33. Maaf

775 69 17
                                    

Setelah beberapa kali menghubungi nomor Kanzia, dan nomor itu tetap tidak aktif. Arsalan memutuskan untuk langsung mencari perempuan itu di kost-nya.

Mika dan Rafka sudah menghilang dari hadapannya. Mereka melakukan tugas masing-masing.

Dengan kecepatan yang standar. Arsalan melajukan mobilnya menuju kost Kanzia.

Ia sudah tiba tepat di depan kost Kanzia. Agak berat ia melangkah, ia sadar terlalu banyak kesalahannya pada perempuan itu. Hanya sebuah kesalahpahaman yang ia ciptakan sendiri, membuat Kanzia merasa kehilangan harga diri.

Arsalan sudah ada tepat di depan kamar Kanzia. Beberapa kali ia mengetuk kamar itu. Tapi, pintu berwarna coklat itu tetap tidak terbuka.

Ia meraih ponselnya lagi, mencoba menghubungi nomor Kanzia dan tetap sama seperti sebelumnya.

Arsalan berpikir sejenak siapa yang harus ia hubungi untuk mencari keberadaan Kanzia.  Ia menghubungi Mika, untuk meminta nomor Mira, dan sekaligus meminta Mira untuk memberi tahu di mana Kanzia sekarang.

"Kanzia kemarin pergi," ucap seseorang yang sudah dikenalnya.

Ya, orang itu adalah Devi, penghuni kamar di sebelah kamar Kanzia.

"Lo tahu dia ke mana?" Devi menggeleng pelan.

Setelah itu, ekspresi Devi berubah penuh kebencian. Arsalan menautkan alisnya keheranan. Mengapa Devi berubah seperti setan yang muncul tanduknya.

Arsalan membalikkan badannya, penasaran dengan apa yang dilihat Devi.

"Bangsat lo emang!" teriak Devi, memburu orang yang baru saja muncul di belakang Arsalan.

Arsalan menarik tangan Devi.

"Biar gue urus," ucap Arsalan pelan.

"Tolong kabari gue, kalau lo ada informasi keberadaan Kanzia," sambungnya lalu melangkah meninggalkan Devi.

Arsalan mengepalkan kedua tangannya. Tidak ada yang bisa menghalanginya sekarang.

Ia berjalan cepat ke arah orang itu, dan satu hantaman mendarat tepat di perut lelaki yang kini meringis kesakitan.

"Gue ngga peduli lo siapa, yang pasti gue sekarang pengen lo enyah dari dunia ini sekarang juga!" ucap Arsalan mengetatkan rahangnya

Lelaki itu tidak membalas, ia masih memegang perutnya yang terasa berdenyut.

"Apa yang udah lo lakuin ke Kanzia, bangsaaatt!"

Satu pukulan lagi mendarat di pipi lelaki itu.

"Gue ngga ada perlu dengan lo, urusan gue dengan Kanzia," jawab orang itu masih berusaha tenang.

"Urusan apa, Huh? Sekarang gara-gara lo semuanya berantakan, Anjiiing!" teriak Arsalan.

Dan jangan lupakan tinjunya sudah mendarat di wajah Orang itu.

"Dennis Saputra? Nama lo kan? Gue peringatin, gara-gara lo hidup Kanzia sekarang hancur!" Arsalan menarik kerah kemeja yang digunakan Dennis.

Belum ada niatnya untuk berhenti membabi buta Dennis. Arsalan lagi-lagi menghujani tubuh Dennis dengan tinjunya.

Dennis yang ingin membalas sama sekali tidak diberi kesempatan.

"Hahaha, sok jadi pahlawan lo?" ucapan itu membuat emosi Arsalan semakin meledak.

"Emang, Kanzia siapa lo? Cewek lo? Atau? Teman tidur lo? Haha." Dennis tertawa meremehkan.

Sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, Arsalan menendak kaki Dennis.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang