15. Tertarik (2)

810 80 4
                                    


"Lo boleh minta bungkus sama bapak di sana, bilang saya yang suruh." Kanzia kembali menyantap nasi gorengnya, sementara Anak itu sudah melaksanakan instruksi Kanzia.

Dia menghentikan kegiatannya dengan wajah bingung. Menatap Arsalan yang sama sekali tidak melanjutkan makannya.

"Lo kenapa? Ngga enak, ya, makannya? Beda sih lidah orang kaya sama lidah gue," ejek Kanzia yang menatap Arsalan masih tak bergeming.

Arsalan memikirkan sesuatu orang tipe seperti apa Kanzia ini. Ia jadi mengerti bahwa Kanzia tidak membeli makanan itu untuk dirinya sendiri dia membeli itu untuk kejadian tak terduga seperti sekarang. Mungkin bagi Arsalan ini bentuk kepedulian Kanzia kepada orang lain. Tapi, bagi Kanzia dia hanya peduli pada dirinya sendiri tak lebih, karena kalau terlalu peduli terhadap orang lain dia akan menjadi korban.

Arsalan mengangguk paham dengan cara Kanzia yang menurutnya unik itu. Kemudian dia melanjutkan makan kembali. Masih tinggal satu porsi yang belum disentuh Kanzia, Arsalan memperhatikan Kanzia apa yang akan dilakukan Kanzia dengan satu porsi ini lagi. Kanzia berdiri membawa seporsi makanan itu dan memintanya dibungkus.

"Kok dibungkus?" tanya Arsalan penasaran.

"Kenyang, ngga abis. Udah kepesan ntar di kost aja gue makannya," jawab Kanzia santai.

"Kak Arsalan?" seru Putri yang tiba-tiba hadir di antara mereka berdua. Dia tak sendiri ada Andria di sana teman baik Putri.

"Loh, Putri? Kamu di sini? Ngapain?"

"Iya, Kak, ini abis dari KFC terus nemenin Ria ke sini mau beli pesanan pembantunya katanya, Kakak makan di sini?"

"Iya,"

Putri dan Ria beralih memandang ke arah Kanzia. Putri langsung menganga melihat Arsalan bersama Kanzia.

"Lah lo ngapain di sini?" tanya Putri pada Kanzia yang tak mendapat jawaban. Kanzia langsung pergi mencari istri Pak Marno yang bertugas sebagai kasir. Dia mengambil dompet dan memberikan uang seratus ribuan.

"Kembalinya ambil aja, Buk," sela Kanzia manis. Kanzia menatap Arsalan yang masih duduk dan bercerita asik dengan dua perempuan di depannya. Kanzia sedikit kesal melihat itu entahlah dia tidak suka melihat mereka tertawa seperti itu. Ia memilih keluar dan menunggu di pinggir jalan.

Arsalan mendengarkan cerita Putri dan Ria yang membongkar sikap buruk Kanzia.

"Kak Arsalan kenal orang itu?" tanya Putri, Arsalan mengangguk.

"Emang, kenapa?" sambung Arsalan.

"Ih, dia tu kerjaannya tidur terus tahu di masjid bukannya sholat malah tidur, di tegur malah songong, semester dua, ya, Kak, dia nya? Jangan deket-deket sama dia bawa pengaruh buruk." Rentetan cerita Putri hanya mendapat Anggukan dari Arsalan.

"Mungkin dia ngantuk kali makanya tidur."

"Masjidkan buat sholat bukan buat tidur, kalau ngantuk tidur di tempat lain aja."

"Ya, siapa tau dia udah sholat gitu."

"Ih, kak Arsalan belain dia, itu pacar Kak Arsalan, ya? Pacaran ngga baik tau kak, dilarang agama, katanya, Kak Arsalan mau hijrah udah belajar ngaji kan?" Mendengar ucapan itu Ria dan Arsalan sama-sama melongo. Dari pada panjang lebar lebih baik Arsalan pergi saja, lagian dia tidak melihat Kanzia disana.

"Yaudah, gue cabut dulu, Put." Tak menunggu jawaban Putri Arsalan langsung berdiri dan menuju ke tempat pembayaran.

"Eh Mas, udah dibayar Neng Zia tadi." Arsalan tersenyum mengangguk dan keluar tenda menuju ke mobilnya yang tidak jauh. Ada Kanzia duduk di pinggiran trotoar sambil memegang bungkusan nasi.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang