7. Arus

1K 86 21
                                    


Penutupan acara Dies Natalies. Rektor pengganti sudah berdiri di atas podium untuk menyampaikan sepatah dua patah kata. Ada beberapa perlombaan yang diadakan oleh beberapa UKM di Universitas ini.

Pembacaan nama-nama pemenang dan di akhiri dengan pemukulan Gong pertanda seluruh rangkaian kegiatan resmi ditutup.

Mentari pagi begitu cepat berjalan, sehingga sekarang berganti bulan nan cantik dan bulat sempurna.

Arsalan berdiri di antara ratusan anggotanya.

"Assalamualaikum. Selamat malam Rekan Mahasiswa semua, saya mau mengucapkan terima kasih untuk semua kerja keras kalian, berkat kalian semua Proker terbesar kita tahun ini berhasil dan sukses luar biasa." Arsalan membungkukkan kepalanya berterima kasih atas seluruh keseriusan, dan kerja keras yang dikerahkan anggota-anggotanya.

Setelah mengatakan sambutannya, Arsalan mengizinkan seluruh anggotanya untuk membubarkan diri.

Mika berjalan dengan santai dan bangga. Kalau dilihat-lihat Mika lebih banyak berkontribusi dari pada yang lainnya termasuk Arsalan sendiri.

"Kak Alan, kakak keren banget." Suara seseorang yang menjabat sebagai sekretaris BEM Fakultas Hukum. Arsalan tersenyum singkat. Dia sudah biasa mendapat pujian dari orang-orang.

Arsalan sudah di parkiran, dia membuka mobilnya. Sebelum masuk ke mobil, ia menangkap seseorang sedang berdiri di depan Parkiran Kampus bukan Parkiran Fakultas.

"Lo kenapa?" tanya Arsalan mendekati perempuan itu.

"Ehm, mobil gue mogok," ucap seorang perempuan, sambil memperhatikan jam yang melingkar di tangannya. Yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Yaudah, bareng gue aja," ajak Arsalan dengan santai. Tanpa diperintah pun perempuan itu langsung mengekori Arsalan.

"Kontrakan lo masih di tempat lama, Nid?" tanya Arsalan begitu men-starter mobilnya. Perempuan bernama Nida itu mengangguk seraya bergumam "Ya"

Dengan kecepatan yang sedang, mereka sampai di rumah yang besar.

"Makasih ya, Lan, maaf jadi ngerepotin," ucap Nida menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Nida perempuan cantik lemah lembut dan baik hati adalah salah satu perempuan yang pernah dekat dengan Arsalan.

"Iya," jawab Arsalan Singkat.

"Lo ngga mampir dulu?" ucap Nida setengah berharap.

"Ngga usah, udah malem ngga enak sama tetangga." Tolak Arsalan lembut.

"Gaya lo sok-sok anak baek, biasa juga ngga pulang-pulang dulu," cibir Nida yang tak suka ditolak seperti itu.

"Sorry banget, Nid, gue harus pulang lain kali lah gue mampir." Arsalan menjawab dengan tegas. Kemudian Nida membuka pintu dan berjalan menjauhi mobil Arsalan.

Arsalan meraih ponselnya.

Kanzia

Udah tidur?
Hello?
Haiii
Hmmm
Bales dong.
Yaelah di read doang

Arsalan menghembuskan napasnya sambil menikmati jalanan kota yang berangsur sepi, dia tiba di rumah keluarganya yang besar.

Kedatangannya selalu disambut oleh sang Mama yang begitu luar biasa mendukung segala kegiatan Anaknya. Arsalan berjalan gontai sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.

Dia memasuki kamarnya, entahlah terlalu banyak kegiatan akhir-akhir ini membuat dirinya merasakan kehilangan energi yang banyak. Dia merebahkan bahunya.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang