13. Pressure

872 82 18
                                    

Hellloooooooo, guys. For sure, saya minta maaf banget, bukan mengabaikan tapi, emang lagi malas ngepost... wkwk

Kalau ada yang nanya, kenapa selama ini saya yang ketje ini ngga pernah nongol, maka jawabannya adalah... Saya sibuk di dunia nyata.

Pengangguran kok sibuk, Kak? Yaiyalaaah, sibuk menata masa depan wkwkkw.

And, real pict ada di dalam part ini, itu hasil saya jalan-jalan wkwkwk...

Eh, btw jangan lupa Voment, kalau ngga Voment saya doain loh...

Love yaaaaa ♡♡♡

Selamat menikmati hidangan minggu ini wkwkw...

Eh, kelupaan lagi, maafkan kalau masih banyak typo wkwkw

***

"Kenapa lo?" tanya Kanzia yang kaget melihat wajah Arsalan. Dan disusul oleh tawanya yang pecah sekaligus sukses membuat kepalanya semakin berdenyut.

Arsalan tak menjawab dia diam saja dan memasang raut kesalnya. Melihat Kanzia yang masih tertawa sambil memegangi kepalanya dia semakin mendengus tak suka.

"Kan udah gue bilangin, lo ngga percaya sih, eh, anyway happy b'day, ya, ketua BEM."

"Jadi ini semua rencana lo?" Selidik Arsalan yang menyipitkan matanya.

"Ngga." Kanzia menggelengkan kepalanya.

"Gue justru baru taunya, tadi pas buat Nasi goreng, Itu ulah si Devi, dia fans berat lo tu." Kanzia kembali berbaring tidur di kasur tipisnya, "Lagian udah gue kasih tau ke lo, lo nya aja sok bertanggung jawab," sambung Kanzia mencibir Arsalan.

*

Setelah kejadian kemarin wajahnya dipenuhi oleh mentega, hiasan kue tart membuatnya sadar keganasan fans-fansnya. Dia kemarin memilih untuk tidak ke kekampus karena memang sekarang masuk dalam minggu tenang sebelum UAS. Banyak juga mahasiswa yang tetap ke kampus meski kampus mereka diliburkan setiap seminggu sebelum UAS.

Arsalan bengong di kamarnya dia bingung kenapa dirinya jadi malas ke kampus, dan lebih nyaman berada di kamar Kos Kanzia yang berantakan. Bukan dirinya sekali.

Efek dari terlalu dekat dengan perempuan aneh itu membuat Arsalan banyak berpikir, tentang betapa syahdunya ketika melihat wajah perempuan itu terkena air wudhu.

"Lan, kamu kenapa?" tanya Seorang wanita paruh baya yang memasuki kamarnya.

"Engga, Ma," jawab Arsalan singkat.

Namun, mamanya sadar ada sesuatu yang terjadi pada diri anaknya itu. Sudah lama sekali dia tidak melihat ekspresi wajah anaknya seperti ini.

"Kamu tahu? Mama bukan orang lain buat kamu." Mamanya mengelus kepala Arsalan, ini membuatnya nyaman dan menyandarkan kepalanya tepat di bahu kanan mamanya.

"Ma, Aku durhaka banget, ya?" Ia menghela napas, "Aku ngga bisa ngaji, aku ngga ngerti sholat tapi aku muslim, Ma," seloroh Arsalan lagi. Seketika wajah Mamanya menyuram, dia terhenyuk dengan ucapan anaknya itu. Ini semua salah dirinya yang terlalu memanjakan anaknya itu, seharusnya dia memaksa anaknya supaya bisa mengerti agama.

"Kamu bisa belajar sekarang," ucap mamanya.

"Belajar di mana? Malu aku, Ma belajar setua ini."

"Tidak ada kata terlambat untuk belajar, Nak."

"Tapi, rasanya lucu aja, Ma."

"Yaudah, besok Mama panggilin guru ngaji buat kamu." Jelas mamanya. Arsalan mengangguk pelan. Dia malu sekali akan dirinya yang tidak paham agama.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang