41. You're future

781 74 27
                                    

Setelah sholat ashar di sebuah masjid mereka berdua kembali ke mobil. Tidak jauh dari sana, Arsalan menepikan mobilnya lagi.

Ia berhenti di sebuah cafe dan Kanzia ingat Cafe itu. Cafe tempat ia janjian bertemu dengan Rizka.

Mereka duduk di suduh cafe bagian dalam. Memesan makanan yang memang perur Kanzia juga terasa lapar.

"Zi, lo inget ngga? Waktu itu gue ngelempat cokelat lo deket bangku taman itu." Arsalan menunjuk bangku taman yang tak jauh dari cafe.

Dari tempat mereka duduk, bisa terlihat jelas bangku itu.

Kanzia mengangguk lalu tersenyum.

"Maafin gue buat waktu itu." Terlihat sekali wajah Arsalan sangat menyesal.

"Maafin gue ya, Zi." Sekali lagi Arsalan berujar lirih.

Kanzia diam saja, ia masih menunggu sekali lagi, kalau sekali lagi ada permintaa maaf dari mulut Arsalan itu artinya ia harus yakin untuk mengatakan sesuatu.

"Gue baru sadar apa yang lo ucapin waktu di sana, sekali lagi gue bener-bener minta maaf."

Kanzia menghela napas, ia menggeleng. Arsalan tak mengerti dengan ekspresi aneh yang baru saja Kanzia tunjukkan.

"Lan, gue mau maafin lo asal...."

Arsalan senang mendengar ucapan Kanzia yang mau memaafkannya. Apapun itu ia harus lakukan demi Kanzia.

"Untuk permohonan maaf pertama, lo harus beliin gue tiket PP Jakarta-Korea,"

"Permohonan maaf kedua, lo bayarin sewa hotel selama gue di Korea,"

"Lalu untuk permohonan maaf yang ketiga, lo harus sanguin gue untuk jalan-jalan di sana."

Kanzia berucap berapi-api.

"Jadi, gimana. Lan?"

"Lo serius?" tanya Arsalan santai.

"Sejak kapan gue main-main dengan omongan gue?" Kanzia memasang wajahnya seserius mungkin.

Ia sengaja mengatakan itu, karena ia bosan dengan permohonan maaf yang diucapkan Arsalan.

"Cuma itu doang? Ngga mau nambah lagi? Sekalian ke Jepang misalnya?" ucap Arsalan memainkan ponselnya.

Kanzia sudah melotot ia kesusahan untuk menegak salivanya. Ternyata gosip Arsalan kaya itu benar. Mira saja sahabatnya itu dimintai persyaratan tiket ke Jepang aja dengan berat hati meng-iyakan.

Ini Arsalan justru menawari untuk menambah destinasi yang lain.

'Menggiurkan sekali, Kakakk'

"Gue becanda, Lan. Lagian lo, gue bilang lupain yang lalu, lo nyerocos aja kayak cewek." Kanzia mengerucutkan bibirnya.

"Lan, kata ibu makasih banget udah nolongin waktu itu,"ucap Kanzia lagi.

"Ngga gratis kali, Zi." Kanzia melotot mendengar itu.

Dia yakin Arsalan pasti ingin membalasnya. Ah, senjata makan tuan namanya Zi. Sejak kapan kamu bisa melawan Arsalan?

"Maksudnya?"

"Yakan, di dunia ini ngga ada yang gratis, lo aja minta banyak atas permintaan maaf gue," jawab Arsalan berusaha tenang. Ia ingin tertawa melihat wajah Kanzia yang terlihat khawatir.

"Tapi, enggak sekarang gue nagihnya."

"Hah? Maksudnya? Nagih? Emang hutang?"
"Iya anggap aja hutang, kalau sekarang takutnya lo ngga bakal siap buat bayarnya."
Arsalan memperhatikan wajah Kanzia yang menatapnya memelas.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang