20. Hambatan

738 79 4
                                    


Setelah kejadian melihat hewan yang selama ini ditakutinya. Kanzia merasa waswas setiap saat.

Aldo mendekati Kanzia yang duduk di depan tenda bersama Cika. Kanzia tidak begitu tertarik dengan Cika. Soalnya dari tadi Cika hanya sibuk membicarakan cowok-cowok ganteng yang ada di sekitarnya.

Kanzia mencari sosok Rafka, karena ia menginginkan sesuatu. Ia berjalan mencari Rafka.

"Rafka mana, Van?" tanya Kanzia begitu menemukan Elvan yang sedang berjalan ke arah tenda lelaki. Elvan memutar matanya mencari sosok Rafka.

"Tadi sih, di sini sama si Nando, tau tuh berdua udah ke mana." Elvan memberikan seulas senyum.

Langit mulai terlihat semakin gelap, Elvan sudah menyalakan api menggunakan ranting-ranting kering. Untuk menambah cahaya penglihatan mereka.

"Nyariin gue?" sela seseorang yang baru saja bergabung dengan kelompoknya. Kanzia langsung menoleh dan mendapati Rafka terlihat lebih fresh.

"Iya, gue kebelet pipis,Raf," ucap Kanzia tanpa ragu. Rafka diam sejenak, ia terlihat sedang mencari sesuatu.

"Cari apa?" tanya Kanzia.

"Cika," jawab Rafka.

"Buat?" tanya Kanzia lagi, kali ini wajahnya terlihat bingung.

"Nemenin kita," jawab Rafka.

"Oh." Kanzia mengangguk dengan pelan.

"Cik, Cika," teriak Rafka memanggil Cika. Kanzia diam saja. Dia tidak tahu mengapa hatinya menolak untuk terlalu dekat dengan wanita itu.

Cika sudah berada bersama Kanzia dan Rafka. Katakanlah ini pertama kalinya Kanzia berada di dalam hutan untuk hal yang seperti ini. Jadi, baginya untuk sekedar buang air kecil di tempat ini, ia agak ragu.

"Udah, lo ke sana aja, gue sama Rafka nungguin di sini," ketus Cika.

"Ye, temenin dong ke sananya, Cik, gue ngeri nih gelap lagi," gerutu Kanzia.

"Iya, lo temenin Kanzia, biar gue nunggu di sini, atau lo di sini gue nemenin Kanzia?" Rafka mencoba menggoda Cika.

Hasrat ingin buang air kecilnya semakin besar. Menunggu perdebatan antara keduanya itu selesai sama saja bunuh diri. Dengan sebotol air yang dipegangnya Kanzia mau tak mau harus BAK di sana.

Kanzia sudah kembali lagi bergabung dengan Cika dan Rafka. Ia tersenyum lega membuat Cika bersungut tak suka. Entah apa penyebabnya Cika mendadak menjadi tak suka dengan Kanzia.

"Auhhh," teriak Rafka yang tiba-tiba mengaduh kesakitan. Kanzia dan Cika ikut berhenti.

"Raf, lo kenapa?" Kanzia mendadak panik. Rafka menunduk kemudian memegangi kakinya yang menggunakan sendal gunung

"Sial," umpatnya. Kanzia dapat melihat kaki Rafka mengeluarkan darah.

"Raf, kaki lo berdarah," teriak Cika histeris. Rafka melihat Cika sejenak.

"Udah sih, heboh aja." Rafka langsung mencoba berjalan, tapi rasa dakit itu menusuk hingga ke ubun-ubun. Kanzia langsung duduk dan melihat Kaki Rafka.

"Ya Allah, kena Paku, Raf. Lo jangan ke mana-mana," ucap Kanzia.

Kanzia langsung berlari menuju tenda mereka tidak terlalu jauh dan ia sudah hafal tempatnya.

"Van, Nan, Rafka kakinya berdarah bisa minta tolong lo ke sana bantuin dia," pinta Kanzia dengan memohon.

Tanpa pikir panjang beberapa lelaki di sana langsung bergerak ke arah yang ditunjuk Kanzia.

Kanzia melihat Aldo yang dari tadi diam saja di tempatnya. Wajahnya nampak tenang dan seperti tidak terjadi apa-apa. Kanzia mendekati lelaki itu.

Howling MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang