29. Bejana berhubungan

770 76 25
                                    

Arsalan sudah berada di parkiran kampus. Keluar dari mobilnya dan berjalan menuju kelasnya. Para mahasiswi sedang memperhatikan keadaan wajah Arsalan yang dipenuhi oleh lebam-lebam.

"Eh, lo denger? Kabarnya Kanzia dan Dennis bakal dikeluarin dari mahasiswa kampus kita?"

Arsalan menoleh melihat siapa yang berbicara santai tanpa dosa itu.

"Iya, lagian, sikap udah kayak ayam kampus aja, gue yakin pasti dibayar tuh Kanzia."

Mendengar itu Arsalan benar-benar merasakan yang aneh di dalam hatinya. Ia ingin marah, ia tidak terima melihat Kanzia bersama Dennis. Di satu sisi yang lain ia benar-benar ingin menonjok siapapun yang berbicara negatif tentang Kanzia.

Nafsunya untuk masuk kelas sudah menghilang. Ia putar balik menuju ke sekretariat BEM.

Di dalam sana pun cerita sekarang sedang hangat-hangatnya. Kanzia menjadi buah bibir di mana-mana. Dan itu mengusik ketenangan Arsalan.

"Kak Arsalan," panggil Putri yang baru saja tiba di dalam ruangan.

Arsalan melirik sejenak lalu tersenyum tipis menanggapi panggilan Putri.

"Kak, besok ikut ke panti asuhan?" tanya Putri antusias.

"Iya," jawab Arsalan pelan.

Setidaknya dengan menanggapi omongan Putri otaknya bisa terdistraksi.

"Kak denger kabar, ngga? Kanzia bakal dipanggil pihak kampus. Masalah video yang sekarang sedang viral di kampus kita," tanya Putri.

Arsalan mengepalkan tangannya. Ia bosan mendengar nama itu selalu disebut orang-orang saat ini. Dalam diamnya, Arsalan melihat sosok orang yang sedari tadi menjadi buah bibir setiap mahasiswa yang ada di kampus ini.

Bahkan kalau semut bisa didengar obrolannya. Mereka mungkin sedang membahas tentang Kanzia.

Dengan cepat Arsalan menyusul langkah itu. Langkah yang terlihat teburu-buru itu menuju gedung rektorat.

***

Kanzia sudah berada di gedung rektorat untuk menemui rektor yang memanggilnya. Masalahnya, video itu sudah tersebar hampir ke seluruh mahasiswa baik dari kampus mereka sendiri maupun dari kampus lain.

"Zia?" panggil seseorang dengan nada penuh penyesalan. Kanzia menoleh dengan cepat. Dilihatnya orang itu terlihat tenang.

"Kenapa lagi?" tanya Kanzia dengan lantang. Ia benar-benar muak dengan semua orang. Dengan kampus yang sekarang diinjaknya.

"Maafin aku," ucapnya lagi. Kanzia hanya tersenyum sinis.

Senyum yang penuh dengan kesakitan.

"Just enough! Selamat lo berhasil membuat gue terlihat semurah sekarang," ucap Kanzia sarkas.

"Aku tahu aku salah, aku akan bertanggung jawab, Zia."

"Apa? Tanggung jawab seperti apa yang lo  maksud? Semuanya terlambat, tidak ada yang bisa diperbaiki sekarang, cukup sudah, Dennis." Kanzia tertawa sinis.

Dennis menahan tangan Kanzia yang hendak pergi dari hadapannya. Dennis menyadari bahwa perempuan di depannya itu sedang butuh seseorang.

Kanzia berusaha melepaskan cengkraman Dennis namun usahanya sia-sia.

"Lepaskan dia!" Suara seseorang memecah suasana yang mulai panas itu. Dengan cepat Dennis melepas cengkramannya. Kanzia mulai muak melihat setiap lelaki yang hadir di hadapannha saat ini.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang