25. Jatuh

747 72 30
                                    

Setelah liburan semester berakhir. Sekarang waktunya untuk kembali beraktivitas seperti biasanya. Kanzia sudah berada di kantin ditemani Dinar yang sedang asik dengan gadget-nya. Berbeda dengan Dinar, Mira terlihat sedang fokus dengan buku yang sedang dibacanya.

Kanzia menggeleng pelan. Setelah beberapa hari dari kejadian menyelamatkan Arsalan. Ia berusaha untuk membunuh sesuatu yang hendak tumbuh. Mungkin sudah sangat tumbuh dengan subur  ia tidak mau menyakiti hatinya sendiri. Ia hanya ingin menjga hatinya untuknya sendiri.

"Mir, kemaren gue liat lo jalan asik dengan si Mika," kata Dinar tiba-tiba. Kanzia langsung menoleh dan menyipitkan matanya menyotori Mira. Mira berdehem sejenak.

"Oh itu, iya. Lagian lo nemu aja keberadaan gue," balas Mira sewot. Kanzia meletakkan tangannya di dagu.

"Hmm, banyak yang ngga gue tahu ni kayaknya," timpal Kanzia masih dengan menyoroti Mira.

Mira malah tertawa ngga jelas. Membuat Kanzia merasa lucu dan ikut tertawa. Dinar yang melihat kedua wanita ada di depannya itu malah menggeleng tak menyangka ada orang yang selera humornya sereceh. Kanzia dan Mira.

"Gue duduk di sini boleh?" ucap seseorang yang baru saja bergabung dengan keberadaan mereka bertiga.

Melihat orang yang baru saja duduk di depannya. Mira langsung menileh ke arah Kanzia. Ia melihat sahabatnya itu biasa saja. Seperti tidak tertarik dengan orang itu.

"Duduk aja lagi, ngga ads yang larang," jawab Kanzia santai. Kemudia ia langsung bercakap-cakap dengan Mira, tak peduli dengan keberadaan orang uang baru saja bergabung di meja mereka.

"Mir, lo nonton drama yang judulnya Modern Farmer, ngga?" ucap Kanzia. Mira sadar betul ada yang disembunyikan oleh Kanzia.

"Yang pemaennya abang gue itu?" tanya Mira. Memang drama Korea jagonya membuat mereka berdua lupa dengan keadaan sekitar.

"Iye, sumpah gue ngakak pas si Hwi Chul, digigit anjing. Gilak gilaaaakkk," teriak Kanzia lupa diri. Begitu pun Mira.

Mereka larut dalam percakapan yang membuat mereka lupa lautan.

Dinar dan orang yang baru saja bergabung itu hanya menggeleng pasrah melihat kelakuan ajaib dua manusia yang luar biasa heboh itu.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memperhatikan mereka dalam keadaan tak menentu.

"Kak Arsalan serius banget ngeliatin anak itu," ucap Putri yang dari tadi duduk di sebelah Arsalan. Putri dari tadi juga sedang mengikuti arah pandang Arsalan.

"Itu kan, Kak Dennis sama Kanzia," tanya Putri kepada dirinya sendiri dan suaranya itu masih terdengar oleh Arsalan. Arsalan menoleh menatap Putri sejenak.

Putri yang merasa mendapat tatapan tajaman itu mulai merasakan pipinya memanas.

"Emang kenapa kalau mereka berdua?" tanya Arsalan terdengar santai dan melembut.

"Ya, ngga kenapa-kenapa, Kak. Yang pasti apa mereka ngga malu, ya?" tanya Putri yang lagi-lagi bertanya untuk dirinya sendiri.

"Malu buat melakukan hal yang ngga senonoh."

"Urusan mereka, kita ngga berhak menilai orang lain."  Entah dari mana kata-kata itu muncul.

"Tapi kelakuan mereka berdua itu udah benar-benar bikin malu kampus, Kak."

"Maksud kamu?"

"Video 'itu' udah mulai beredar lagi," ucap Putri pelan. Ia menirukan tanda petik. Arsalan menyipitkan matanya.

"Itu, Kak. Video mesumnya Kak Dennis sama Kanzia. Kalau sampai itu tersebar, tamat deh tu orang. Ngga bisa lo haha hihi lagi," kata Putri Lagi. Arsalan sudah menghilang dalam sekejap dari hadapan Putri.

***

"Asik bener nih kayaknya yang ngobrol sampai lupa ada orang di sini," kata Dennis yang membuat Kanzia menoleh sejenak lalu tersenyum dan membuang muka kembali.

"Mir, gue balik deh," ucap Kanzia langsung menyampirkan tas ranselnya.

Mira ikut membereskan tasnya dan kemudian berdiri. Kanzia tak peduli dengan keberadaan Dennis dan berlalu begitu saja.

Mereka berdua berjalan menuju koridor kampus. Perkuliahan akan dimulai sekitar lima belas menit lagi. Sementara sekarang jam menunjukkan pukul 14.25 wib.

"Ngga teman, ngga dirinya sendiri sama aja, sama-sama murahan."

Kanzia dan Mira langsung menoleh ke arah belakang. Mereka seakan dejavu dengan keadaan seperti ini. Kanzia melihat ada Arsalan sedang menatapnya tajam.

Tatapan yang membuat Kanzia merasa terhina. Tatapan itu tajam dan sangat merendahkan. Arsalan beralih menatap Mira yang sedang kebingungan dengan apa yang dibicarakan Arsalan.

"Bener kata orang, buih akan berkumpul dengan buih dan air akan berkumpul dengan air." Suara Arsalan seakan mengoyak-ngoyak gendang telinganya dan menembus sampai ke hati.

Ia paham betul apa maksud dari yang diucapkan oleh Arsalan. Kanzia memejamkan matanya mencoba menahan emosi yang hendak keluar.

"Maksud lo ngomong begitu apa nih?" tanya Mira dengan wajah serius. Meskipun begitu ia tahu apa yang dibicarakan oleh Arsalan.

"Alah pura-pura ngga ngerti lagi, lo murahan dengan gonta-ganti pacar bahkan lo udah tidur sana sini, sama nih kayak sahabat lo, tidur demi uang." Arsalan tidak teriak. Nada suaranya datar namun menusuk.

"Eh iya, satu lagi gue lupa. Sahabat ngga ada yang makan sahabatnya sendiri." Suara Arsalan membuat Kanzia sudah tidak tahan lagi. Tangan yang dari tadi dikepalnya sudah tidak tahan untuk di daratkan ke tubuh tinggi Arsalan.

Plak

Mira menampar pipi kanan Arsalan. Arsalan yang menerima tamparan itu benar-benar merasa terhina. Ia tak menyangka akan mendapat tamparan seperti itu.

"Kalian bakal menyesal!" Seringai menyeramkan kembali jadir di wajah itu. Arsalan masih memegangi pipinya yang terasa berdenyut oleh tamparan Mira.

Mira tak peduli. Ia bisa merasakan sekarang Kanzia sedang berada dalam keadaan tertekan. Kanzia merasakan kalau ancaman Arsalan kali ini benar-benar akan terjadi. Hanya saja apa yang akan terjadi Kanzia sama sekali tidak mengerti.

***

Kanzia sedang berdiri di sebuah halte bus. Ia hari ini ada janji bertemu dengan Rizka yang sudah setuju dengan usulan proposal Kanzia. Ia menuju ke sebuah cafe yang agak sedikit jauh dari kampusnya.

Ia sudah berada di perberhentian bus tujuannya.  dengan keadaan yang sedikit kusut. Pikirannya benar-benar tidak bisa dikendalikan. Sebuah motor besar melintas hampir saja mengenai tangannya untung saja tidak kena.

Merasa dirinya sedang tidak stabil ia duduk sebentar di tempat duduk dekat cafe. Dalam lamunannya ia membayangkan sesuatu yang indah. Ia sedang berada di sebuah padang rumput yang indah nan luas. Langit berwarna biru memenuhi pandangannya.

Dua orang pengamen yang dari tadi mengamen hanya geleng-geleng tak percaya.

"Mbak!" teriak salah satu pengemen yang merasa diabaikan oleh orangtuanya.

"Apa?" balas Kanzia tak mau kalah.

Setelah kesadarannya kembali Kanzia kaget melihat dua orang berdiri di depannya. Ia mengeluarkan dua coklat yang ada di dalam tas nya. Dua anak itu tersenyum bahagia. Kanzia langsung memberikan coklat yang ada di tangannya.

Tanpa ia sadari ada orang yang mulai mendekat ke arah Kanzia.

***

Dikit-dikit aja biar ngga bosan wkwkkw

Saya baper nih abis dilirik babang suho...

Eh iya... dengerin atuh itu di medianya... suka banget sama lagu ituu... inspirasi judulnya dari lirik itu juga sih...

Ada yang mau Q&A sama anggota Howling moon? Wkkw

Love yaaa ♥♥♥

Author unyu seunyu irene redvelvet wkkw

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang