14. Tertarik

914 91 10
                                    


Setelah liburan di kota orang, Kanzia kembali menjadi anak kost-an. Sebelum ke kost-nya dia mampir ke tempat penerbitan Buku yang cukup terkenal. dia bekerja freelance sebagai editor cerita Fiksi, cukuplah menambah uang tabungannya.

Hari ini adalah hari pertama UAS. Suasana kampus tampak hening kecuali Kantin. Kanzia, Mira, dan Dinar sudah berada di singgasana mereka. Kanzia meminum segelas susu Milo dingin. Mereka mengobrolkan tentang UAS yang baru saja mereka lalui.

"Kanzia Nayyara, nanti jam tiga gue jemput lo!" Suara itu membuat enam pasang bola mata menoleh.

Mira memekik begitu melihat Arsalan ada di hadapannya. Mira memicingkan matanya menatap Kanzia yang terlihat tidak peduli dengan pandangan orang.

Arsalan berlalu begitu saja membuat seisi kantin mendadak riuh. Kanzia menggelengkn kepalanya.

"Zi, kayaknya banyak rahasia yang ngga gue tahu, nih," seru Mira yang penasaran. Kanzia mengangkat bahu malas, dia menyedot es Milonya sampai habis.

Arsalan berjalan ke aula menemui beberapa anggotanya untuk mengkoordinir aksi tolak kenaikan UKT. Mengingat dia pernah berdebat kusir dengan Kanzia, membahas masalah ini membuatnya sedikit kesal dengan Kanzia. Perempuan yang tidak memiliki nilai kepedulian kepada sesama. itulah kira-kira penilaiannya terhadap Kanzia.

Mika berdiri memberikan arahan untuk tetap tenang. Arsalan melihat antusias beberapa mahasiswa yang peduli terhadap rencana kenaikan UKT ini. Dia cukup senang.

"Kak Arsalan?" pekik suara itu. Arsalan langsung menoleh ke sumber suara. Terang saja dia kaget melihat perempuan itu.

"Hei, Putri." Arsalan senyum senang masih ada perempuan sejenis Putri mau terlibat dan peduli dengan kampus mereka, "Gue ke sana dulu, ya," sambung Arsalan menunjuk podium yang sudah dipenuhi oleh para petinggi organisasi.

Arsalan menyuarakan pendapat sebagian Mahasiswa. Memacu seluruh Mahasiswa yang ada di aula ini bersemangat untuk memperjuangkan apa yang harus mereka perjuangkan.

Setelah berorasi seperti itu mereka di bubarkan, Arsalan berjalan pelan menuju ke arah Putri yang terlihat mencari-cari seseorang.

"Nyari siapa, Put?" tanya Arsalan tiba-tiba mengagetkan Putri. Terlihat ada kelegaan di wajahnya setelah menemukan Arsalan.

"Oh, nya--nyari temen aku, Kak, tapi ngga tau tadi ke mana." Putri kikuk dan membuat Arsalan tersenyum.

"Yok, bareng," ajak Arsalan untuk segera keluar dari aula ini.

"Lo kenapa ikut beginian?" tanya Arsalan penasaran.

"Aku sih cuma ngga terima kalau UKT dinaikkan, kasian dengan calon maba yang mau kuliah," jelas Putri sepemikiran dengan Arsalan dia mendengus ketika mengingat sesuatu.

"Kenapa peduli? Padahal kan kenaikan UKT ngga ada pengaruhnya dengan jumlah UKT angkatan kalian." Arsalan kembali bertanya. Dahi Putri berkerut dia tidak tahu mengapa hal semacam itu harus ditanyakan.

"Ya, namanya juga kasian ngeliat orang-orang ngga seberuntung aku, akak." Putri tersenyum manis membuat Arsalan terpesona. Perempuan ini membuat hatinya berdesir, memang Arsalan tipe lelaki yang gampang jatuh hati dengan perempuan.

"Oke, mari kita berjuang bersama." Arsalan memberikan senyum terbaiknya dan jantung Putri mendadak berdetak lebih kencang dari biasanya.

*

Mira dan Kanzia berada di sebuah toko buku, setelah sholat Zuhur di masjid kampusnya mereka ke sini untuk membeli beberapa buku. Novel fiksi kesukaan Kanzia dan buku tentang hewan kesukaan Mira. Mereka berpisah menuju rak masing-masing.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang