19. b

722 85 16
                                    

Mentari sedang menyapa Alam dengan senyumnya. Daun-daun bergoyang riang menyambut embusan angin pagi ini. Berbeda dengan semalam yang diguyur hujan.

Mereka semua sudah berada di depan sebuah bangunan yang terlihat tak terurus. Setelah tiga puluh menit ada di kapal kecil mereka melintasi laut luas untuk sampai di pulau Pisang ini.

Cika yang dari tadi membawa tas jinjing berisi barang keperluan wanita sudah meletakkannya di sebelah Arsalan.

"Well, kita sudah sampai, sekarang gue bakal bagi dua kelompok untuk kegiatan kita kali ini. Dan di dalam kelompok ini, kita akan berlomba bagaimana cara bertahan hidup."

"Maksud gue bukan berlomba seperti apa, tapi lebih ke bagaimana cara kita supaya bertahan hidup."

Mereka semua tertarik dengan rencana itu. Dan untuk para wanita mereka terlihat berkomentar tak setuju. Tidak dengan Kanzia, dia biasa saja dengan semuanya. Dari awal dia memang tidak begitu tertarik dengan semua ini.

"Oke, gue bakal bacain kelompok satu dan dua."

"Kelompok satu; Rafka, Brian, Aldo, Elvan, Andre, Nathan, Ahmad, Nando, Cika dan Kanzia Nayyara." Ada jeda sejenak. Arsalan mempehatikan satu persatu anggota kelompok satu dan dia mendapati ada raut kecewa dari wajah Kanzia. "Dan sisanya kelompok dua,"

Mira yang dari tadi tak suka dengan pembagian kelompok ini berusaha untuk merayu Cika agar dia bisa bertukaran dengan dirinya. Dia tak mau pisah dari Kanzia.

"Gue ngga apa-apa kali, Mir," Kanzia menepuk pundak Mira. Mira mencebik tak suka.

"Tau nih, Udah gue bilang kalau kita bertiga tu jangan dipisahin," ucap Dinar yang tidak suka dengan pembagian kelompok versi Arsalan.

Arsalan datang mendekati mereka berempat, ada Cika juga di situ. Ia menangkap wajah empat orang itu tidak bersahabat menyambut kedatangannya.

"Ada komplain?" tanya Arsalan enteng sambil menaikkan alisnya sebelah.

"Yah, lo udah gue bilangin, gue, Zia sama Mira jangan dipisah, Lan." Dinar merasa tak terima. Arsalan berdehem sejenak.

"Itu, si Della, Ayu sama Mira udah dipesenin sama pacar mereka masing-masing." Suara Arsalan cukup jelas membuat Dinar dan Kanzia langsung menatap Mira dengan tatapan penuh selidik.

"Yaudah sih, gue ngga apa-apa kok, kan ada Aldo juga," kata Kanzia dengan tenang dan tidak begitu peduli dengan tatapan semua orang padanya.

"Jadi, apa kegiatan kita?" tanya Kanzia.

Semalam ia memang murung, ia masih shock dengan kejadian kepalanya membentur jok mobil. Tapi, semenjak ia melihat laut, suasana hatinya lumayan terobati.

Arsalan kembali menjelaskan ke teman-temannya tentang apa yang akan mereka lakukan. Setiap kelompok akan dilepas untuk berada di dalam hutan. Mereka cuma diberi dua tenda dan seperangkat alat memasak. Selebihnya mereka harus mencari sendiri apa yang bisa dimakan atau tidak.

Arsalan sendiri tidak asal membagi kelompok, ia sudah membagi orang-orang pecinta alam untuk ada di setiap kelompok.

Untuk kelompok yang lainnya juga sama, yang membedakannya adalah lokasi. Yang satu di dalam hutan dan yang satunya lagi di tepi pantai.

Untuk kelompok satu, mereka mendapat giliran pertama mendatangi hutan. Cika yang merasa tidak begitu tertarik dengan kegiatan ini. Terpaksa harus mengikuti aturan mainnya.

Kanzia, ia berada di jejeran paling belakang saat rombongan itu mulai melangkah memasuki hutan.

Kelompok Kanzia sendiri dipimpin oleh Rafka. Rafka turut andil dalam pembagian kelompok ini. Ia pecinta Alam, maksudnya, Rafka suka mendapat panggilan alam setiap pagi setelah bangun tidur.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang