19.a

725 86 15
                                    


Kanzia sudah bergabung kembali dengan teman-temannya. Arsalan dapat melihat wajah Kanzia lebih segar dari sebelumnya.
Ia duduk di sebelah Mira. Sebelum semuanya berdiri untuk melanjutkan kembali perjalanan mereka.

Mira masih asik bercengkrama dengan Nelsa yang duduk di sebelahnya. Mika berdiri dan mengisyaratkan untuk segera menyidahi istirahat mereka. Semua orang berdiri. Termasuk Kanzia dan Mira.

Mereka berempat sudah berada di dalam mobil Arsalan. Mira menepuk jidatnya kuat, ia baru teringat bahwa tadi ibu Kanzia menelponnya.

"Zi, lo ngga ngomong kan sama Ibu lo, kalau lo pergi," tanya Mira penuh selidik. Kanzia menggeleng. Ia menyangkal tuduhan Mira padanya.

"Tadi, Ibu nelpon lo, terus gue angkat, gue bilang lo lagi sama gue liburan," ucap Mira singkat. Melempar pandangannya ke depan.

Arsalan dan Mika mendengarkan saja apa yang sedang dibicarakan oleh dua wanita yang ada di belakang mereka. Sambil mendengarkan radio dengan volume sedikit besar. Karena Arsalan sedang tidak tertarik mendengar suara Kanzia.

"Hah? Jadi lo kasih tau ibu?" Kanzia kelagaban sendiri. Ia langsung meraih ponselnya dan men-dial nomor ibunya.

Cukup lama menunggu akhirnya panggilan itu dijawab.

"Assalamu'alaikum, Bu," ucap Kanzia sedikit gugup.

"..."

"Maaf, aku ngga ngomong kalau mau jalan-jalan," lirih Kanzia.

Tangan Arsalan mengecilkan volume radio. Dan dia bisa dengan jelas mendengar percakapan sepihak dari Kanzia.

"Ngga, udah ada, iya, ngga usah, Bu,"

"..."

"Jadi?! Coba hubungi abang aja dulu, Bu," ucap Kanzia sedikit panik.

Setelah menjawab salam Kanzia menutup panggilannya. Arsalan melihat Kanzia dari spion, ada kekhawatiran di wajah Kanzia.
Mira menangkap hal yang sama dengan Arsalan.

"Kenapa, Zi?" tanya Mira penasaran. Kanzia menggeleng dan memaksa tersenyum.

"Oh, ada hubungannya dengan panti?" tanya Mira kembali. Kanzia langsung mencubit Mira. Mira menutup mulutnya.

'Panti?' 

Kanzia dan Mira lama terdiam. Giliran Mika dan Arsalan yang berbicara. Entah mengenai apa Kanzia tidak begitu paham. Ada mobil nyalip Mika ngomporin Arsalan untuk ngajak adu cepat-cepatan. Mira dan Kanzia yang dari tadi memperhatikan kelakuan dua lelaki di depan mereka itu, cuma bisa menggeleng pelan.

Arsalan, memutar volume radio yang ada di mobilnya. Otomatis membuat Kanzia yang baru saja ingin melelapkan matanya, kini kembali terbuka.

"Lan, tuh cewek motoran boljug." Mika menunjuk dua perempuan yang baru saja menyalip mereka menggunakan motor.

Dengan segala keisengannya Arsalan menekan klakson. Sehingga dua perempuan tadi terlonjak kaget. Mira menggeleng sekali lagi. Sementara Mika sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Ih, jangan digituin, kasihan tau!" Mira menyambar. Dan mendapat tatapan tajam dari Arsalan.

Arsalan tak peduli, omongan Mira tadi dianggapnya angin lalu. Sekarang ia dan Aldo sedang beradu cepat-cepatan karena jalanan yang mulai sepi. Karena mereka memilih jalan alternatif untuk menghindari macet.

"Ini, kita nyampenya kapan kira-kira?" tanya Kanzia yang mulai merasa lelah karena sudah lebih dari tujuh jam duduk di mobil.

"Tahun depan," jawab Arsalan singkat. Kanzia berdecak tak suka.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang