dan semoga kamu juga masih menunggu aku untuk menepati janji ku ini " Joe menghela nafasnya dan jujur ia juga masih tak tenang akan hal ini.

" Semoga saja " ucapnya penuh harap.

***

Hari ke Enam setelah perjanjian.

Setelah menunaikan Sholat Isya, Aisyah langsung saja mendekati jendela Rumahnya, ia membuka jendelanya itu, menatap bintang yang sekarang tengah bersinar cerah menunjukan cahayanya.

Rasa sedih itu seketika kembali muncul begitu ia mengingat setiap kenangan yang diciptakan oleh Joe, dan lagi, lelaki itu tak ada kabar sampai sekarang dan hal itu juga yang membuat Aisyah selalu kepikiran. Hilang layaknya ditelan oleh Bumi.

" Joe, besok adalah hari terakhir " Wanita itu berucap sedih, ia menghela nafasnya " kamu dimana sih Joe, apakah kamu baik-baik aja, kenapa kamu tak kunjung datang, atau malah kamu memang tak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya " Aisyah menundukan kepalanya sedih.

" Aku minta maaf, Joe. Mungkin memang aku yang terlalu berharap. Dan sekarang semuanya aku serahkan kepada Allah. Jika kamu memang Jodoh yang diturunkan oleh Allah untuk ku, maka aku tak perlu secemas ini sekarang. Dan jika bukan, aku berharap semoga kita bisa berteman "

Esok harinya...

" Tidak ada kabar kan dari lelaki itu, dan artinya dia itu hanya main-main dalam ucapannya, dia enggak seserius itu, Aisyah. Coba kamu pikirkan, ini adalah hari terakhirnya, dan jika ia tidak datang juga, Masjid didepan Komplek sudah siap untuk acara pernikahan kamu Besok " Tegas Ayahnya Aisyah, tepatnya sekaligus mengingatkan anak nya itu.

Aisyah hanya bisa diam untuk saat ini, tak ada kata yang ingin ia ucapkan, karena memang itulah kenyataannya. Dan sepertinya ia sudah pasrah akan hal ini.

Skipp»»»

" Aku nyerah Ran, sepertinya aku memang tidak pantas bahkan tidak cocok dengannya yang sempurna " Pasrah wanita itu yang terdengar begitu berat.

Rania menghela nafas kasar, benar-benar menyebalkan dalam kondisi yang seperti ini, dan jika ia jadi Aisyah ia pun akan bersikap yang sama, ketika kita berharap kepada seseorang, tapi seseorang itu malah tak tau kabarnya.

" Syah, tenang dulu, jangan pesimis gini dong, perjalanan Cinta kamu enggak mudah, masa kamu nyerah sih, kamu harus tetap optimis dan berdoa kepada Allah " ujar perempuan itu memberi semangat.

Aisyah menggelengkan kepalanya tak yakin, ia tak yakin lagi soal ke Optimisannya untuk saat ini dan sepertinya inilah akhir dari perjalaan Cinta nya, yaitu menikah dengan Dokter Achmad.

" Ya semoga "

***

Malam harinya di Seoul Korea Selatan tepatnya pukul sepuluh malam dan pukul delapan jika di Indonesia.

Dan sepertinya Daniel tak bisa lagi menahan ini, ini benar-benar telah darurat, ia harus menyampaikannya segara kepada Joe.

Daniel langsung saja masuk ke ruang rawat Joe dan disana ia melihat Joe yang ternyata telah tertidur pulas, dan rasanya tak tega sekali jika membangunkan Bosnya itu, tapi ini harus sebelum semuanya terlambat.

Daniel mendekat, ia mengguncang lengan Joe untuk membangunkan lelaki itu, dan tak perlu waktu lama Joe lantas membuka matanya dan tentunya dengan raut wajah ngantuknya.

" Kenapa ? Ada apa? Saya sedang Istirahan dan tidak sepatutnya kamu membangunkan saya " dumel lelaki itu yang memang masih ngantuk-ngantuknya.

" Kita harus pergi segera pak " cetus lelaki itu tiba-tiba.

Alis Joe bertautan bingung " pergi kemana " Joe melirik kearah jam tangannya " ini sudah malam " sela nya.

Daniel berdecak sebal " Aisyah mau nikah besok jam delapan " ucapnya cepat sekali, dengan harap cemas.

Joe mendudukan badannya seketika, ia cukup terkaget mendengar ini " kamu tidak Bercanda kan " sentaknya.

Daniel menggeleng kan kepalanya " saya serius pak, maaf saya baru ngasih tau, saya takut jantung bapak kumat " ungkapnya.

Joe menatap sebal, bagaimana bisa ini terjadi, apakah ia masih punya waktu, mengingat semua persiapan belum ia siapkan.

" Sial, seharusnya kamu beritahu saya dari awal " Marah Joe " dan sekarang bagaimana ini, mana Acaranya pagi lagi " cemas lelaki itu lalu beranjak dari tempat tidurnya, ia mengotak atik ponselnya, menelpon Pamannya.

" Hallo paman, subuh Joe mau ke Indonesia, dan Joe minta tolong paman agar menyiapkan Pesawat Pribadi untuk Joe " pinta Joe tertekan.

" Kenapa mendadak sekali, subuh tidak bisa, ada badai salju sekitar jam empat nanti " sahut paman Erick

Mata Joe melebar pesat, dan kenapa disaat masalah genting seperti ini ada saja halangannya " Sial " kesal lelaki itu, lalu mencoba memutar otak " Bagaimana kalau malam ini juga, Ini penting sekali paman, Masalah hidup dan Mati "

" Astaga, Yasudah nanti akan paman usahakan, kamu tunggu saja kabarnya "

" Oke, Joe tunggu "

Joe pun mematikan sambungan teleponnya, ia mondar mandir ditempat, cemas akan pikirnya, pikiran buruknya.

" Bagaimana jika saya terlambat, Bagaimana jika paman Erick tidak berhasil mencari pesawat pribadinya " cemas Joe terus menerus hingga sebuah pesan masuk pun akhirnya berbunyi di Ponselnya.

***

Draft berikutnya baru ending beneran :-) hehe..

Dibuat pendek biar penasaran :-), Vote banyak baru langsung update :-).

See you next draft.

Thanks for all

Assalamualaikum.

Assalamualaikum Aisyah ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang