40. Miss You

766 73 20
                                    

Dua bulan terakhir Arsalan sibuk dengan kegiatannya memperdalam ilmu agamanya. Setelah ujian akhir semester. Arsalan lebih memilih menemui Ardhan di depan masjid kampus.

Kalau melihat masjid ini, Arsalan jadi teringat cerita Putri waktu bertemu Arsalan di warung tenda.

'How are you today, i wish the best for you'

Benar saja setelah chat terakhir yang dikirim Arsalan dihapusnya itu. Kanzia hanya sekali mengirim pesan, mengabarkan bahwa ibunya sudah pulang dan sudah semakin membaik.

Arsalan hanya membalas seperlunya.

"Kenapa, Lan?" tanya Ardhan dengan senyum teduhnya.

"Mas, kalau mau melamar anak orang gimana?" tanya Arsalan serius.

"Wah, gimana apanya, Lan? Kamu nanya sama aku, aku aja belom khatam bagian itu." Arsalan dan Ardhan terkekeh pelan.

"Lan, istikharah. Di sana kamu bakal nemu jawabannya."

"Gue udah yakin, Mas. Nih, cewek adalah masa depan gue."

"Jangan mendahului Allah, soalnya kalau ngga sesuai harapan kita jatuhnya sakit loh, Lan," sambung Ardhan dengan  serius.

"Pengalaman banget kayaknya," ucap Arsalan yang langsung mendapat tatapan datar dari Ardhan.

Setelah pulang ke rumah, Arsalan melihat dua sahabatnya itu sudah berada di meja makan.

"Ngapain kalian di sini?" tanya Arsalan penasaran.

"Lan, semenjak lo pulang dari Panti, lo berubah. Banyak hal yang berubah dari lo, dan kita ke sini juga pengen berubah, Lan." Rafka menatap Arsalan penuh penyesalan.

"Lo kata gue Sailormoon? Yang berubah?"

"Serius, Lan."

"Lah gue juga serius."

"Lan, malem ini turun yok," ajak Rafka tanpa dosa.

Arsalan memperhatikan Rafka dalam-dalam, dia sangat berharap kalau Rafka salah bicara. Alasannya singkat, Arsalan tidak tertarik lagi dengan dunia seperti itu. Sudah saatnya ia belajar menjadi orang yang sedikit lebih baik lagi.

"Gue sibuk," jawab Arsalan singkat.

"Yah, Lan. Ngga asik lo, udah lama kali kita ngga duduk-duduk cantik di sana," rayu Rafka lagi.

Arsalan menghela napas, lalu duduk di sebelah Mika yang dari tadi sibuk membaca majalah Annida punya mamanya.

"Serius gue ngga bisa ikut, soalnya besok gue pagi-pagi harus nemenin nyokap noh keluar kota," ucap Arsalan memberi penjelasan sejujurnya.

Rafka dan Mika tampak kecewa. Tak mau berlama-lama lagi, Kedua sahabat bapuknya itu pergi meninggalkannya.

***

Pagi sekali, Arsalan sudah siap dengan baju kaos berwarna hitam, dan celana jeans panjang. Ia sekarang berada di belakang kemudi. Menantikan kedatangan mamanya.
Minggu lalu Arsalan bercerita tentang panti asuhan yang mungkin lebih tepatnya rumah keluarga Kanzia. Rumah mewah yang dialihfungsikan menjadi rumah untuk anak-anak yang kurang beruntung. Setelah mendengar cerita Arsalan. Mamanya langsung tertarik untuk berkunjung. Dengan senang hati Arsalan bersedia mengantar mamanya.

'Sambil menyelam minum air'

Batin Arsalan kala itu.

Arsalan sangat menikmati perjalanannya, sesekali ia harus menerima rutukan dari mamanya ketika ia menyalip truk gandeng yang bersliweran di jalan ini.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang