Limousin hitam itu terparkir rapi diparkiran sebuah pesantren.
Lelaki parubaya keluar menapakkan kakinya ditanah pesantren tersebut. Kacamata bertengger indah dihidung mancungnya memberikan kesan tampan diusianya yang sudah hampir berkepala 5.
Lelaki parubaya tersebut berjalan santai menuju tempat acara berlangsung. Duduk disamping lelaki tampan yang sedari tadi fokus memperhatikan pengisi acara.
"Sedang apa disini?" Lelaki parubaya tersebut menepuk bahu lelaki muda yang tengah duduk disampingnya.
Sontak lelaki muda tersebut menoleh kearah sang pemilik tangan yang menepuk bahunya.
"Om sudiro?" Kata lelaki itu sembari tersenyum kikuk kearah pak.sudiro yang tidak lain adalah papa artha.
Pak.sudiro hanya membalasnya dengan senyuman.
"Daritadi si artha nungguin om"
Kata abizard memberi tau.
Pak.sudiro hanya tersenyum dan menepuk nepuk bahu abizard.
"Saya sibuk, ini saja saya sempat sempatkan datang".
Abizard hanya mengangguk dan tersenyum.
Pandangannya beralih pada sosok wanita yang begitu cantik duduk disebuah kursi diatas panggung. Gamis putih yang membalut tubuhnya memberikan kesan bersih dan cantik. Hijabnya menjuntai panjang sampai menutupi perutnya.
Tangannya menggenggam al-qur'an dengan sampul perak yang mencolok.
Sungguh istri idaman. Batin abizard dengan mata yang tak lepas memandang wanita diatas panggung tersebut.Putriku benar benar sudah berubah. Pak.sudiro menyunggungkan senyuman melihat putrinya berpenampilan seperti itu. Entah ada dorongan darimana. Semula dia yang sangat risih melihat artha berhijab. Malam ini hatinya merasa damai dengan hanya melihat artha terbalut busana yang sama seperti busana para istri nabi.
Lantunan ayat demi ayat surat ar rahman mulai terdengar. Membuat semua orang ditempat ini seketika hening.
Suara lembut itu membuai telinga para pendengarnya.
Pak.sudiro tercengang, hatinya bergetar mendengarkan putrinya melantunkan ayat al qur'an dengan begitu indah.
Decak kagum diperlihatkan oleh seluruh wali santri yang hadir.
Sorak sorai tepuk tangan terdengar begitu artha menyelesaikan bacaan al qur'annya.***
Acara malam ini telah selesai. Artha begitu bahagia melihat pak sudiro hadir. Walaupun pak.sudiro duduk dibangku paling belakang.
"Papa" artha berteriak dan menghampiri papanya. Dia memeluk papanya erat seakan pelukan ini adalah pelukan terakhir dengan papanya.
Pak.sudiro mengelus pucuk kepala anaknya. Tak terasa air mata berlinang membasahi bahu pak.sudiro.
"Princess, kenapa nangis heum?" Kata pak sudiro memecah suasana haru tersebut.
"Aku kangen banget sama papa"artha melepas pelukannya dan kembali terisak.
"Papa bangga sama kamu" pak sudiro kembali memeluk putri kesayangannya. Memberikan kehangatan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Yang sudah lama tidak mereka rasakan.Pak.sudiro melepaskan pelukannya " papa harus balik sayang, masih ada kerjaan yang belum papa selesaikan".
Artha mengehela nafasnya pelan.
"Lain waktu papa pasti akan sering sering jenguk kamu disini" pak sudiro paham bahwa saat ini artha sedang kecewa dan bisa saja dia merajuk.
"Iya iya artha mengerti" kata artha sambil mencabikkan bibirnya.
"Eh abizard mana pa, tadi dia datang kesini" tanya artha sembari mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabatnya yang terkadang membuat jantungnya berdegup dengan cepat tanpa ia sadari.
"Tadi dia langsung pulang. Papanya menelfon menyuruhnya segera pulang" jelas pak.sudiro dengan tutur kata yang sangat halus.
Artha hanya ber'oh ria. Tanpa menanyakannya lebih lanjut. Walaupun dalam hatinya bertanya tanya.
Tumben si abizard dicariin."Loh ini kan yang membaca surat ar rahman tadi ya" ucap seorang wanita paruh baya sambil menjabat tangan artha dan pak.sudiro.
Artha hanya tersenyum tulus membalas perlakuan ibu tadi.
"Bapak beruntung sekali mempunyai putri seperti dia. Insha allah akan menjadi jembatan menuju surga" lanjut ibu tadi dan beralih memandang pak.sudiro.
"Aamiin". Jawab artha singkat sembari tersenyum kepada ibu tadi.
Pak.sudiro hanya terdiam. Selama ini orang hanya akan memuji dan memuja kekayaannya. Namun saat ini, ada orang yang menganggapnya beruntung dan itu bukan karena harta, melainkan karena anak semata wayangnya.
Ibu tersebut berpamitan pergi karena malam sudah semakin larut.
Hari ini adalah hari paling mengesankan bagi artha.
Papanya dengan besar hati menerimanya dengan segala perubahannya.
Dan insha allah dia akan memberikan mahkota untuk orangtuanya di hari kiamat nanti.
Karena menurut hadist yang dia dengar dari ustadzah rumi.
Apabila seseorang membaca dan mengamalkan al qur'an maka berkahnya adalah pada hari kiamat orang tuanya akan dikenakan mahkota yang sinarnya seperti sinar matahari didalam rumah kita.
Sinar matahari yang jauh saja sudah sangat terang. Apalagi sinar matahari didalam rumah kita. Pasti lebih terang dan berkilauan.
Jika orang tuanya mendapatkan derajat yang tinggi bagaimana dengan si pembaca sendiri?
Pastilah derajatnya akan lebih tinggi.
Orang tuanya mendapat berkah seperti itu hanya karena melahirkan anaknya atau mendidik anaknya. Bagaimana dengan pahala dan berkah yang didapat oleh sipembacaعَنْ مُعَاذٍ الْجُهَنِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ:قَالَ رَسُلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ قَرَأَ اَلْقُرْ اۤ نَ وَ عَمِلَ بِمَا فِيْهِ أُلْبسَ وَالِدَ اهُ تَا جاً يَوْمَ الْقيَا مَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْ ءِ الشَّمْسِ فِى بُيُوْ تِ الدُّنِيَا لَوْكَنَتْ فِيْكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِ يْ عَمَلَ بِهَذَا
Dari Sayyidina Mu’adz Al-Juhani Radhiyallahu ‘anhu, Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda, “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, maka kedua orang tuanya akan dikenakan mahkota pada hari kiamat yang cahanya melebihi cahaya matahari seandainya ada di dalam rumah-rumah di dunia ini, maka bagiamanakah perkiraanmu mengenai orang yang dia sendiri mengamalkannya?” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim).
Jangan lupa vote ya kakak 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALLAH
EspiritualAkulah pendosa. Lalu pantaskah manusia pendosa ini merindukan tuhan? Disaat aku masih terus melakukan kesalahan kesalahan itu. Pantaskah aku menyandang gelar sebagai hamba. Setelah banyak dosa yang kuperbuat selama ini. Aku selalu berpikir. Dapatk...