9. Hukum Newton III

1K 86 29
                                    


Kanzia sudah berada di rumah sakit dengan membawa buah tangan buah, ditemani Mira. Sebenarnya, Kanzia tidak ingin menjenguk Arsalan dia merasa tidak perlu menjenguk orang yang tidak memiliki hubungan baik dengannya. Tapi, karena paksaan Mira yang penasaran dengan keadaan Arsalan akhirnya mereka berdua berada di rumah sakit ini.

Mira merasa senang akhirnya kesempatannya bertemu Arsalan ada lagi.
Setelah tiga hari dari kejadian dirinya pingsan, membuatnya menyadari kesalahannya selama ini. Mempermainkan perasaan orang lain itu adalah salah. Dan begitu dia benar-benar memiliki perasaan pada seseorang membuatnya sulit untuk melepaskan. Hukum sebab akibat berlaku.

"Eh!" Kanzia dan Mira canggung sendiri mendapati Arsalan sedang berpelukan dengan seseorang.

Arsalan menoleh dan dengan santainya menatap kedua wanita yang baru saja datang menganggu kehangatannya.

"Kak Mira?" tanya perempuan yang ada di pelukan Arsalan tadi.

"Ri..., Rinaa?" Mira menjawab gugup. Rina adalah pacar Aji. Ia tahu dengan Rina waktu Aji menjelaskan yang sebenarnya. Sekarang Mira menggenggam tangan Kanzia seolah meminta kekuatan dari Kanzia. Kanzia bingung menatapnya.

"Maaf kalau kami menganggu," ucap Kanzia, ada jeda sejenak,  dan dia berjalan mendekati nakas yang berada dekat brankar Arsalan, "Ini." Kanzia meletakkan parsel yang berisi buah-buahan segar.

Plak...

Suara tamparan mengagetkan Kanzia, Mira menampar Rina dengan keras membuat Rina meringis sambil tersenyum sinis.

"Cewek murahan!" cetus Rina dengan seringai meremehkan.

Mira mengepalkan tangannya lagi, tak berbeda dengan Mira. Kanzia rasanya ingin menampar mulut lemes wanita tak dikenalnya itu.

"Lo yang lebih murahan." Mira tak mau kalah, Rina hendak menampar Mira. Namun, Mira menahannya dengan kuat.

"Bisa kalian keluar dari kamar gue?!" bentak Arsalan membuat semuanya terdiam.

Mira memilih keluar dengan cepat Rina bertahan di tempatnya. Kanzia hendak pergi menyusul Mira tapi di tahan lengannya oleh Arsalan.

"Maafkan saya, seharusnya kami tidak membuat keribut di sini, maafkan, semoga Anda lekas membaik." Kanzia melepaskan genggaman Arsalan dan berlari mengejar Mira yang entah ke mana.

Kanzia berlari menyusuri koridor tempat yang tadi mereka lewati. Mira tetap tidak di temukan.

Drrttt...drrtttt...

"Hallo?"

"Temen lo ada sama gue."

"Ini siapa?" tanya Kanzia bingung siapa orang yang menelponnya.

"Masa lupa sih?"

"Tunggu maksud lo, Mira ada sama lo? Lo bukan penculikkan yang mau minta uang tebusan, please deh ini akhir bulan, Bung, jangan sesuka hati," ketus Kanzia membuat Suara di ujung sana tergelak tawa.

"Ini gue Mika,"

"Oh, jadi Mira sama lo? Kalian di mana biar gue susulin."

"Ngga usah, tolong tungguin Arsalan bentar. gue urus Mira dulu," pinta Mika. Dengan berat hati Kanzia kembali ke ruang Arsalan. Di sana masih ada perempuan yang tadi di tampar Mira.

Dengan malas Kanzia berbalik dan melangkah ke ruang rawat Arsalan.

"Ada yang tinggal?" tanya Arsalan bingung dengan kedatangan Kanzia.

"Disuruh, Mika ke sini," singkat Kanzia.
Rina mendekati Kanzia dan menatap dengan tatapan menilai.

"Lo jurusan Teknik?" tanya Rina yang kehilangan sopan santunnya. Tidak memanggil Kanzia dengan embel-embel Kakak.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang