Ada banyak hal menyakitkan di dunia ini, salah satunya; Menunggu lalu ditinggalkan
****
Setelah kembali ke rumahnya, Kanzia merasakan sesuatu yang aneh. Tidak seharusnya ia merasakan sesakit ini. Ia menyandarkan dirinya di sandaran kursi yang ada di sebelah jendela, sembari menatap langit yang tampak murung. Mungkin akan turun hujan.
Suara ketukan pintu menyadarkan Kanzia dari lamunannya. Ibunya sudah berjalan mendekati dirinya dengan senyuman yang menenangkan.
"Kamu kenapa, Zi? Dari pulang tadi ibu liatin murung aja," tanya Afifah lembut.
Kanzia hanya bisa tersenyum membalas pertanyaan ibunya. Tidak tahu apa yang harus ia ucapkan.
"Cerita sama ibu, sini." Afifah menepuk kedua pahanya agar Kanzia bisa berbaring di tempat ternyaman itu.
"Ngga ada yang serius,Bu. Cuma lagi mikir, aku pengen ngulang kuliah lagi di tempat kampus lain," ucap Kanzia hati-hati.
Yah, kondisi keuangan keluarga mereka sedang terpuruk dan Kanzia tidaj mau kalau ucapannya tadi menambah pikiran ibunya.
Bukan itu sebenarnya yang sedari tadi menjadi titik berat pikirannya. Tapi, ia masih belum mau bercerita masalah itu ke ibunya.
"Wah bagus itu, ibu dukung kamu, mau ngambil apa dan di mana, pokoknya ibu dukung kamu, Zi." Afifah terlihat bahagia.
"Entar masih aku pikirin, Bu. Besok kalau ngga ada halangan Insya Allah mau lihat kampus Bina Bhakti yang ngga jauh dari sini," ucap Kanzia dengan senyumannya.
"Yaudah, kalau gitu kamu tidur gih, udah larut loh, Zi," titah Afifah.
Kanzia mengangguk paham.
Setelah kepergian ibunya Kanzia langsung membenarkan posisinya di kasur dan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Benar, beberapa saat lalu hujan sudah turun dengan deras.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Kanzia langsung membuka pesan itu. Pesan dari nomor yang tidak ia kenal.
Mata Kanzia seakan tak bisa menutup melihat foto itu. Foto yang ia lihat di ponsel Nida. Kanzia, mengurungkan niatnya untuk tidur. Ia buru-buru mengambil air wudhu, lalu sholat agar hatinya tenang dan mendapat jawaban.
Tidak ada yang bisa membantu kecuali Allah sang Khalik.
Kanzia mengingat ketika Rizka temannya pernah mengirim pesan ke dirinya.
"Jadikanlah, sabar dan sholat sebagai penolongmu."
Dan untuk saat ini, itulah yang harus dilakukan Kanzia.
***
Arsalan sama sekali tidak nafsu untuk melakukan apa-apa. Ia duduk di pinggir kolam sambil menatap langit luas. Langit yang malam ini tanpa dihiasi bulan dan bintang.
Ia sedang mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri. Ia butuh sesuatu agar ia yakin bahwa dirinya sudsh siap untuk memperistri Kanzia.
"Kamu ngapain di sini?" Suara Melda memecah kesunyian malam ini.
Arsalan tak mengalihkan pandangannya pada langit, seperti ada magnet yang menarik matanya untuk tetap ke atas.
"Dari ciri-ciri yang mama liat, kamu sepertinya terkena penyakit galau," selidik Melda dengan nada mengejek.
"Apaan sih, dalam kamus Arsalan, ngga ada tuh yang namanya galau," ucap Arsalan sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Howling Moon
ChickLitCerita ini di-PRIVATE, FOLLOW dulu baru bisa baca Part Lengkap ♥♥ Kalau di Korea punya Lee Jong Hyun member CNBLUE maka di Kampus ini ada Arsalan Raffasya. Cowok Tampan idaman semua wanita di kampus. Apapun yang ada di dirinya tidak bisa membuat wan...