24. Suhu

747 78 21
                                    

Hari ini Arsalan benar-benar tidak ingin diganggu. Percakapan kemarin mengenai Kanzia, dia tidak ingin membicarakannya.

Omongan Rafka beberapa hari yang lalu benar-benar tidak ada penyelesaiannya. Apa yang ada di otak Rafka sampai-sampai dia menganggap, bahwa Aldo melakukan pelecehan.

Hatinya sedang tidak ingin berpikir banyak tentang kejadian beberapa hari yang lalu. Ia lebih memfokuskan dirinya untuk segera melakukan aksi.

Sekarang ia sedang berdiri di koridor kampus, menikmati udara pagi yang lumaya menyejukkan. Memejamkan matanya sejenak untuk menyatukan hati dan pikirannya.

"Lan, tumben?" Seseorang menepuk bahu Arsalan. Arsalan membuka matanya dan menoleh tepat di sebelah kanannnya. Ia mendapati Aldo sedang tersenyum tanpa dosa.

Inilah yang membuat Arsalan menampik anggapan Rafka mengenai Aldo.

"Tumben kenapa?" balas Arsalan pelan.

"Tumben lo, ngga berhasil nidurin cewek," kata Aldo. Kali ini wajahnya terlihat seperti sedang mengejek.

Mendadak aliran darah Arsalan mencapai ubun-ubun. Ia mengepalkan tangannya kuat. Menghasilkan buku-buku yang memutih.

"Gue kira lo jago naklukin cewek, kalah sama Dennis, dong." Seringai jahat itu terbit di wajah Aldo.

Arsalan menahan emosinya, mencoba untuk menetralisir keadaan emosinya untuk lebih tenang lagi. Ia tidak boleh melakukan kekerasan di sini. Reputasinya sebagai ketua BEM akan hancur.

"Arsalan yang sejuta pesona, mampu meniduri lima orang cewek dalam sewatu waktu, justru tak berkutik di hadapan seorang cewek yang ngga ada apa-apanya." Aldo kembali bersuara.

"Cewek yang ngga ada apa-apanya."

Arsalan mencoba mencerna kata-kata Aldo. Maksudnya, cewek yang ngga ada apa-apanya itu si Kanzia? Atau siapa? Yang pasti tadi Aldo menyebut, Dennis sudah pasti objek yang mereka bicarakan adalah Kanzia.

Arsalan menarik napas dalam-dalam. Ia malas dengan obrolan tak penting seperti ini. "Lo ngomong?" tanya Arsalan tenang. Ia sudah berhasil mengontrol emosinya.

"Lo denger, gue ngga ngerti lo ngomong apa, mau gue tidur dengan siapapun, maen dengan siapapun, itu urusan gue, gue peringatin jangan terlalu ikut campur urusan gue." Arsalan tersenyum miring. Ia berbalik dan sekarang Aldo ada di depannya. Arsalan menepuk pundak Aldo sebelah kanan dan melangkah menjauh meninggalkan Aldo yang masih berdiri dengan senyum tak berdosanya.

***

Arsalan dan semua mahasiswa yang terlibat aksi sudan berada di deoan gedung rektorat. Arsalan yang megang kendali sambil membawa pengeras suara. Mika berada di sebelahnya dan beberapa petinggi Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Orasi-orasi disuarakan, keinginan dan tuntutan di ucapkan. Semua berteriak setuju setiap Arsalan dan yang lainnya berteriak di ujung kalimat orasi.

Brukkkk...

Sebuah insiden entah dari mana membuat suasana semakin memanas. Arsalan dan yang lain turun dari tempat orasi dan mendekati pusat kejadian.

Bentrokan antara polisi dan Mahasiswa. Arsalan mulai jengah dengan semuanya. Banyak mahasiswa yang tersulut emosi ketika melihat salah satu teman mereka menjadi korban bully-an oknum aparat keamanan.

Arsalan mengejara salah mahasiswa yang menggunakan Almamater kampus mereka.

"Mik, lo susulin dia, gue jaga di sini." Arsalan menarik Mika. Mika mengangguk nurut.

Setelah itu, mulai bermunculan insiden yang lain lagi, keadaan mulai tak terkendali kayu-kayu untuk menegakkan bendera organisasi kampus sudah beralih fungsi menjadi senjata mahasiswa untuk melawan polisi.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang